Tempo interaktif

Senin, 23 Mei 2005 | 16:22:50 WIB 

Kolom 

Pembaca, mulai pekan ini, kami akan memuat kolom secara lebih variatif. Kolom 
ini akan ditulis oleh para pakar, yang berkompeten. Seperti kolom sebelumnya, 
pembaca diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, komentar, atau sanggahan 
terhadap materi isinya. Mohon pengirim tanggapan mencantumkan identitas jelas. 
Terima kasih. 

 
Kirim Komentar Baca Komentar 


Kolom R. William Lidlle



TNI, Demokrasi, dan Peran Amerika

Senin, 23 Mei 2005 
TEMPO Interaktif, : Dalam perjalanannya ke Washington minggu depan, Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan akan bertemu dengan Menteri Pertahanan 
Donald Rumsfeld. Topik pembicaraannya tentu kerjasama militer Amerika-Indonesia 
yang sedang pulih setelah dibekukan selama lebih dari sepuluh tahun. 

Langkah pertama sudah diambil, Februari lalu, ketika Menteri Luar Negeri 
Condoleeza Rice memberi sertifikasi kepada Kongres bahwa Indonesia sudah layak 
menerima bantuan militer. Rice juga mencanangkan bahwa program IMET (Latihan 
dan Pendidikan Militer Internasional), yang dihentikan pada 1992, akan 
dihidupkan kembali.

Anggaran IMET untuk Indonesia tidak besar, hanya sekitar $600,000 untuk tahun 
pertama. Tetapi pembukaan kembali keran IMET melambangkan bahwa seluruh "dosa" 
TNI sudah mulai diampuni. Ke depan, Indonesia bisa mengharapkan bahwa pembelian 
suku cadang, senjata, dan perlengkapan militer lain tidak akan diembargo lagi. 

Oleh karena itu, saya tidak heran bahwa penguluran tangan pemerintahan Bush 
kepada TNI dilawan oleh sejumlah orang Amerika. Misalnya, Senator Patrick 
Leahy, Demokrat dari Vermont, menuduh bahwa "anggota TNI yang melakukan 
kejahatan belum dituntut untuk mempertanggungjawabkan perbuatan keji mereka."

Menurut John Miller, aktivis East Timor Action Network, "sertifikasi Departemen 
Luar Negeri Amerika adalah tindakan palsu dan berbohong?yang tidak dimaksudkan 
untuk menggalakkan reformasi demokratis." 

Apakah Miller benar? Sejauh mana reformasi demokratis akan dihambat oleh 
kerjasama militer yang sedang dijalin oleh Bush dan Yudhoyono? Terus terang 
saja, bagi saya masalah ini termasuk problem "pembangunan politik" Indonesia 
kini yang paling memprihatinkan. 

Namun saya berpendapat bahwa masyarakat Amerika dan Indonesia sebaiknya 
bersikap supportive but watchful, mendukung sambil mengamati terus.

Alasan saya untuk bersikap mendukung adalah bahwa Indonesia, seperti semua 
negara modern, memerlukan tentara yang modern pula. Tugas utamanya adalah untuk 
membela negara dan bangsa dari ancaman asing. 

Kadang-kadang jasanya juga diperlukan di dalam negeri kalau ada konflik yang 
tak teratasi oleh polisi. Tentu dengan syarat supremasi sipil, yaitu bahwa 
tentara dan polisi dikuasai oleh pemerintahan demokratis. Bantuan dari Amerika 
bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sebuah tentara yang kuat dan sekaligus 
menghormati asas supremasi sipil. 

Tetapi saya tegaskan bahwa mendukung harus diimbangi dengan mengamati. Pertama, 
komitmen Amerika kepada demokrasi di Indonesia harus dipertanyakan terus. 
Selama Perang Dingin, Amerika berkali-kali mengkhianati cita-citanya sendiri. 

Selama Perang Terhadap Teror yang berlaku kini, pemerintahan Bush mendukung 
tanpa merasa ragu atau malu seorang diktator militer di Pakistan. Tak sulit 
untuk membayangkan suatu pemerintahan Amerika yang bersedia mengorbankan 
demokrasi di Indonesia demi stabilitas yang dijamin (atau djanjikan akan 
dijamin) oleh sebuah pemerintahan militer.

Kedua, hambatan yang terbesar kepada konsolidasi demokrasi di Indonesia adalah 
kedudukan dan sikap perwira TNI sendiri serta sikap banyak orang sipil yang 
terlalu lunak terhadap peran politik TNI. Para perwira pada umumnya masih 
membanggakan sejarah mereka sebagai kekuatan politik sambil meremehkan 
kemampuan kaum sipil. 

Sebagian besar dari anggaran TNI masih diperoleh dari luar anggaran negara, 
yang berarti bahwa para perwira sulit dikendalikan oleh pemerintah. Lagipula, 
sistem komando teritorial TNI setiap waktu bisa digerakkan untuk keperluan 
politik perwira.

Di Amerika Latin dulu, politisi sipil yang suka bersekongkol dengan oknum 
tentara merupakan salah satu alasan penting yang menjelaskan kenapa 
pemerintahan sipil sering dikudeta.

Di Indonesia pasca-Soeharto, Presiden Habibie menggantungkan nasibnya kepada 
Jenderal Wiranto, yang untungnya mendukung demokratisasi. Gus Dur mencoba 
menyelamatkan diri a la Sukarno, tetapi untungnya TNI masih mendukung 
pemerintahan konstitusional. Megawati juga memberi kesan bahwa dia mencari 
dukungan politik dari tentara.

Akhirulkata, saya mengucapkan selamat datang kepada Presiden Yudhoyono. 
Mudah-mudahan beliau akan berhasil di Washington. Tetapi sekaligus saya 
mengimbau kepada masyarakat Amerika dan Indonesia untuk memantau terus 
perbuatan semua politisi, sipil dan militer, di dua negara kita. Jangan-jangan 
cita-cita luhur kita bakal dikorbankan untuk keperluan sesaat atau segelintir 
orang.


R. William Liddle
Profesor Ilmu Politik The Ohio State University, Columbus, Ohio, AS 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Does he tell you he loves you when he's hitting you?
Abuse. Narrated by Halle Berry.
http://us.click.yahoo.com/aFQ_rC/isnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke