http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/6/29/b1.htm


Dari Warung Global Interaktif Bali Post
Uji Kebenaran Sejarah sebelum Izinkan Buku Sejarah Beredar



Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo mengakui pemerintah 
telah menarik buku pelajaran sejarah yang beredar di masyarakat. Untuk itu, 
pemerintah telah melarang peredaran buku pelajaran sejarah yang mengacu pada 
Kurikulum 2004. Penemuan kesalahan pembuatan buku sejarah ini diketahui 
pemerintah setelah dilakukan uji coba Kurikulum 2004 dari semua buku pelajaran 
yang ada di sejumlah sekolah yang ditentukan. Buku pelajaran sejarah tersebut 
ternyata tidak memenuhi standar kompetensi mata pelajaran sejarah. Mata 
pelajaran sejarah yang mengacu pada Kurikulum 2004 tidak memuat fakta sejarah 
bangsa tentang peristiwa pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Selain itu, 
kesalahan lain buku sejarah ini menyangkut peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI 
tahun 1965 tanpa memuat keterlibatan PKI. Sementara keterlibatan pemberontakan 
lain seperti PRRI, DI/TII dan Permesta, dimuat secara eksplisit. Kekeliruan 
dalam sejarah kita, karena kita melihat hanya dari satu versi yakni hitam dan 
putih saja. Padahal idealnya kita harus mengajarkan beberapa versi. Adanya 
beberapa versi ini tidak akan membingungkan pelajar karena akan menimbulkan 
kesimpulan masing-masing. Ke depan, pelaku sejarah yang masih hidup agar 
memberikan suaranya lebih banyak agar pendidikan sejarah sesuai dengan tatanan 
kehidupan yang lebih baik. Penarikan buku sejarah yang sudah sempat beredar 
memang disayangkan. Sebab, biarpun buku ditarik kalau isinya sudah masuk ke 
otak siswa bagaimana? Pemerintah seharusnya menguji kebenarannya sebelum 
mengizinkan buku sejarah beredar. Seharusnya Badan Dokumentasi Nasional juga 
berperan untuk memberikan masukan bukti-bukti dokumen. Jangan sampai buku 
sejarah dibuat untuk mengangkat citra seseorang saja. Demikian antara lain 
pernyataan yang muncul dalam acara Warung Global yang disiarkan Radio Global 
Kinijani FM 96,5 Selasa (28/6) kemarin. Acara ini juga direlai oleh radio 
Singaraja FM dan Radio Genta Swara Sakti Bali.

-----------------------------------------

Sejarawan Nyoman Wijaya, M.Hum. mengatakan kalau kita berbicara penarikan buku 
yang sudah beredar, bukan sejarah yang baru lagi di negeri ini. Kalau ada 
sesuatu yang tidak sesuai lagi dengan kepentingan tertentu atau fakta tertentu 
ditarik lagi. Karena pro dan kotra sejarah sudah terjadi sejak lama, misalnya 
tahun 1976 disodorkan peneliti saat itu Nugroho Notosusanto lewat beberapa 
jilid bukunya mengenai sejarah nasional menimbulkan pro dan kotra, tetapi 
bagaimana pun masih menjadi acuan bagi anak-anak sekolah. Jika dipantau lagi 
lebih jauh ada yang mengatakan bahwa sejarah tersebut adalah wewenang, siapa 
pun yang menang di dalam tampuk kekuasaan setelah menjadi penguasa, sejarah 
penguasalah yang muncul. Tetapi tidak semata-mata demikian, yang jelas setiap 
ada suatu penemuan baru ada sejarah baru. Di dalam ilmu sejarah disebutkan 
sejarah bisa ditulis ulang. Memang diakui ada kekeliruan dalam sejarah kita, 
karena kita melihat hanya dari satu versi yakni hitam dan putih saja. Padahal 
idealnya kita harus mengajarkan beberapa versi, misalnya dalam kejadian G-30-S 
dan keterlibatan orang-orangnya. Adanya beberapa versi ini tidak akan 
membingungkan pelajar karena akan menimbulkan kesimpulan masing-masing. Karena 
sejarah itu bukan saja baik dan salah saja, tetapi masuk akal dan tidak. Suatu 
sejarah tidak ada yang benar karena bukan ilmu pasti, setiap ada sumber baru 
pasti ada sejarah baru.

Sementara itu, menurut Wayan Gundul di Gianyar, kalau hanya mengubah atau 
menghilangkan sejarah, apakah mekanisme yang sudah ada selama ini merupakan 
suatu manipulasi pendataan yang tidak ada atau ada? Mengenai masalah pendidikan 
sejarah yang dihapus hendaknya berpaling dari kontinuitas dari zaman ke zaman 
dan uraian-uraian yang telah ada. Sebab, selama ini berbagai pihak telah 
menyusun berbagai peranan, mungkin pelaku sejarah yang masih hidup agar 
memberikan suaranya lebih banyak biar pendidikan sejarah ke depan sesuai dengan 
tatanan kehidupan yang lebih baik. 

Kadek Mako di Denpasar memaparkan bahwa sejarah Indonesia mulai kacau pada 
zaman sebelum reformasi, tepatnya pada rezim Soeharto, karena zaman ini 
penjilat-penjilat negeri ini tumbuh subur, mereka menjilat jabatan. Orang-orang 
ini sanggup melakukan apa saja. Juga banyak pejabat yang hampir 90% dari 
kalangan militer dan sipil berlomba-lomba membuat/ membukukan kisah mereka, 
dengan menonjolkan sisi-sisi keheroan mereka. 

Gusti di Renon mengatakan, buku bisa ditarik tetapi kalau sudah masuk ke otak 
siswa bagaimana kerja pemerintah kita ini, sebelum diuji kebenarannya sudah 
beredar? Ini sangat kita sayangkan. Jadi selama ini kita belum memiliki sebuah 
badan yang menyusun sejarah bangsa ini seperti apa. Semuanya terkesan serba 
salah. Menurutnya, seharusnya Badan Dokumentasi Nasional juga berperan untuk 
memberikan masukan bukti-bukti dokumen. Jangan sampai buku sejarah tersebut 
dibuat untuk mengangkat citra seseorang. 

Goatama di Gianyar memandang ada pihak-pihak tertentu yang akan mengambil 
keuntungan di balik itu. Misalnya orang yang betul-betul berperan di negeri ini 
''ditenggelamkan'' untuk kepentingan sekelompok orang guna meningkatkan 
popularitasnya. Sejarah ini perlu diluruskan karena faktor pendukungnya tidak 
jelas. Misalnya kalau kejadian G-30-S itu dilakukan oleh PKI berarti korbannya 
bukan orang PKI, tetapi sampai saat ini korban, pelaku, saksi tidak jelas. 
Goatama merasa apa pun yang terjadi di masa orde baru adalah kepentingan 
politik. 

Sementara menurut Sinda di Denpasar, namanya sejarah, jelek maupun baik harus 
diakui. Kalau sejarah ditulis seperti yang tertera setelah G-30-S menurutnya 
bukan sejarah bangsa tetapi sejarah pribadi. Buktinya rakyat dipaksakan untuk 
menonton film ''G-30-S/PKI'' dan juga penyerangan 1 Maret di Yogya. Itulah 
sejarah yang direkayasa. Kalau mau jujur bukalah Supersemar. Kenapa file bangsa 
yang bersejarah bisa hilang, ini sangat disayangkan. 

Tatik setuju penarikan buku sejarah yang tahun 2004 karena tidak cocok dengan 
yang dulu-dulu, misalnya pengarang yang sekarang menambah dan mengurangi, 
banyak yang mengada-ada dan banyak yang tidak tercantum.

Vijay di Jimbaran mempertanyakan, siapakah seharusnya yang harus meluruskan 
sejarah? Lebih baik tidak usah ada sejarah, kita belajar teknologi saja. Kita 
terlalu terlena dengan masa lalu saja, yang ujung-ujungnya korupsi juga. Dia 
mengaku bingung siapakah yang harus meluruskan sejarah ini, karena bisa dibuat 
beberapa macam versi. Jika setiap ada pergantian pemimpin nasional berarti 
setiap lima tahun sekali akan berubah juga kurikulum sejarah tersebut.

Subamia di Yangbatu mengamati bahwa jika bergerak mereka tidak akan bisa 
mengamati, kalau pengamat itu tidak mengkritisi, tidak menyarankan, tidak 
membantu, hanya duduk sambil memotret dan merekam untuk melengkapi hasil 
pikiran dan pandangan itu baru menyimpulkan, inilah yang menjadi suatu sejarah. 
Jangan sampai hanya merugikan siswa saja.

* panca 


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to