http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/18/opini/1759211.htm


 
Korupsi dan Pertumbuhan 

Oleh Harry Seldadyo

HUBUNGAN antara korupsi dan pertumbuhan ekonomi menyimpan teka-teki menarik. 
Secara intuitif korupsi dinyatakan sebagai sesuatu yang buruk, sebaliknya 
pertumbuhan adalah sesuatu yang baik. Karena itu, korupsi dianggap menggerogoti 
pertumbuhan.

Keadaan seperti ini bisa disaksikan di Afrika yang mengalami stagnasi bahkan 
pertumbuhan negatif sejalan dengan tingginya tingkat korupsi. Stagnasi dan 
korupsi yang tak berkeputusan membawa Afrika sebagai wilayah paling tertinggal 
dalam gempita pembangunan dunia. Zaire di bawah Mobutu dan Nigeria di tangan 
Abacha adalah contoh neraka ekonomi yang tercipta akibat korupsi.

Meski demikian, di Asia, khususnya Asia Timur, kita melihat gejala berbeda. Di 
kawasan ini dijumpai rezim-rezim korup justru mampu memompa perekonomian hingga 
menunjukkan kinerja pertumbuhan meyakinkan. Pada saat bersamaan, di Asia kita 
melihat pertumbuhan tinggi terjadi di dalam negeri-negeri yang relatif bersih. 
Di sini, korup atau tidak korup, pertumbuhan tetap terjadi.

Indonesia menegaskan teka-teki ini. Birokrasi korup pernah memproduksi angka 
pertumbuhan yang dipuji dunia. Tetapi birokrasi yang sama pernah menggiring 
negeri ini ke pertumbuhan negatif. Kini, tanda-tanda pertumbuhan terjadi juga 
di tengah korupsi yang melembaga, menyebar horizontal dan vertikal. 
Pertanyaannya, bagaimana teka-teki ini bisa dijelaskan? Bagaimana sebenarnya 
pertautan antara korupsi dan pertumbuhan?

Tamsil

Teka-teki ini telah lama menjadi perhatian khazanah ekonomi-politik. Bentuk 
simplikasinya ditunjukkan melalui empat tamsil. Pertama, grease the wheel, 
mengibaratkan korupsi sebagai pelumas yang mempermulus putaran roda birokrasi. 
Kelambanan birokrasi dalam menyelesaikan urusan administrasi diatasi dengan 
sogokan-varian korupsi-agar barang dan jasa bergerak lancar. Birokrasi akan 
bekerja lebih keras dengan stimulasi korupsi dan pengusaha pun tak mau 
kehilangan waktu dan menanggung opportunity cost-nya. Di sini korupsi menjadi 
desirable bagi pertumbuhan ekonomi. Sebagai sesuatu yang dianggap buruk, ia 
menjadi necessary evil.

Kedua, sand in the machine, menyatakan korupsi seperti pasir di dalam mesin 
yang justru mengganggu kinerja mesin. Tamsil ini mencatat korupsi tidak terjadi 
di ruang hampa, bahkan ia bergerak akumulatif. Sekali birokrat dilayani oleh 
sogokan, ia akan terus menuntut, bahkan dalam jumlah kian besar. Selain itu, 
sekali administrasi birokrasi bisa dijadikan mesin uang, peraturan penghambat 
akan terus diproduksi (red tape). Dalam varian yang lain, embezzlement, korupsi 
merugikan ekonomi karena adanya misalokasi pengeluaran atau investasi 
pemerintah. Akibatnya, kinerja ekonomi diperburuk melalui proses ini.

Dekat dengan tamsil ini adalah tamsil ketiga, roving bandit. Tamsil ini 
menggambarkan birokrat korup beraksi bak penjahat yang merampok korbannya. 
Seusai satu korban dihabisi, ia pindah untuk menangkap mangsa lain, merampok 
apa pun yang bisa dirampok. Ia bergerak terus tanpa henti sehingga at worst 
negara dirampok. Korupsi tipe ini membawa dampak negatif yang serta-merta 
(immediate) bagi perekonomian.

Keempat, stationary bandit, menyatakan koruptor tidak bodoh. Penjahat yang 
cerdas tak akan merampok habis korbannya. Ia merampok sedikit tetapi berkala di 
wilayah domainnya. Ia tak akan membunuh korbannya agar korban bisa terus 
dirampok terus dengan leluasa. Ekonomi harus dibiarkan tumbuh agar selalu ada 
bagian yang bisa digerogoti. Bukankah benalu yang baik tak akan mengisap mati 
inangnya?

Empiri

Tamsil pertama dan keempat memperlihatkan ada pertumbuhan di tengah korupsi. 
Sementara itu, tamsil kedua dan ketiga mempertontonkan hal sebaliknya: ada 
dampak negatif korupsi terhadap pertumbuhan. Menarik bagi kita jika teka-teki 
ini dihadapkan dengan bukti- bukti empirik yang lebih sistematis. Beberapa 
studi bisa dipakai sebagai acuan. Studi-studi ini menguji relasi korupsi dan 
pertumbuhan secara kuantitatif.

Pak Hung Mo (Journal of Comparative Economics, 2001), misalnya, telah mengukur 
dampak langsung dan tak langsung korupsi terhadap pertumbuhan. Menurut 
studinya, korupsi secara langsung memberi andil 12 persen terhadap kemerosotan 
pertumbuhan. Secara tak langsung, melorotnya pertumbuhan berjalan melalui tiga 
kanal: penurunan investasi, "depresiasi" human capital, dan ketidakstabilan 
politik. Melalui ketidakstabilan politik yang diciptakan, korupsi menyumbang 53 
persen, sedangkan melalui kanal investasi dan human capital korupsi memberi 
andil masing-masing sebesar 21 dan 14 persen penurunan pertumbuhan.

Studi Vito Tanzi dan Hamid R Davoodi-dimuat sebagai bab dalam Governance, 
Corruption and Economic Performance, 2002 (Goerge T Abed dan Sanjeev Gupta, 
eds)-menunjukkan, investasi pemerintah yang terjadi di negeri-negeri korup 
menjadi semu sifatnya. Investasi pemerintah memang meningkat sejalan 
korupsi-karena di sinilah sumber korupsi-tetapi ia menjadi percuma karena 
produktivitasnya rendah, tak diikuti pemeliharaan memadai, serta buruknya 
kualitas infrastruktur yang dihasilkan oleh proyek-proyek investasi itu.

Studi Paolo Mauro (Quarterly Journal of Economics, 1995) memberikan cerita 
sejajar. Korupsi telah menciptakan inefisiensi birokrasi yang selanjutnya 
memperburuk pertumbuhan. Korupsi juga merangsang terjadinya misalokasi 
investasi sektor-sektor ekonomi. Pada saat sama, korupsi memengaruhi tingkat 
pendapatan steady-state akibat misalokasi produksi. Dalam keadaan ekonomi 
berada di bawah tingkat steady-state-nya, korupsi yang menaik berdampak pada 
penurunan pertumbuhan.

Implikasi

Ilustrasi itu menjawab teka-teki relasi korupsi-pertumbuhan. Sedikitnya, kita 
mendapat argumen logis yang lebih tegas akan citra negatif korupsi. Pertanyaan 
yang tersisa ialah mengapa pertumbuhan masih bisa terjadi di negeri-negeri 
korup? Tentu banyak faktor yang bisa menjadi penjelas mengingat pertumbuhan 
adalah fenomena multidimensional. Tetapi, pertanyaan ini mungkin dapat dijawab 
dengan terbalik: jika korupsi bisa dihilangkan, seberapa tinggi lagi 
pertumbuhan mampu diraih di negeri-negeri ini?

Paolo Maoro mencatat, jika Banglades bisa memperbaiki integritas dan efisiensi 
birokratnya ke tingkat seperti Uruguay saja, investasi bisa dipompa hingga lima 
persen dan pertumbuhan tahunan bisa bertambah lebih dari setengah persen. 
Simulasi yang sama bisa dibayangkan untuk Indonesia. Jika negeri ini bisa 
sebersih Singapura atau Selandia Baru-tetangga terdekat yang paling bersih 
sedunia-masakan kita tak bisa jadi raksasa ekonomi? Masakan kemiskinan dan 
ketimpangan tak lenyap jika kita sedikit saja meniru tetangga?

Sebetulnya kita dan koruptor bisa makmur bersama-sama-jauh lebih makmur 
daripada sekarang-asal koruptor mau bersabar sedikit menanti rezeki melalui 
mekanisme ekonomi yang normal dan halal. Akhirnya, memang tiada jalan lain: 
hukuman optimal bagi pelaku korupsi. Alasannya, korupsi merupakan tindakan yang 
merampok dua generasi sekaligus- sekarang dan akan datang-melalui kesempatan 
yang dihilangkannya.

Harry Seldadyo Mahasiswa PhD Program Ekonomi-Politik di Rijkuniversiteit 
Groningen, Belanda


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Has someone you know been affected by illness or disease?
Network for Good is THE place to support health awareness efforts!
http://us.click.yahoo.com/OCfFmA/UOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to