Saya pernah bincang-bincang dengan Djoko Susilo, anggota komisi I dari PAN yang juga mendalami soal Zionisme, ia mengatakan bahwa teman-teman JIL itu terlalu terpengaruh pemikiran Barat alias Western minded. Dari beberapa tulisan teman-teman di JIL, saya bisa mengambil kesimpulan, bahwa apa yang di usung oleh JIL tak lebih daripada memapankan hegemoni pemikiran Barat. Tidak ada yang baru dari gagasan yang diusung oleh JIL. Semuanya 'kisah-kisah usang'. Mengenai soal ini ada baiknya Anda membaca buku terbaru Adian Husaini, kandidat Doktor pemikiran Islam dari IISTAC Malaysia, yang berjudul "Wajah Peradaban Barat".
Ikranagara <[EMAIL PROTECTED]> wrote:Wah, pongah betul, ya, yang menamakan dirinya "mohdsyissamsul", ya? Dikiranya kepongahan bisa menjatuhkan fikiran Ulil, ya? Fikiran hendaknya juga dilawan dengan fikiran, Dik "mohdsyissamsul". Dan ingatlah: Tidak ada agama bagi yang tidak menggunakan fikirannya. Fikiran (buah dari olah otak) itu karunia tertinggi bagi makluk ciptaan-Nya yang bernama manusia ini. Serangga pun masih menggunakan otaknya, apalagi manusia. Kepongahan? Wah yang satu ini sih jauh dari budi daya fikiran. Emosikah itu? Mungkin! Melarikan dirikah itu? Mungkin! Ikra.- --- In ppiindia@yahoogroups.com, "mohdsyissamsul" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > orang kayak ulil nggak perlu ditanggapin apa yang disampaikannya. > tapi yang menjadi masalah nanti kalo pendengar dan pembacanya malah > terpengaruh khususnya bagi kalangan awam yang kurang memiliki basic > islam, mereka akan menerima dengan mudahnya karena kelihatan seperti > masuk akal. > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Judulnya rada provok yak ... :)) > > Tapi dibaca aja dech bagian bagian selanjutnya. > > > > salam, > > Ari Condro > > > > > > ----- Original Message ----- > > From: "assyaukanie" <[EMAIL PROTECTED]> > > > > Ulil lagi dapat wahyu. Ide-ide brilian terus muncul dari kepalanya. > > Sebagai seorang sahabat, saya cuma bisa mengamininya. Qad ja'al haq > > wa zahaqal bathil...... > > > > Luthfi > > ------- > > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla > > Kolom | 31/05/2005 > > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah dicontohkan oleh > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi atas > kehidupan, > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa Barat harus > ditiru > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam dirinya > (truisme). > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula. > > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti yang dihadapi > Jepang > > pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual Jepang dihadapkan pada > > pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru Barat atau tetap > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri total dari > pengaruh > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini di harian Al > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata benar: tirulah > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama peralihan abad 20 > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di sana terdapat > hal- > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia." Kalau kita > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert Hourani, akan > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan meniru Barat > begitu > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad 19 dan awal > abad > > 20. > > > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an, terutama dimulai dari > > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit "Perang Tujuh > > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di mana negara- > > negara Arab kalah perang terhadap Israel. Rezim-rezim otoriter di > > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah Barat" gagal > memenuhi > > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan dengan jargon besar > > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan itu memupus > > warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang semacam Rifa'ah > > Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan itu, > dikesankan > > seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama sekali > bertolak > > belakang dengan Barat yang --menurut mereka-- "dekaden" secara > moral. > > Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama yang memusuhi > hasil- > > hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti sistem demokrasi. > > Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah kekalahan kedua setelah > > kekalahan bangsa Arab terhadap Israel. > > > > Memang problem besar yang dihadapi oleh bangsa Arab adalah warisan > > institusi negara di sana yang begitu raksasa. Kekuatan-kekuatan > > alternatif dalam masyarakat sulit berkembang, seluruh potensi ke > arah > > pembangkangan diberangus. Hasilnya: negara yang begitu kuat, tetapi > > sekaligus tak terkontrol. Korban dari "negara kontrol" ini bukan > saja > > kaum oposisi sekuler, tetapi lebih-lebih adalah kaum oposisi Islam. > > Inilah pengalaman pahit yang dialami oleh kaum Islamis di Mesir, Al > > Jazair, Siria, Irak, dan lebih parah lagi Saudi Arabia. Paradoks di > > dunia Arab adalah bahwa keinginan untuk meniru Barat dan > rasionalisme > > justru diselenggarakan melalui "negara kontrol" yang represif. > Sudah > > bisa diduga jika hasil dari semua ini adalah kekecewan besar > > masyarakat Arab. Kekecewaan itu makin dalam ketika bangsa Arab > > melihat kenyataan lain, yaitu berdirinya negara Israel. Masalahnya > > menjadi lebih parah lagi karena berdirinya negara Isreal itu tejadi > > karena sokongan negeri-negeri Barat terutama AS. Ujung dari semua > ini > > sudah bisa diduga: menolak Barat berikut rasionalisme yang > terkandung > > di dalamnya. Manakala Barat ditolak, sudah tentu alternatif harus > > diajukan. Ditemukanlah "lampu Aladin" baru, yaitu Islam. > > > > Perkembangan di Arab itu juga mengimbas ke kawasan-kawasan lain. > > Jargon "Islam adalah solusi" juga kemudian ditiru di mana-mana. > Lalu > > muncullah ilusi bahwa Islam akan dapat menjadi sistem alternatif > yang > > bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam. > > Yang patut disayangkan adalah bahwa kata "Islam" dalam jargon itu > > dimengerti sebagai suatu sistem tertutup yang seolah-olah khas > > pemberian Tuhan, sudah lengkap dalam dirinya, sudah siap pakai, > pasti > > sesuai untuk segala zaman dan tempat. Islam juga dimengerti dalam > > tafsiran yang justru berlawanan dengan kehendak zaman itu sendiri, > > bahkan terkesan anti-rasionalisme dan intelektualisme. Saya dapat > > mengatakan dari sejak mula, proyek "Islam adalah solusi" > kemungkinan > > besar akan menemui kegagalan pula. > > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah dicontohkan oleh > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi atas > kehidupan, > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa Barat harus > ditiru > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam dirinya > (truisme). > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula. Apa yang dibutuhkan > umat > > Islam sekarang ini adalah melakukan rasionalisasi atas dua bidang > > sekaligus. Pertama, rasionalisasi atas pengelolaan kehidupan sosial- > > politik. Wujudnya adalah sistem demokrasi dengan seluruh kerangka > > kelembagaan dan kebudayaan yang ada di dalamnya: partai yang kuat, > > parlemen yang berwibawa, lembaga peradilan yang independen, pers > > bebas, masyarakat sipil yang "vibrant", serta kultur sipil yang > > mapan. Yang kedua, rasionalisasi atas pengelolaan alam. Wujudnya > > adalah teknologi. Bagi saya, rasionalisasi dalam dua bidang itu > > sekaligus merupakan hal niscaya kalau umat Islam hendak meraih > > kemajuan seperti yang diperoleh Barat. Bangsa-bangsa lain di Asia > > yang sudah mulai "catch up with the wagon" dan mampu meletakkan > diri > > sejajar dengan Barat, kurang lebih menempuah jalur semacam itu. > > > > Sebagian umat Islam ada yang membuat pembedaan antara sistem sosial > > dan teknik. Dalam lapangan pertama, umat Islam harus menciptakan > > sistem sosial sendiri yang "asli" Islam, sementara dalam lapangan > > kedua Barat bolehlah ditiru. Artinya: rasionalisasi dalam sistem > > sosial tidak dihindari; rasionalisasi hanya dimungkinkan dalam segi > > teknik. Taqiyyuddin An Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, membedakan > > antara "madaniyyah" dan "hadlarah". Madaniyyah adalah peradaban > yang > > meliputi teknik; hadlarah adalah kerangka normatif dan sistem > sosial > > yang mengatur kehidupan masyarakat.. Barat bisa diterima pada > > level "madaniyyah", bukan pada level "hadlarah". Bagi saya, > pembedaan > > semacam ini adalah pembedaan yang kurang perlu. Bagi saya, > > rasionalisasi justru lebih mendesak dalam bidang pengelolaan > > kehidupan sosial. Apa gunanya umat Islam menguasai teknik, kemudian > > teknik itu diterapkan dalam kerangka sistem sosial yang otoriter. > > Osama bin Laden menguasai teknologi komunikasi Barat yang paling > > mutakhir, memanfaatkannya, tetapi dia mengajukan visi tentang > sistem > > sosial Islam yang sama sekali tidak rasional, yaitu sistem sosial > > yang eksklusif, anti-demokrasi. > > > > Saya tidak mempunyai harapan pada dunia Arab. Sistem sosial di sana > > begitu busuknya, sehingga amat susah membayangkan adanya perubahan > > dan reformasi dalam waktu dekat. Halangan terbesar kemajuan Islam > via > > jalan rasionalisasi di Timur Tengah adalah kekuasaan dua rezim" > > sekaligus: rezim politik yang bengis, dan rezim agama yang tak > kalah > > bengisnya. Kedua rezim itu saling bergandengan tangan dan menolak > > segala kemungkinan perubahan. Saya mengharapkan "light at the end > of > > tunnel" di kawasan Asia Tenggara, dengan tulang punggungnya > Malaysia > > dan Indonesia. Jalan kemajuan Islam sudah terang benderang: > > modernisasi di bidang sistem sosial dan teknik. Kendala utama > proyek > > ini adalah ide-ide irrasional semacam negara Islam, sistem Islam, > dan > > yang serupa dengan itu. > > > > Kembali pada pokok soal: rasionalisasi dan menempuh kemajuan > seperti > > yang pernah ditempuh oleh Barat. Itulah kunci kemajuan dunia Islam > > Melayu. Yang amat saya sayangkan adalah bahwa "anti-Baratisme" > > sekarang ini berkembang luas, entah yang atas nama anti- > globalisasi, > > poskolonialisme, dan sebagainya. Teman-teman saya yang sedang getol > > menggeluti teor-teori baru dalam "Cultural Studies" begitu terlelap > > dalam keterpukauan atas segala hal yang bersifat lokal dan > hibridal: > > hal-hal yang memang menjanjikan eksotisme. Nasihat saya: tundalah > > dulu kehendak untuk menikmati eksotisme, dan pikirkan nasib jutaan > > umat Islam di kawasan Melayu yang terpuruk dalam kemunduran, dan > > karena itu begitu mudah menjadi santapan "ideologis" bagi kaum > > Jama'ah Islamiyah. Bagi saya, modernisasi di dunia Islam sekarang > ini > > belum tuntas. Solusi atas modernisasi yang setengah hati ini sudah > > tentu bukan kembali kepada agama, tetapi justru dengan cara > > menyempurnakan tahap-tahap modernisasi yang sudah tertunda > (Catatan: > > harap modernisasi di sini dimengerti bukan dalam pengertian "proyek > > modernisasi" atau "developmentalisme" tahun 60-an yang digalakkan > > oleh Amerika untuk menghadapi Komunisme; tetapi modernisasi seperti > > makna asal kata itu: yaitu proses modernisasi kehidupan sosial dan > > teknik dengan cara rasionalisasi, pengertian yang lebih dominan di > > Eropa). *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------- Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Has someone you know been affected by illness or disease? Network for Good is THE place to support health awareness efforts! http://us.click.yahoo.com/OCfFmA/UOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/