Seorang teman, juga Doktor Fisika, juga dari Indonesia Timur, mengajar 3 sks di 
UI, cuman dibayar sekitar Rp 160.000,-  

Di bawah ini contoh seorang Jujur, Sederhana, Berdedikasi, Berprestasi. 
Almarhum memang perlu dihormati dan diteladani. Bintang dari Papua yang 
terjajah.

Banyak orang Kristen demonstrasi ketika sekolah-sekolahnya mau diobok-obok 
pemerintah.

Banyak orang Islam demonstrasi ketika Palestina diobok-obok Israel.

Tapi nggak ada yang turun ke jalan ketika saudara-saudari di Papua tanahnya 
disedot, manusianya dibodohi.....  apa bedanya kita dengan penjajah Belanda??? 
Jelas beda!!!!!!!! orang Belanda lebih baik karena mereka menjajah bangsa lain 
sementara kita menjajah bangsa sendiri.

 

Rabu, 01 Juni 2005, http://www.kompas.com/

Hari Ini Atma Jaya Anugerahkan Fisikawan Terbaik buat Hans J Wospakrik 

UNTUK merayakan hari lahirnya yang ke-45 atau Lustrum IX pada hari ini, 1 Juni 
2005, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, menganugerahkan tiga 
jenis penghargaan dan mendeklarasikan kelahiran Penerbit Unika Atma Jaya. 
Ketiga jenis penghargaan itu adalah Fisikawan Terbaik, Penerjemah Terbaik 
Bidang Novel, serta Tokoh Pembela Kemanusiaan dan Keadilan.

DUA hal dari kegiatan penting ini menyangkut satu nama: almarhum Hans Jacobus 
Wospakrik. Yang pertama adalah anugerah Fisikawan Terbaik. Yang kedua, 
peluncuran buku ilmiah populer, Dari Atomos Hingga Quark, yang menandai 
kelahiran Penerbit Unika Atma Jaya. Opus posthumous Hans ini diterbitkan 
bersama dengan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).

Dewan Penimbang, yang antara lain, terdiri dari Dr Jorga Ibrahim (Departemen 
Astronomi ITB), Dr Terry Mart (Jurusan Fisika, Fakultas MIPA UI), dan Dr LT 
Handoko (LIPI) dalam keputusannya menyebut Hans yang semasa hidupnya mengajar 
di Departemen Fisika ITB dianugerahi sebagai Fisikawan Terbaik "atas 
pengabdian, konsistensi, dan dedikasinya yang tinggi dalam penelitian di bidang 
fisika teori yang memberi sumbangan berarti kepada komunitas fisika dunia 
berupa metode-metode matematika untuk memahami fenomena fisika dalam partikel 
elementer dan Relativitas Umum Einstein melalui publikasinya di jurnal-jurnal 
internasional terkemuka, seperti Physical Review D, Journal of Mathematical 
Physics, Modern Physics Letters A, dan International Journal of Modern Physics 
A".

Tentu saja komunitas fisika mengerti bahwa Physical Review D dan Journal of 
Mathematical Physics adalah media terkemuka tempat sebagian riset fisikawan 
pemenang Nobel dipublikasikan. Yang menarik, yang justru mengapresiasi 
karya-karya penelitian berskala internasional dari seorang Hans (1951-2005) 
adalah sebuah perguruan tinggi di mana Hans tidak pernah terlibat dalam 
kegiatan penelitian maupun mengajar, bukan pemerintah atau Departemen 
Pendidikan Nasional yang struktural langsung membawahkan ITB tempat Hans 
sebagai pengajar dan peneliti.

Dengan tujuh hasil penelitian yang menembus jurnal internasional terkemuka, 
tiga hasil penelitian diterbitkan jurnal online yang bersifat internasional, 
tak terhitung penelitiannya yang diterbitkan jurnal dan prosiding dalam negeri, 
serta menghabiskan waktu sebagai pegawai negeri mengajar dan membimbing 
mahasiswa di ITB, Dr Hans J Wospakrik yang meninggal pada 11 Januari 2005 
dihargai pemerintah hanya sampai golongan IV-A, lektor kepala!

Barangkali ada yang salah dengan sistem merit versi pemerintah. Dr Jorga 
Ibrahim ketika memberikan alasan betapa Hans layak mendapat anugerah ini, 
mengutip fisikawan teori Prof Dr Ryu Sasaki dari Institut Fisika Teori Yukawa 
di Kyoto, Jepang, bahwa bila menggunakan syarat-syarat di Jepang, Hans adalah 
satu dari sedikit ilmuwan di Indonesia yang berhak mendapat gelar profesor.

Komentar Sasaki ini, menurut Jorga, disampaikan ketika berkunjung di ITB 17 
tahun lalu. Setelah mengetahui publikasi Hans yang menembus Physical Review 
D-padahal waktu itu Hans masih dengan gelar sarjana, belum PhD-Sasaki 
geleng-geleng kepala mengetahui Hans hanya dihargai pemerintah dengan golongan 
pangkat yang tidak memadai.

Pihak Atma Jaya sendiri, menurut salah seorang pengurus yayasannya, tertarik 
memberi penghargaan setelah membaca berita meninggal Hans di koran. Di sana 
disebutkan reputasi fisikawan yang putra Papua ini berkali-kali berhasil 
menembus jurnal fisika internasional terkemuka. Untuk memperkuat laporan surat 
kabar itu, pihak Atma Jaya mengundang beberapa fisikawan sebagai Dewan 
Penimbang.

Dengan penghargaan Fisikawan Terbaik ini, Atma Jaya memotivasi dosen-dosennya 
supaya giat dalam penelitian hingga hasil riset mereka dapat diterbitkan jurnal 
bidang masing- masing yang reputasinya mendunia, internasional. Momentumnya, 
ya, lustrum kesembilan inilah.

FISIKAWAN Terbaik. Saya pikir predikat ini tidak melulu untuk prestasi Hans 
sebagai akademikus, tapi juga sebagai seorang manusia dalam interaksinya dengan 
sesama. Inilah yang ingin saya bagi kali ini. Tentang keilmuwanan seorang Hans, 
saya tidak akan mengulangi apa yang terungkap secara panjang lebar dalam 
Pengantar Editor bukunya, Dari Atomos Hingga Quark, yang diluncurkan hari ini 
juga.

Santun, ramah, dan penolong. Saya pikir inilah kesan yang dibawa setiap orang 
yang pernah berjumpa dengan Hans. Sikap ini tidak hanya diperlihatkannya 
horisontal secara alami kepada rekan-rekannya sesama pengajar, tetapi juga 
vertikal secara alami kepada mahasiswa-mahasiswanya. Sebagian besar 
kawan-kawannya dan mahasiswanya yang saya jumpai mengatakan belum pernah 
melihat Hans marah. Paling-paling dia diam kalau ada yang tidak berkenan di 
hatinya. Diam itu pun biasanya segera cair.

Dalam pengenalan saya sejak dua puluh tahun yang lalu, citra santun, ramah, dan 
penolong itulah yang terekam dan selalu terkenang. Itu barangkali sebabnya, 
ketika menulis profilnya di harian ini dua tahun lalu, kesan itu terbawa-bawa.

Sebagai wartawan, tentu ada perasaan bersalah kalau kami hanya memperlihatkan 
kebaikan-kebaikan seseorang dalam suatu penulisan profil. Seolah-olah setiap 
orang adalah malaikat. Ada nasihat baik tentang penulisan profil yang pernah 
saya dengar dari seorang wartawan senior.

Katanya, "Kalau seseorang itu Anda anggap layak jadi panutan, tulislah 80 
persen mengenai kebaikan-kebaikannya, tapi sisakan 20 persen untuk 
memperlihatkan bahwa orang itu manusia juga, ada sisi-sisi buruknya."

Maka, ketika Karlina Supelli mengirimkan SMS bahwa ia sangat terkesan dengan 
profil Hans yang terbit 5 September 2003 di harian ini, saya langsung menjawab, 
"Apakah saya tidak berlebihan?" Karlina menjawab, "Tidak, itu juga Hans yang 
saya kenal."

Karlina adalah adik kelas Hans di ITB. Karlina di Departemen Astronomi, Hans di 
Departemen Fisika. Keduanya mendalami kosmologi. Keduanya menulis skripsi 
dengan pembimbing yang sama: Dr Jorga Ibrahim. Keduanya lulus cum laude. Hans 
pada tahun 1976, Karlina pada tahun 1981.

Beberapa hari setelah jenazah Hans dimakamkan di Jayapura, saya berkunjung ke 
rumah keluarganya di Bandung. Istrinya, Regina Wospakrik-Sorentau, bercerita 
bahwa profil itu pun sempat menggelisahkan Hans. Ia membaca berulang-ulang.

Kata Hans seperti dikutip istrinya, "Ma, apakah tulisan ini tidak akan 
mengganggu teman-teman? Saya dilukiskan seperti bintang." Istrinya menjawab, 
"Tidak. Saya kira Pak Salomo menulis apa adanya. Papa sendiri bagaimana 
melihatnya, apa ada yang salah ditulis di sana?" Respons Hans, "Tidak ada yang 
salah, tapi bisa disalahartikan."

Dalam kunjungan di Bandung itu saya mendapat banyak cerita tentang Hans dan 
keluarga, Hans dan mahasiswa, yang dituturkan orang yang paling dekatnya dalam 
24 tahun terakhir. Ketika studi di Universitas Durham, Inggris, untuk 
mendapatkan PhD (1999-2002), Hans membawa istri dan kedua anaknya. Beasiswa 
pas-pasan. Istri dan anak-anak harus bekerja.

Sebagai seorang bidan, Regina mendaftar bekerja di rumah sakit. Willem dan 
Marianette, kedua anaknya yang waktu itu masih SMP dan SMA, kalau ada waktu 
luang mencari kerja sambilan. Lumayan juga penghasilan mereka. Bisa menabung. 
Uang tabungan itulah yang mereka gunakan merayakan kelulusan Hans sebagai PhD 
keliling Eropa daratan.

Sekali peristiwa, Fitri Armalivia, mahasiswa bimbingannya, mendaftar untuk 
mengikuti kuliah triwulan pendek di Universitas Durham. Perguruan tinggi itu 
memang punya program beasiswa mengundang mahasiswa dari berbagai negeri selama 
beberapa minggu untuk berkunjung dan belajar. Armalivia butuh rekomendasi. 
Orang yang tepat memberikan itu tentulah Hans.

Pendaftaran sudah dilakukan, tapi panggilan belum datang juga. Armalivia 
menduga Hans belum menulis rekomendasi. Waktu itu Hans disibukkan dengan 
memeriksa ujian. Suatu hari guru dan murid ini berpapasan. Armalivia seperti 
menghindar. Hans semula tidak mengerti, tapi akhirnya mafhum bahwa biang 
keladinya pastilah rekomendasi itu. Di rumah ia bercerita kepada istrinya, 
"Armalivia mungkin kecewa, tapi saya akan ’kerjain’ dia seolah-olah saya tidak 
menulis rekomendasi."

Keesokan harinya ia langsung menulis surat-e ke Durham. Namun, setelah itu 
Armalivia selalu duduk di belakang saban mengikuti kuliah-kuliahnya Hans. 
Untunglah, dalam tempo yang singkat sesudah Hans melayangkan rekomendasinya, 
Durham memberi tahu bahwa Armalivia diterima mengikuti program triwulan pendek 
itu.

"Keusilan Pak Hans itu paling-paling segitu," kisah Regina. Hubungan murid dan 
guru itu pulih kembali.

Dengan seorang dosen senior, Hans pernah konflik. Yang senior mendiamkannya 
setahun, entah karena apa. Tidak saling tegur sapa. Ketika ada tanda-tanda 
hubungan membaik, justru Hans yang balik mendiamkannya. "Setahun saya 
didiamkan, sekarang saya tambah setahun, saya yang mendiamkannya," kata Hans 
seperti dikisahkan Dr Freddy P Zen, rekannya di Kelompok Keahlian Fisika Teori.

SEBAGAI pegawai negeri, Hans memperlihatkan hubungan berbanding langsung antara 
gaji dan kehidupan. Pada sebagian besar pegawai negeri, hubungan gaji dan 
kehidupan adalah berbanding terbalik sebab dengan gaji kecil (gaji pokok 
pegawai dengan golongan tertinggi IV-E tidak lebih dari Rp 4 juta), banyak 
pegawai negeri punya rumah lebih dari satu, mobil lebih dari satu, deposito 
dalam orde miliar rupiah. Hans selama hidupnya sebagai pegawai negeri tidak 
sempat memiliki rumah, tidak pernah memiliki mobil, bahkan sepeda motor. Setiap 
tahun ia harus memperbarui kontrak rumahnya, ke kampus naik angkot. Tak jarang 
ia pulang malam dari kampus jalan kaki setelah menempuh tujuh kilometer sebab 
angkot menuju rumahnya sudah tidak beroperasi lagi. Dalam hal ini, satu lagi 
predikat harus disematkan ke pundaknya: Pegawai Negeri Terbaik.

Kebaikan-kebaikannya inilah yang menumbuhkan pilu ketika menyaksikan bagaimana 
rumah sakit memperlakukan seorang fisikawan Indonesia yang luar biasa ini di 
akhir hidupnya.

Menurut penuturan istri dan keluarganya, karena kekurangan uang panjar, dua 
hari pertama Hans yang menderita leukemia itu tidak mendapatkan obat dari rumah 
sakit tempat ia terakhir dirawat. Begitu ada uang tambahan, barulah rumah sakit 
mulai memberikan obat. Beberapa jam setelah itu Hans mengembuskan napasnya yang 
terakhir.

Di kamar jenazah, tubuh Hans harus menunggu suntik formalin karena keluarga 
harus pontang-panting mengumpulkan uang sebanyak Rp 1 juta. Kartu kredit tidak 
berlaku di ruang jenazah itu. Dokter menunggu uang terkumpul. Untung ada 
Karlina Supelli yang bertanya ke dokter, "Saya punya beberapa dollar dan rupiah 
yang kalau dikumpulkan sekitar Rp 1 juta. Apakah ini dapat diterima?"

Sang dokter langsung memungut uang itu dan formalin seketika disuntikkan. 
(SALOMO SIMANUNGKALIT)

                
---------------------------------
Discover Yahoo!
 Have fun online with music videos, cool games, IM & more. Check it out!

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Dying to be thin?
Anorexia. Narrated by Julianne Moore .
http://us.click.yahoo.com/FLQ_sC/gsnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke