Buku Terbaru Pustaka Alvabet 
 
Setelah sukses dengan Novel Cala Ibi, Nukila Amal kembali hadir dengan
kumpulan Cerpen terbarunya berjudul LALUBA
Dapatkan segera di toko buku terdekat..

Judul                           : Laluba 
Penulis                         : Nukila Amal 
Cetakan/Tahun                   : I, Mei 2005
Ukuran                          : 13,5 cm x 20 cm 
Tebal                           : 166 Halaman
Harga                           : Rp. 29.500,-
ISBN                            : 979-3064-13-7
Seri                            : AlvabetSastra 

Kumpulan cerita pendek Nukila Amal memuat penggambaran kondisi
kemanusiaan yang bergerak diantara situasi keseharian dan yang
ekstrim: orang yang berjalan – jalan, rehat di kedai kopi, kejenuhan,
cinta pertama, sepi usia tua, hingga kebrutalan perang. 

Subyeknya bisa siapa saja atau apa saja: Ibu yang tengah hamil, penari
eksentrik, setetes embun, dua tangan yang bercakap, atau seekor buaya
kecil yang menyeruak keluar gambar. Cerita bertempat di pesisir
Halmahera, gang dan jalanan kota Jakarta, desa di Korsika, galeri di
negeri Belanda, sirkus di negeri antah berantah, atau taman ria di
dalam mata. Beberapa cerita bertolak dari karya – karya pegrafis
M.C.Escher. 

Cerita – cerita pendek Nukila, menyeret kita ke ceruk batin manusia
yang paling dalam dan misterius. Membacanya adalah sebuah pengalaman
kebahasaan yang pelik, menyentuh, indah dan menakjubkan. 
                                                --Bambang Sugiharto

Prosa Nukila Amal tidak hanya memuat puisi dalam presisi rima dan
diksi; tetapi juga menggunakan metafor yang segar, kerap mengagetkan,
cermat dan liris, yang terpadu ke dalam struktur yang ketat bahkan
nyaris matematis
                                                --Laksmi Pamuntjak 

"Sentuhan Nukila memberi hidup kepada benda – benda, kepada yang kecil
dan `tak penting' dunia dalam yang kian ditinggalkan – ketika banyak
cerita lebih memilih merayakan kebanalan permukaan hidup. Setiap tapak
kata adalah elan vital yang menyempurnakan dan menggenapi pembacanya.
Sebuah terobosan alam cara bercerita yang tak mungkin diabaikan oleh
siapapun yang serius memikirkan perkembangan sastra Indonesia masa kini."
                                                --Manneke Budiman


LALUBA

Mari ke laut, anakku. Kini saatnya. Kurasa mereka sudah dekat. Aku
bisa mendengar gema suara mereka terbawa angin subuh. Dengar, dini
hari ini angin tidak berdesir, tapi suaranya seperti sayatan sepanjang
jalan. Jendela kayu berderit ngilu olehnya, daun pintu mendesiskan
retak, menangkupkan dingin ke dalam rumah. Lilin tercakar: sebentar ia
berkobar, sekejap ia mengerjap-ngerjap. Gelap ingin masuk merasuk-rasuk. 

Telah semalaman aku duduk di sini, berdiang pada cahaya lilin di
dapur. Aku menatap tepi cahayanya meliuk kuning biru, menjatuhkan
bayanganku pada dinding kayu -- ia bergerak kesana-kemari seperti
penari,  padahal aku duduk diam. Berjam-jam aku mengamati bilah-bilah
kayu, menelusuri dengan mata permukaannya yang memecah seperti urat
nadi pucat. Tapi aku tak bicara pada mereka. Aku tak bicara padamu. 
Aku tak bicara pada siapa-siapa. Aku hanya duduk di sudut, menunggu.  
Kita akan melangkah keluar dengan pelan sekali, tak perlu buru-buru.
Aku ingin telapak kakiku menjejak penuh, merasai lantai kayu, tanah,
rerumputan basah dan  bunga jambu luruh. Benang-benang halus bunga
jambu terasa lembut di kaki, banyak juga yang tersangkut di pagar
bambu. Akan kusemat satu di telingaku. Pohon ini ditanam ayahmu, ini
kali pertama ia berbuah -- pasti rasanya manis, segar. Lihatlah
pohonnya, permukaanya hampir tertutupi warna merah muda menyala,
nyaris elektrik. Jika malam tiba, orang-orang dapat melihatnya dari
ujung kampung.

Kampung kita: rumah-rumah yang berderet menunggu ajal, tembok-tembok 
pejal yang menggigil. Gelap. Lampu minyak di dalam rumah-rumah menyala
lemah, meremangi mimpi jiwa-jiwa yang tak lagi bisa tidur lelap.
Kuyakin kau juga tak tidur. Betapa sepi.  Hanya ada suara angin,
serangga satu dua dan ombak pecah. Di saat-saat hening seperti ini,
aku berharap bisa menangkap bunyi denyut jantungmu atau dengkurmu. Ada
pula suara pria-pria berjaga yang bercakap dengan suara rendah. Kita
tak perlu melewati mereka, kita akan lewat samping menuju belakang
rumah. Aku sedang tak ingin ditanya-tanya.

Di belakang rumah ada pohon ketapang. Di bawahnya ada sebuah perahu
yang dibalikkan -- perahu ayahmu. Punggungku terasa kram, akhir-akhir
ini aku merasa cepat lelah. Kita akan duduk di sini.  Menunggu
matahari, pagi dan yang lain lagi.

Untuk Informasi dan Pemesanan  Hubungi Segera: 

Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl.Ir.H.Juanda No 5A Ciputat 
Jaksel 15411 Phone: 021.7494032,74704875
/Fax:74704875
e-mail : [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]







***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke