Refleksi: Atau bagaimana Bapak-bapak MUI?

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0506/14/opi01.html


Umat Beragama Harus Menolak Privatisasi Air
Oleh: Tom S Saptaatmaja

Walhi hingga saat ini tak lelah-lelahnya menyerukan pada semua pihak, termasuk 
umat beragama untuk menolak privatisasi Sumber Dasar Air dengan mendesak 
Mahkamah Agung melakukan judicial review UU No.7/2004 mengenai Sumber Daya Air 
(UU SDA). Seperti kita ketahui, tanpa UU inipun, kondisi sumber daya air di 
Indonesia memang sudah mencapai tahap kritis. Kehadiran UU itu malah menambah 
ruwet krisis air. 

Krisis air, kalau dilihat dari angkanya layak membuat kita semua cemas. Secara 
global, pasokan air di seluruh dunia berkurang hampir sepertiganya dibandingkan 
dengan tahun 1970 ketika bumi baru dihuni 1,8 miliar penduduk. Kelangkaan air 
sungguh ironis dengan predikat Bumi sebagai "Planet Air" lantaran 70 % 
permukaan bumi tertutup air. Namun, sebagian besar air di Bumi air asin dan 
hanya sekitar 2,5 % air tawar. Itu pun tidak sampai 1 % yang bisa dikonsumsi. 
Sisanya air tanah yang dalam atau es di Kutub. Para ahli meramalkan, dunia yang 
diperkirakan berpenduduk 8,3 miliar pada 2005 akan menghadapi kelangkaan air 
bersih. 


Bagaimana Indonesia? Menurut LIPI, negeri ini memiliki 6 % dari persediaan air 
dunia atau sekitar 21 % persediaan air Asia Pasifik. Namun demikian, kelangkaan 
dan kesulitan mendapatkan air bersih dan layak pakai menjadi permasalahan yang 
mulai muncul di banyak tempat dan semakin mendesak dari tahun ke tahun. 
Kecenderungan konsumsi air naik secara eksponensial, sedangkan ketersediaan air 
bersih cenderung melambat akibat kerusakan alam dan pencemaran, yaitu 
diperkirakan 15-35 % per kapita per tahun.


Dalam level pulau Jawa, menurut Sudariyono, Deputi Menteri LH bidang 
Pelestarian Lingkungan, pada 1930, kawasan ini masih mampu memasok 4.700 meter 
kubik per kapita per tahun (SH, 3/4). Namun, saat ini potensinya tinggal 
sepertiga atau sekitar 1.500 meter kubik per kapita per tahun. Berpegang pada 
perhitungan ini, diperkirakan tahun 2020 total potensi air akan menjadi 
berkurang hingga 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Kalau diperhitungkan 
secara kelayakan ekonomi air, hanya 35 persen yang layak pakai. Berarti potensi 
aktual air kita hanya tinggal 400 meter kubik per kapita per tahun. Ini jauh di 
bawah standar PBB, yaitu 1.100 meter kubik per kapita per tahun.


Studi yang dilakukan oleh Bappenas dan Persatuan Perusahaan Air Minum 
(Perpamsi) pada November 1998 menunjukkan, 87 dari 303 PDAM di seluruh 
Indonesia dalam kondisi kritis. Kapasitas produksi PDAM di seluruh Indonesia 91 
liter per detik, baru mencukupi 43 % penduduk perkotaan yang diperkirakan 
berjumlah 64,4 juta jiwa (BPS).

Peran Umat Beragama
Dalam tradisi dan keyakinan China, air merupakan salah satu unsur dari kelima 
unsur yg menghidupi dunia. Setelah prinsip pertama Yin-Yang, ada prinsip kedua 
yang tak kalah penting yaitu mengenai lima unsur (U Sing), yaitu kayu, api, 
tanah, logam dan air yang berhubungan satu sama lain dan saling menghidupi. 
Segala sesuatu dalam alam semesta dapat digolongkan dalam lima unsur ini. 


Dalam kebudayaan lain, peran air diwujudkan dalam keberadaan Dewa Air. Dalam 
agama-agama kuno Timur Tengah, beberapa peradaban memiliki Dewa Air. Diwaktu 
lalu, beberapa gereja dan segelintir umat Kristen diresahkan dengan terbitnya 
"Alkitab Eliezer ben Abraham" berjudul Kitab Suci Taurat dan Injil. Orang 
Kristen juga bingung dengan gerakan ini. 
Gerakan ini menuntut istilah Allah dalam Kitab Suci umat Kristian dihapuskan. 
Alasannya, nama Allah itu konon berasal dari "dewa air" yang mengairi bumi. 
Jadi dalam beberapa kepercayaan sang Pencipta dikaitkan dengan keberadaan air.


Dalam perspektif agama samawi seperti Yahudi, Kristen atau Islam, peran penting 
air sangat jelas, baik ritual maupun sehari-hari. Air termasuk yang paling awal 
diciptakan Tuhan seperti diungkapkan dalam Kitab Kejadian. Air menghidupi, 
tetapi juga dahsyat untuk menghancurkan kehidupan seperti dalam kisah Air Bah 
di era Nuh. Dalam kekristenan, air baptis menjadi simbol kehidupan baru bahwa 
manusia harus terlahir kembali. Yesus juga diyakini oleh umat kristiani sebagai 
Air Hidup.
Di Bali, ketika anak masih bayi juga diselamati dengan upacara Ayusya, yaitu 
upacara untuk umur panjang bagi bayi itu. Pada telinga kanan, bapaknya 
mengucapkan mantera yang isinya menyatakan antara lain: "air adalah berumur 
panjang, melalui Dewa Air memohon kepada Tuhan agar anak itu dianugerahi umur 
yang panjang.

Tolak Privatisasi 
Sayang air itu tidak gratis lagi, karena kini menjadi barang dagangan. UU SDA 
yang sudah diterbitkan mendukung komersialisasi dan privatisasi air. Artinya, 
sebentar lagi akan ada orang atau badan yang bisa memiliki sumber-sumber air 
untuk dijadikan barang dagangan (privatisasi). Air yang sesungguhnya menentukan 
hidup-mati kita semua, jadi barang dagangan dengan harga selangit. Bayangkan 
kalau para petani serta peternak ikan harus membeli air untuk sawah dan ternak 
mereka. Betapa mahalnya biaya yang harus mereka tanggung serta harga beras dan 
ikan yang kita makan nanti! 
Segenap umat beragama harus menyadari panggilan hidup umat beragama bukan hanya 
untuk mengejar kesucian diri sendiri. Umat beragama tak boleh lepas tangan 
dengan isu lingkungan hidup. Rusaknya alam semesta, makin kritis dan ruwetnya 
air harus mengetuk nurani segenap umat dari agama apapun. Kita harus 
perjuangkan, agar air tidak dihambur dan diboroskan seenaknya, juga dijaga dan 
tidak disalahgunakan sumber-sumbernya. 


Krisis air dan keruwetan serta masalahnya akan teratasi jika praktik beragama 
kita sungguh memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kejujuran, termasuk 
pengelolaan air. Air adalah kehidupan yang mengalir dari Sang Sumber Hidup 
sendiri. Mari kita menjaganya, bukan demi egoisme, tetapi demi kehidupan 
bersama.

Penulis adalah teolog, Alumnus Seminari 
St Vincent de Paul

 


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke