Ini adalah suatu contoh dari pernyataan sikap yang cukup baik, tidak seperti 
kebanyakan anak bangsa, baik itu Tokoh2 Masyarakat, Tokoh2 Agama, para 
Cendikiawan, Kaum interlek, Ormas2 keagamaan, yang selalu memandang Paranoit 
ata suatu kasus, sedikit2 menyatakan  " DIZALIMIN " . Bagaimana dengan Perasaan 
para korban di Tentena ???? apakah mereka tidak merasa dizalimin ???? 
Sudah menjadi kebiasaan di Negeri Ini, kalau ada kasus tertentu, pada rame2 
menyatakan bahwa itu bukan kasus SARA, yang melakukannya 'OKNUM" ( dan memang 
sudah seharusnya begitu), tapi kalau kasus sebaliknya pada rame2 berkoar Umat 
nya di Lecehkan, dizalimin, Agamanya dilecehkan,  dll. Apakah ini bukannya 
pernyatan SARA ???.
Pertanyaan kami, Kapan Bangsa ini bisa bergandengan tangan bersama untuk 
membangun negeri ini untuk menuju Indonesia yang baik ???. Kapan Bangsa ini 
bisa berdiri diatas kaki sendiri ???? . Jangan salahkan Orang lain selama Kita 
belum bisa berdiri diatas kaki sendiri.
Menurut kami Hanya orang2 yang picik, orang2 yang tidak mempunyai kemampuanlah 
yang selalu mencari Kambing Hitam agar ketidakmampuannya tertutupi.

salam
Budiman 

----- Original Message ----- 
From: jonathangoeij 
Sent: Friday, June 03, 2005 11:34 PM
Subject: [Kristian-Culture] Lagi-lagi Bom


Titik Pandang

Lagi-lagi Bom 

Andreas A Yewangoe

NEGERI kita kelihatannya seperti tidak putus dirundung malang. 
Setelah tsunami dan gempa berkekuatan tinggi menghajar kita, sekian 
banyak malapetaka lain lagi melanda. Sejenis penyakit polio, yang 
konon berasal dari Afrika, menghantam Sukabumi dan beberapa tempat 
lain di Pulau Jawa. Banyak anak berusia di bawah 15 tahun menjadi 
korbannya. 

Belum lagi hal itu selesai, kita dikagetkan dengan busung lapar di 
Lombok. Lagi-lagi yang menderita adalah anak-anak kecil. Mungkin 
masih ada lagi malapetaka-malapetaka lainnya di berbagai pelosok 
negeri kita yang tidak sempat terliput dalam media massa. Atau 
sengaja tidak diekspos demi menjaga "nama baik" kepala daerahnya. 

Seakan-akan itu belum cukup, laksana petir di siang bolong, tiba-
tiba saja bom diledakkan di Tentena, Poso, Sabtu 28 Mei lalu. Yang 
ini sungguh keterlaluan. Bencana buatan manusia ini sungguh biadab, 
dan karena itu mesti dikutuk oleh setiap orang beradab. 

Peledakan yang direncanakan sangat baik itu telah memakan kurban 
orang-orang yang tidak bersalah. Para perencana, dengan "cerdas"-nya 
mencari waktu yang tepat untuk meledakkannya di tengah-tengah pasar, 
ketika orang sedang ramai-ramainya berbelanja. Akibatnya sudah dapat 
diduga. 

Dua puluh orang meninggal di tempat. Dua orang menyusul kemudian. 
Bahkan mungkin akan bertambah lagi. Lima-puluhan orang menderita 
luka bakar. Beberapa yang lainnya lagi luka ringan. 

Tetapi, yang lebih hebat dari semuanya adalah guncangan jiwa. 
Masyarakat Poso dan khususnya Tentena, yang dalam bulan-bulan 
terakhir ini sudah mulai menikmati "kebebasan"-nya setelah bertahun-
tahun dilanda konflik horizontal, sekarang mesti menghadapi 
kenyataan baru. Haruskah mereka mulai dari titik-awal lagi? Sungguh 
mengenaskan.


*

Kita bertanya. Bahkan menggugat. Apa sesungguhnya yang terjadi? 
Siapa berada di balik semuanya ini? Apa motivasi mereka? Kita semua 
menduga-duga. Kita mereka-reka. Tetapi jawabannya tetap tidak jelas. 
Mungkin juga tidak akan pernah jelas, seperti banyak kasus-kasus 
sela- ma ini yang terjadi di Tanah Air. 

Tetapi, satu hal sangat pasti. Mereka adalah orang-orang yang tanpa 
hati-nurani. Yang dapat membunuh sesama dengan tangan dingin. Yang 
tega menghilangkan nyawa dengan senyuman tersungging. Mungkin juga 
seraya meneriakkan semboyan-semboyan keagamaan. Dan memakai simbol-
simbol keagamaan. Mereka adalah orang-orang yang ingin mencapai 
tujuannya dengan segala macam cara. Tujuan menghalalkan cara. 

Kalau mereka adalah orang-orang beragama, maka mereka telah 
mengklaim seakan-akan Tuhan merestui segala tindakan mereka. Surga 
sudah di depan mata. Tetapi inilah klaim palsu dan berlebih-lebihan. 
Sebab Allah yang Mahakasih tidak mungkin menghadiahkan surga kepada 
mereka dengan mengurbankan orang-orang yang tidak bersalah. 

Kita tidak percaya adanya Allah seperti itu. Lebih tepat dikatakan, 
inilah keberagamaan dangkal, yang bertentangan dengan hakikat agama-
agama yang sangat luhur yang menebarkan cinta-kasih. Lebih tepat 
apabila orang- orang itu dikategorikan sebagai tidak bertuhan. Atau 
yang memalsukan Tuhan. Bahkan menuhankan diri sendiri. 

*

Ketika bom meledak di pagi yang cerah itu, orang bertanya apakah 
akan terulang lagi konflik bernuansa agama yang selama ini membuat 
masyarakat kabupaten Poso terpuruk? Pertanyaan itu pantas 
ditanyakan, sebab para ahli ilmu-ilmu sosial pernah menyatakan Poso 
dapat merupakan titik-pusat letusan gunung berapi konflik SARA yang 
menyebabkan gelombang konflik di mana-mana. 

Kalau itu betul, pantaslah kita pesimistis. Bahkan gelisah. Namun, 
kita percaya, masyarakat Poso adalah masyarakat yang berakal-budi 
dan beradab. Yang mencoba melihat persoalan dengan jernih. Yang 
tidak mau lagi dijebak dalam lingkaran setan kekerasan. Maka kita 
sangat gembira ketika mendengar kabar, masyarakat Tentena tidak 
terpancing dengan peristiwa itu. Mereka tetap tenang. 

Tentu saja mereka sedih. Tentu saja mereka kecewa. Tetapi mereka 
tidak melampiaskan kesedihan dan kekecewaan itu dengan tindakan yang 
berlebih-lebihan. Itulah kedewasaan. Itulah akal-sehat. Itulah 
kemenangan. 

Kemenangan sejati adalah ketika nafsu pembalasan dendam dikalahkan 
oleh diri sendiri. Maka kita boleh berharap, relasi antarwarga yang 
berbeda agama itu, yang selama ini telah baik, akan dilanjutkan. 
Bahkan ditingkatkan. 

Mereka tidak mulai lagi dari titik nol. Teror dan terorisme dilihat 
sebagai seteru bersama, yang secara bersama pula dilawan. Poso akan 
tetap berada dalam keadaan damai-sejahtera. Inilah harapan. Tetapi 
harapan itu jangan dibiarkan hampa. Harapan itu mestinya mendorong 
negara untuk melakukan perlindungan yang memadai. Masyarakat 
Tentena, dan Poso pada umumnya mesti diberikan perasaan aman. 

Mereka mesti yakin, negara sungguh-sungguh dapat melindungi dan 
mengayomi mereka. Bukan sekadar retorik. Hal itu mesti dibuktikan 
dalam kesanggupan negara menangkap aktor intelektual perbuatan teror 
tersebut. Dan dihukum berdasarkan hukum yang berlaku. 

Kalau tidak, negara berkali-kali lagi memperlihatkan kegagalannya 
melindungi warganya. Faktor keamanan sungguh-sungguh penting bagi 
bangsa ini untuk melanjutkan perjalanan sejarahnya yang maha panjang 
itu. Kalau rakyat Indonesia tidak yakin akan keamanan dirinya, sulit 
untuk melakukan berbagai usaha guna memperbaiki taraf hidupnya.


*

Kita menyampaikan simpati kita yang mendalam kepada semua korban di 
Tentena. Kita berdoa semoga keluarga yang ditinggalkan diberi 
penghiburan dan kekuatan oleh Tuhan, agar mereka dapat lagi 
memandang hari esok dengan penuh optimisme. Kita mengharapkan semua 
korban yang luka-luka dapat dirawat dengan baik dan mengalami 
kesembuhan. 

Kita juga mengenangkan dengan penuh hormat perbuatan heroik yang 
dilakukan oleh Suryati Hawara (50), yang notabene baru saja menikah 
15 April lalu. Sebagai Lurah Petirodongi, Tentena, ia dengan segera 
melaksanakan tugasnya menyelamatkan orang-orang yang terluka. Ia, 
yang saat itu masih berada di rumah, dengan segera meluncur dengan 
sepeda motor ke tempat kejadian perkara. Sayang, ketika ia sedang 
menolong, bom kedua meledak. Maka, saat itulah ketika Suryati tengah 
memapah warga yang terluka, juga menjadi sasaran bom. Ia tidak 
sadarkan diri, dan meninggal di RSU Tentena. 

Hal serupa juga dilakukan Pdt Deni Doelelia STh, pendeta Gereja 
Kristen Sulawesi Tengah Jemaat Zaitun Bukit Bambo Tentena. Ia juga 
segera meluncur ke tempat kejadian perkara untuk menolong korban. 
Tetapi, ketika Deni melewati lokasi pasar, bom kedua meledak, dan 
serpihan bom yang terdiri dari paku-paku tajam berukuran 8 cm 
langsung menembus tubuhnya. Ia tewas di tempat.

Teror bom ini sekali lagi merupakan pelajaran mahal bagi kita. 
Semoga kita tidak menjadi bangsa pelupa, yang dengan mudahnya 
mengurbankan anak bangsa guna mencapai perubahan-perubahan. *

SUARA PEMBARUAN DAILY
Last modified: 2/6/05 

http://www.suarapembaruan.com/News/2005/06/02/Editor/edit02.htm






[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Has someone you know been affected by illness or disease?
Network for Good is THE place to support health awareness efforts!
http://us.click.yahoo.com/OCfFmA/UOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke