Rasa Malu yang Malu Melihat Kita

Oleh : KH A Hasyim Muzadi



Meski merasa malu, tetapi harus jujur diakui bahwa kita termasuk 
kategori bangsa yang memiliki kecakapan luar biasa untuk melupakan 
hal-hal yang sebenarnya sangat signifikan mempengaruhi kehidupan 
kita. Orang menyebut kita bangsa yang mengalami amnesia dengan 
stadium yang sangat merisaukan.

Kalau harus diukur dengan bentangan angka-angka, maka sudah tak 
berbilang berapa jumlah peristiwa bersejarah lalu-lalang di hadapan 
kita begitu saja. Peristiwa yang membanggakan atau peristiwa tragis 
yang meluluhlantakkan perikehidupan manusia. Kini mari bersikap 
jujur, benarkah peristiwa-peristiwa ini telah menanam kesan yang 
kuat dalam diri dan hati sehingga mampu mengubah prilaku buruk kita?

Kalau terjadi peristiwa dan tragedi alam, bisa jadi kita akan 
berkilah, itu semata kodrat dan takdir Allah. Tetapi bagaimana 
dengan tindakan-tindakan destruktif akibat negative behavior (Su-ul 
Khuluq) yang dilakukan sebagian anak bangsa. Kini, pilar-pilar 
demokrasi, politik, hukum serta sosial akan segera runtuh karena 
kian derasnya tindak pidana korupsi yang dilakukan secara terang-
benderang. Tindakan koruptif ini, begitu kuat tertanam, sehingga 
untuk --jangan memberantasnya-- mencegah pun akan kesulitan 
dilakukan oleh siapa pun, apalagi kalau kita hanya berpangku tangan 
dan cuma mengandalkan tangan-tangan pemerintahan.

Lantas, alat penakut semacam apa yang bisa membuat para koruptor 
jera? Rasanya akan sulit menemukan alat paling tepat untuk 
mengembalikan para koruptor ke jalan yang benar. Sebab, sedari awal 
Baginda Rasul sudah mewanti-wanti umatnya soal bahaya korupsi bagi 
tegaknya pilar-pilar kehidupan. Dari saking bahayanya, Rasulullah 
mengancam para koruptor -- salah satu bentuk tindakannya adalah 
menyuap dan menerima suap -- ini dengan jilatan api neraka. Ar-
Roosyi Wal Murtasyii Finnaar; pemberi suap dan penerima suap sama-
sama di neraka. Kalau neraka saja, bukan alat penakut buat mereka, 
lantas alat apa yang pantas kita siapkan? Rasanya sulit menemukan 
jalan paling tepat kecuali kita berharap lahirnya kecerdasan 
spiritual bagi bangsa ini.

Asal muasal tindakan korupsi sebenarnya berawal dari rasa iri, 
dengki dan hasad terhadap sesama manusia. Seorang pendengki tidak 
akan bisa hidup tenang kalau menyaksikan tetangganya bergelimang 
karunia. Hitungan detik dalam hidupnya, hanya memikirkan tetangganya 
dengan hati yang mendongkol, sementara tetangga yang menjadi objek 
sifat irinya dapat tidur nyenyak. Masih bagus kalau dia berharap 
nikmat serupa tanpa mengusik ketenangan tetangganya. Bila sifat 
dengki, iri, dan hasad sudah jauh merasuk ke dalam jiwa, maka 
harapannya cuma satu; bagaimana caranya nikmat itu bisa hilang atau 
tetangganya pergi jauh dari lingkungannya. Kalau rasa iri begitu 
dalam menghunjam dalam dirinya, maka ia akan mengambil cara apa pun 
agar bisa memperoleh kakayaan. Maka lahirlah tindakan suap, sogok, 
dan akhirnya melakukan tindak korupsi.

Kapankah sifat iri, dengki, dan hasad mengantarkan seseorang kepada 
tindakan durjana ini? Kalau rasa malu sudah merasa malu tinggal 
dalam diri seseorang yang memiliki sifat-sifat terlaknat ini. Ia 
sudah tidak mamiliki rasa malu untuk berbuat apa saja asal 
harapannya tercapai. Kalau rasa malu sudah hilang tak tersisa, maka 
semua jalan yang telah disyariatkan agama pun akan ia langgar. 
Hatinya tak akan pernah luluh meski berpanjang-pancang tiang firman 
Allah dihunjamkan ke hatinya. Kalau rasa malu sudah hilang tandas, 
maka Tuhan juga akan dengan cepat ia tanggalkan. Semua kisi-kisi 
hatinya dipenuhi kegandrungan terhadap dunia, harta didapat dengan 
cara-cara yang tidak halal. Ia berani menentang Tuhan, seakan-akan 
Dia tidak pernah ada. Jangan merasa malu terhadap Tuhan, Dzat yang 
dia tak mampu mencerna kehadiran-Nya, terhadap keluarganya pun ia 
tak akan sanggup mengundang rasa malu bertengger di hatinya.

Di sinilah, ketika alat penakut sudah sulit kita temukan, 
mendatangkan rasa malu menjadi sebuah awal yang bagus untuk 
menghindarkan seseorang dari tindak pidana korupsi. Al-Hayaa-u Minal 
Iman; (Malu sebagian dari iman). Bagaimana konsep malu menurut versi 
Rasulullah? "Orang yang ingin malu dengan sebenar-benarnya di 
hadapan Allah SWT, hendaklah menjaga pikiran dan hatinya. Hendaklah 
ia menjaga perutnya dan apa yang dimakannya. Hendaklah ia mengingat 
mati dan fitnah kubur." Para cerdik pandai selalu mengingatkan kita 
untuk mampu menjaga rasa malu agar tetap hidup dalam hati kita 
dengan cara selalu berlapang dada untuk berteman dengan orang yang 
terbiasa dipermalukan. Seorang sufi besar, Yahya Bin Mu'adz pernah 
menyitir rasa malu ini dengan begitu indahnya. Katanya, "Bagi 
manusia yang malu di hadapan Allah SWT ketika taat, maka Allah akan 
malu ketika ia berbuat dosa."

Mengundang rasa malu yang sudah terlanjur jauh meninggalkan kita, 
memang tidaklah mudah. Betapa dahsyatnya rasa malu ini, sampai-
sampai Tuhan Yang Maha Perkasa sekalipun memiliki sifat tersebut. 
Menurut Muadz Bin Jabal ra, sebuah Hadits Qudsi meriwayatkan soal 
rasa malu Tuhan ini. "Hamba-Ku telah berlaku tidak adil terhadap 
diri-Ku. Ia meminta kepada-Ku, tetapi Aku malu untuk tidak 
mengabulkan keinginannya. Padahal ia tidak pernah malu bermaksiat 
kepada-Ku." Sifat malu sesungguhnya merupakan kunci paling 
fundamental untuk menakar tingkat kedekatan seorang hamba kepada 
Tuhannya.  Bila seseorang sudah tidak punya rasa malu, maka ia akan 
berbuat apa saja. Serbategas untuk menindas, serbasampai hati 
memeras bawahannya, serbamungkin memindahkan angka-angka kemiskinan 
menjadi lembar-lembar dolar ke dalam rekening pribadi.

Tak adakah rasa malu kepada Allah SWT saat kita sodorkan lembaran-
lembaran rupiah kepada istri kita untuk dibelikan bahan makanan, 
tetapi uang tersebut hasil memeras atau hasil korupsi yang akan 
segera menjadi darah daging dalam tubuh anak-anak kita? Masihkah 
tersisa rasa malu terhadap Allah SWT ketika makanan sudah tersaji, 
tetapi itu jelas-jelas hak orang lain? Di tengah-tengah kita, rasa 
malu tak tersisa lagi. Kalau masih sadar, malu rasanya kita 
mengundang kembali rasa malu untuk secara suka rela bersemayam dalam 
hati kita karena ia terlanjur malu menghuni rumah yang menolak 
kehadiran rasa malu. "Allah malu menyerahkan Buku Induk Akhirat 
kepada hamba-Nya secara berhadap-hadapan karena isinya cuma daftar 
dosa-dosa," kata Imam al-Qusyairy an-Naishabury dalam bukunya Ar-
Risalah al-Qusyairiyah mengutip sebuah Hadits Qudsi.

Apa keuntungan yang bakal kita dapat kalau kita meneguhkan rasa 
malu? Abu Sulaiman Ad-Darany berkata, "Allah SWT berfirman: Wahai 
hamba-Ku, selama engkau malu di hadapan-Ku, Aku akan membuat manusia 
lupa kekuranganmu. Aku akan membuat muka bumi lupa akan dosa-dosamu. 
Aku akan menghapuskan dosa-dosamu dari Buku Catatan Induk dan Aku 
tidak akan meneliti amalanmu pada Hari Kebangkitan." Para koruptor 
adalah saudara kita juga. Mari kita ingatkan mereka bahwa Tuhan 
Mahamelihat. Wallaahu 'lamu Bish-Showaab

--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> seribu macam alasan pemerkosa: terangsang setelah melihat foto2 
> inilah itulah, trangsang nonton film inilah itulah, gak akan habis 
> akal buat cari alasan...habis berbuat lalu ketangkap polisi masuk 
bui 
> paling2 cuma berapa tahun sih? keluar bui berbuat lagi. enak 
> banget!!! hukuman macam mana yg pantas?? (( sunat abisss ! )) 
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Has someone you know been affected by illness or disease?
Network for Good is THE place to support health awareness efforts!
http://us.click.yahoo.com/OCfFmA/UOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke