Penulis itu kan menulis berdasarkan pemahaman agama
yang dianutnya. Menurut ajaran Islam dilarang hidup
bermewah2an/boros, dilarang mencuri/korupsi/menyuap,
menolong sesama, dsb. Disertai dgn argumen dari kitab
sucinya.

Kalau dia menulis menurut ajaran Kristen, Budha, atau
Hindhu juga begitu, belum tentu benar. Kan dia belum
pernah mempelajari semua agama itu.

Kalau Mas Danar bilang menurut ajaran Kristen tidak
boleh begini-begitu, nah itu baru benar.

John P Dussich seorang ahli victimologist berkata pada
saya, bahwa agama adalah satu faktor kekuatan. Gunakan
itu untuk kebaikan. Jangan dihilangkan.


--- Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Mas Ambon, kalaukita baca baik baik misalnya kalimat
> ini:
>  
> "     Ketika berusaha, ia tidak akan berusaha dengan
> sesuatu yang haram, tidak akan melakukan riba dan
> menimbun barang, tidak akan berbuat lalim, tidak
> akan menipu, mencuri, korupsi, dan kolusi dan tidak
> pula melakukan praktek suap-menyuap. Ketika memiliki
> harta, seorang BERAGAMA YANG AMALIAH tidak akan
> menahannya karena kikir, tidak membelanjakan dengan
> cara boros; ia merasa hartanya itu merupakan amanah
> dari SANG PENCIPTA. untuk dimanfaatkan sesuai dengan
> ketentuan-Nya.
> 
>       Dalam pandangan UMAT BERAGAMA YANG AMALIAH,
> ekonomi bukan tujuan, melainkan semata-mata sarana
> yang lazim baginya mencapai tujuan yang lebih tinggi
> dan sarana penunjang dan pelayan bagi realisasi
> akidah dan syariatnya..."
> 
> Jadi, kita setuju, dengan catatan, ini memang
> manusiawi, dan harus dilakukan oleh SEMUA manusia
> yang luhur mulia. Ini adalah ajaran dalam Buddha,
> Kristen, Islam, seperti yang kita ketahui bersama.
> 
> Keluhuran perilaku, terutama dalam berekonomi,
> adalah perintah bagi semua manusia.
> 
> Tak perlu ada label labelan agama tertentu.
> 
> Salam amaliah
> 
> Danardono
> 
>  
> 
> maka kitapun dapat menggantikannya sbb, dan TETAP
> valid:
> 
>      Ketika berusaha, ia tidak akan berusaha dengan
> sesuatu yang haram, tidak akan melakukan riba dan
> menimbun barang, tidak akan berbuat lalim, tidak
> akan menipu, mencuri, korupsi, dan kolusi dan tidak
> pula melakukan praktek suap-menyuap (Q.S. 2: 188).
> Ketika memiliki harta, seorang muslim tidak akan
> menahannya karena kikir, tidak membelanjakan dengan
> cara boros; ia merasa hartanya itu merupakan amanah
> dari Allah swt. untuk dimanfaatkan sesuai dengan
> ketentuan-Nya (Q.S. 24:33).
> 
>       Dalam pandangan Islam, ekonomi bukan tujuan,
> melainkan semata-mata sarana yang lazim baginya
> mencapai tujuan yang lebih tinggi dan sarana
> penunjang dan pelayan bagi realisasi akidah dan
> syariatnya.
> 
> 
> 
> 
> Ambon <[EMAIL PROTECTED]> schrieb:
> LAMPUNG POST
> 
>       Jum'at, 1 Juli 2005 
>      
>       OPINI
>      
>      
>      
>      
> Penerapan Sistem Ekonomi Islam 
> 
>       * Muhammad Taufik, Wartawan 'Lampung Post'
> 
> 
> 
>       Carut-marutnya perekonomian di Indonesia
> seperti tidak pernah berkesudahan. Krisis ekonomi
> yang makin parah ini berdampak juga pada krisis
> kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
> 
>       Secara global (mujmal) Alquran menyebutkan
> dengan 'iradh 'an dzikri (berpaling dari
> ketentuan-Ku), sebagaimana dinyatakan dalam Surah
> Thoha: 124, "Dan barang siapa yang berpaling dari
> peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
> yang sempit (sulit) dan Kami akan menghimpunnya pada
> hari kiamat dalam keadaan buta."
> 
>       Sebelumnya juga Rasulullah saw. memprediksi
> dalam sebuah hadis riwayat Imam Thabrani dari Ibnu
> Abbas, akan terjadinya berbagai krisis dalam
> kehidupan umat manusia yang sangat beraneka ragam
> apabila terdapat berbagai hal yang dilakukan
> sebelumnya, yaitu:
> 
>       Pertama, krisis kepribadian, yang ditandai
> dengan mudahnya orang bersumpah dan berjanji dan
> sangat mudah pula mengingkarinya. Krisis ini
> mengakibatkan dikuasainya kehidupan oleh orang-orang
> yang memusuhi Allah dan rasul-Nya serta memusuhi
> orang-orang yang beriman. Mereka juga berusaha
> menguasai kekayaan dan sumber alam serta mata
> pencarian masyarakat tersebut.
> 
>       Kedua, krisis keimanan, yang ditandai dengan
> keengganan ber-tahkim kepada ketentuan Allah dan
> rasul-Nya, keengganan menjadikan Alquran dan sunah
> Rasul sebagai rujukan dalam penataan dan pemecahan
> berbagai masalah yang dihadapinya. Krisis ini
> mengakibatkan merajalelanya kefakiran dan
> kemiskinan, membubungnya harga-harga, dan hukum yang
> dijadikan permainan semata oleh orang-orang yang
> punya pengaruh besar dan berduit.
> 
>       Ketiga, krisis moral, yang tercermin dengan
> merajalelanya tempat-tempat prostitusi, praktek
> aborsi yang mengakibatkan timbulnya
> penyakit-penyakit kelamin yang mematikan.
> 
>       Keempat, gaya hidup materialistis, yang
> tercermin pada gejala berlomba-lombanya mencari dan
> menumpuk harta kekayaan tanpa memperhatikan cara
> mendapatkannya dengan menghalalkan segala cara
> mendapatkannya. Gaya hidup ini ditandai keengganan
> berzakat, berinfak ataupun bersedekah hingga hilang
> rasa ukhuwah dan solidaritas kemanusiaan yang
> menonjol semangat individualistik dan kebatilan.
> Krisis dalam gaya hidup ini akan mengundang azab
> Allah swt. dalam bentuk musim kemarau yang panjang,
> kerusuhan di mana-mana, dan bencana alam lainnya.
> 
>       Karakter Ekonomi Islam
> 
>       Sejalan dengan berkembangnya kegiatan ekonomi,
> berkembang pula ilmu ekonomi yang melahirkan
> sistem-sistem ekonomi. Sampai pada Thomas Aquinas,
> kegiatan ekonomi masih diingatkan akan adanya bahaya
> bunga atau riba. Tetapi, setelah itu kegiatan
> ekonomi lebih banyak didominasi logika-logika
> manusia yang saling bertentangan, yang mengakibatkan
> makin melebarnya jurang antara si kaya dan miskin
> (akibat doktrin Adam Smith yang terkenal dengan
> istilah the invisible hand yang membiarkan
> berlakunya survival of the fittest) atau doktrin
> trade of A.W. Philips yang mengakibatkan
> pengangguran dan inflasi dan sebagainya.
> 
>       Demikian pula sistem ekonomi sosialis komunis
> yang didominasi perencanaan dan penguasaan alat-alat
> produksi secara terpusat oleh negara karena
> mengabaikan hak-hak individual ternyata juga tidak
> membawa kesejahteraan kepada umat manusia.
> 
>       Sebagai ajaran yang syaamil (mencakup) dan
> kaamil (sempurna) serta mutakaamil (saling
> melengkapi dan terkait yang berlandaskan pada wahyu
> Allah swt., tentu ajaran Islam mengandung pula
> ajaran yang berkaitan praktek-praktek ekonomi yang
> akan membawa pada kesejahteraan dan keselamatan
> hidup umat manusia (Q.S. 21: 107).
> 
>       Dalam terminologi syariat, ekonomi termasuk
> kelompok muamalah, dan muamalah termasuk pada bagian
> syariat yang terkait erat dengan akidah dan akhlak
> (Q.S. 14: 24--26). Atas dasar tersebut,
> kekhususan-kekhususan ekonomi Islam tereletak pada
> karakteristik dan wataknya yang berbeda dengan
> individualisme dan kapitalisme serta berbeda pula
> dengan sosialisme-komunisme.
> 
>       Secara umum, menurut Yusuf Qardhawi, dalam
> bukunya Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian
> Islam, karakteristis ekonomi Islam itu ada empat;
> ilahiah, akhlak, kemanusiaan, dan pertengahan.
> 
>       Ilahiah, ekonomi Islam adalah ekonomi ilahiah
> karena titik berangkatnya dari Allah swt., tujuannya
> mencari rida Allah, dan cara-caranya juga tidak
> bertentangan dengan syariat-Nya.
> 
>       Seorang muslim melakukan kegiatan produksi, di
> samping memenuhi hajat hidupnya, keluarga, dan
> masyarakatnya, juga karena melaksanakan perintah
> Allah swt. (Q.S. 67: 15). Ketika seorang muslim
> mengonsumsi dan memakan dari sebaik-baiknya rezeki
> dan yang halal, ia merasa sedang melaksanakan
> perintah Allah (Q.S. 2: 168). Ia menikmatinya dalam
> batas kewajaran dan kesahajaan, sebagai bukti
> ketundukannya kepada perintah Allah (Q.S. 7:
> 31--32).
> 
>       Ketika berusaha, ia tidak akan berusaha dengan
> sesuatu yang haram, tidak akan melakukan riba dan
> menimbun barang, tidak akan berbuat lalim, tidak
> akan menipu, mencuri, korupsi, dan kolusi dan tidak
> pula melakukan praktek suap-menyuap (Q.S. 2: 188).
> Ketika memiliki harta, seorang muslim tidak akan
> menahannya karena kikir, tidak membelanjakan dengan
> cara boros; ia merasa hartanya itu merupakan amanah
> dari Allah swt. untuk dimanfaatkan sesuai dengan
> ketentuan-Nya (Q.S. 24:33).
> 
=== message truncated ===


Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org


                
____________________________________________________ 
Yahoo! Sports 
Rekindle the Rivalries. Sign up for Fantasy Football 
http://football.fantasysports.yahoo.com


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke