REPUBLIKA Senin, 20 Juni 2005 Belajar Kembali dari Masa Soeharto
Oleh : Umar Juoro Menanggapi banyaknya kasus busung lapar atau istilah halusnya kekurangan gizi, Presiden SBY berpendapat bahwa tidak semua program pembangunan pada masa lalu adalah buruk. Bahkan program yang baik perlu kita hidupkan kembali dan kembangkan lebih lanjut. Program yang dimaksud adalah kesehatan masyarakat yang antara lain dilakukan oleh Puskemas, Posyandu, dan PKK, yang banyak melibatkan masyarakat sendiri dalam peningkatan kesehatan masyarakat, termasuk program KB. Bahkan Menteri Kesehatan menyarankan agar sentralisasi dilakukan kembali dalam program kesehatan masyarakat. Permasalahan kekurangan gizi di beberapa daerah menunjukkan rendahnya kualitas SDM Indonesia. Posisi Indonesia dalam kualitas SDM lebih rendah dari negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Keadaan SDM Indonesia memburuk pada masa krisis. Meskipun data makro menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan telah kembali pada tingkatan sebelum krisis, sekitar 16 persen, namun keadaan di lapangan tidaklah sebaik data makro ini. Apalagi tingkat pengangguran masih tinggi, sekitar 9,8 persen, yang berarti bahwa golongan masyarakat bawah mengalami kesulitan besar bahkan hanya untuk bertahan hidup. Sarana untuk mendukung kualitas SDM mengalami kemerosotan yang yang tajam. Tingginya biaya pendidikan, tidak terpeliharanya fasilitas pendidikan, dan peranan guru yang melemah karena gaji yang rendah, menyebabkan kualitas pendidikan mengalami penurunan. Tentu saja hal ini tidak terjadi bagi golongan masyarakat yang mampu, karena bagi mereka semakin tersedia sistem pendidikan swasta dengan kualitas pendidikan yang baik yang tentu saja biayanya tinggi. Begitu pula dalam hal kesehatan, sarana seperti Puskesmas, apalagi Posyandu banyak yang tidak berfungsi, karena minimnya tenaga penggeraknya. Dokter tidak lagi diwajibkan untuk bekerja di daerah-daerah terpencil, dan lemahnya pengorganisasian serta minimnya dana menyebabkan sarana masyarakat seperti Posyandu banyak yang tidak berfungsi. Tambahan lagi kesulitan ekonomi, menyebabkan para orang tua dan anaknya dari keluarga miskin lebih terfokus pada mempertahankan hidup, dan mengabaikan aspek-aspek kesehatan keluarga, seperti mendapatkan gizi yang memadai atau memeriksakan kesehatan secara berkala, khususnya untuk balita. Pemerintah pusat tidak dapat lagi menjangkau secara memadai dalam hal mempertahankan apalagi memperbaiki kualitas SDM. Desentralisasi yang mengalihkan banyak kewenangan dan kekurangan dana menjadi penyebab lemahnya peran pemerintah pusat dalam menangani permasalahan ini, selain juga berkurangnya kemampuan birokrasi untuk merespons permasalahan dan melakukan upaya mengatasinya. Sementara itu perhatian pemerintah daerah masih pada bagaimana mendapatkan kewenangan sebesar mungkin dari pemerintah pusat dan sibuk dengan Pilkada, sehingga mengabaikan pengembangan program yang efektif bagi peningkatan kualitas SDM di daerahnya. Koordinasi antara pemerintahan daerah tingkat satu dan dua tidak mudah untuk dilakukankan. Tambahan lagi kemampuan birokrasi di daerah pada umumnya sangat rendah untuk menanggapi permasalahan apalagi mencari jalan keluarnya. Menghadapi keadaan seperti ini, sekadar menghidupkan kembali program-program pada masa pemerintahan Soeharto, bukanlah merupakan jawaban yang tepat. Pertanyaannya adalah siapa yang akan menjalankannya? Begitu pula sentralisasi pelayanan masyarakat, baik dalam kesehatan maupun pendidikan juga bukan merupakan jawaban tepat, karena desentralisasi telah demikian jauh dijalankan, sehingga resentralisasi hanya akan menambah permasalahan karena akan ditentang oleh pemerintah daerah. Dalam masa desentralisasi ini jawabannya berbeda untuk daerah yang berbeda. Bagi daerah yang mempunyai potensi untuk dapat mengembangkan kemampuannya sendiri dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan, maka sebaiknya difasilitasi dan didorong untuk melakukannya sesuai dengan perkembangan daerah yang bersangkutan. Daerah-daerah seperti Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dengan masing-masing daerah tingkat duanya dapat dikatakan mempunyai kemampuan untuk menjalankan program peningkatan kualitas SDM sendiri. Sedangkan daerah yang belum mempunyai kemampuan yang memadai perlu dibantu langsung oleh pemerintah pusat, seperti NTB dan NTT, yang belakangan ini banyak mendapatkan pemberitaan berkaitan dengan permasalahan kekurangan gizi. Lembaga swadaya masyarakat juga perlu untuk dilibatkan karena pada masa keterbukaan ini semestinya peran serta masyarakat lebih bersifat langsung bukan dimobilisasi seperti pada masa Orde Baru. Untuk itu perlu pendekatan dari kedua belah pihak. Keterbukaan Presiden SBY dan para menterinya dalam berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat semestinya dapat dioptimalkan untuk menggalang peran serta langsung masyarakat dalam memperbaiki kualitas SDM. Bagi pemerintah pusat, alokasi dana yang lebih besar pada kesehatan dan pendidikan, seperti membebaskan biaya pendidikan dan pelayanan kesehatan dasar untuk golongan miskin akan sangat membantu memperbaiki kualitas SDM kita. Bagi pemerintah daerah sedapat mungkin pengembangan SDM ini menjadi prioritas program mereka, dan melakukan koordinasi yang lebih baik antara daerah tingkat satu dan dua, serta bersinergi dengan dukungan masyarakat. Jika mereka kurang mampu melakukannya sendiri, sebaiknya dibantu pemerintah pusat. Efektivitas program pengembangan SDM akan semakin bergantung pada ketepatan program dan pelaksanaannya di masing-masing daerah. Sekalipun demikian, sinergi sangat dibutuhkan antara pemerintah pusat dan daerah, serta peran serta masyarakat yang lebih besar untuk mengembangkan SDM, khususnya berkaitan dengan golongan masyarakat yang tidak mampu. Langkah-langkah konkret harus segera dilakukan. Jika tidak maka kualitas SDM kita akan terus merosot yang semakin melemahkan daya saing kita sebagai bangsa. Tentu saja langkah konkret dalam pengembangan SDM ini harus terkait dengan program ekonomi yang dapat menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan golongan masyarakat bawah. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/