Menurut saya, TKI yang makmur itu masuk akal. Justru
reaksi dari tulisan itu yang emosional.

Memang ada TKI yang bermasalah dan tidak membawa apa2,
tapi berapa persen jumlahnya? Jumlah TKI ada sekitar 2
juta. Jika ada 1000 TKI yang bermasalah pun, itu masih
kecil dibanding yang beruntung (meski harus kita
bela). Secara logika, jika sebagian besar TKI naas
nasibnya, tidak mungkin angka TKI mencapai 2 juta
lebih. Pasti mereka ketakutan jadi TKI:)

Saya pernah baca di Kompas tentang beberapa kampung di
Jawa yang rumah penduduknya makmur karena bekerja sbg
TKI.

Saya sendiri karena ayah mantan pegawai Depnaker yang
sering menolong TKI bermasalah (ada 2 orang yang
numpang di rumah selama 1 tahun dan makan ditanggung)
sering menyaksikan bagaimana TKI yang berhasil pulang
dgn koper yang penuh serta uang yang banyak.

Gaji pembantu di LN rata2 di atas Rp 1 juta. Oleh
karena itulah banyak orang yang ingin jadi TKI meski
harus menempuh jalur yang illegal. Yang sudah pernah
kerja di LN pun cenderung ingin kembali ke sana.

Memang ada yang naas, tapi sekali lagi, lihat
statistik ke seluruhan. Di Indonesia pun banyak
pembantu yang tidak digaji atau disiksa.

Kalau mau bicara TKI, ya harus dgn penelitian yang
menyeluruh dan tidak asbun.

Ada baiknya ada media yang melakukan investigasi
secara penuh. Baik tentang nasib TKI yang sedang
bekerja di luar negeri, wawancara dgn TKI, serta
mantan TKI yang sudah kembali di Indonesia.

Metode investigasi ini harus memakai metode sampling
yang representatif. Tidak tendensius.

--- Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> 1. Sebuah kritikan untuk tulisan karya 
> Viddy Al Machfoed Daery yang dianggap
> tidak mampu membaca realita TKI secara
> menyeluruh dan konseptual.
> 
> 2. Baru-baru ini di media massa juga saya baca
> kalau import garam dihentikan selama 6 bulan,
> juga laporan investigasi dari LPEM UI tentang
> korupsi di Beacukai yang mencapai angka 7 Trilyun.
> 
> Ngeri, soalnya di milis dan baru bebrapa minggu lalu
> ngobrolin masalah ini waktu pra munas bareng S yang 
> anak LPEM dan baru jadi staf ahli Menteri BUMN serta
> abang dari beacukai, dan dampaknya langsung di geber
> dalam bentuk laporan dan kebijakan.
> 
> 3. Wah, kalau pengamatannya tidak cermat dan terburu
> buru
> baru ngobrol doang, terus dampaknya justru berbalik
> menghajar rakyat sendiri, bisa repot yak ....  :P
> 
> Jadi mikir, saat ini yang dipikir oleh teman teman
> yang dianggap
> salah pengamatan dan asbun seperti Viddy A.M. Daery
> ini
> bagaimana ya ?  Teman yang wartawan dan biasa main
> di
> jurnalisme investigatif bagaimana ya ?  bagi bagi
> ceritanya donk ...
> 
> Eh, kejauhan kali ya, yang biasa bikin infotainment
> terus beritanya
> gak jelas gak tahu ke mana, gimana ya ?
> 
> salam,
> Ari Condro 
> 
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: "BECKhoo" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <tionghoa-net@yahoogroups.com>
> 
> Ontohood !
> 
> Siapa sih penulis ini, dengan modal berkunjung
> beberapa hari dan 
> melihat nasib TKI yang kebetulan beruntung, berani
> melakukan 
> penggeneralisiran sepihak begini ?
> 
> Geblek. Dungu. Guoblog.
> 
> Mau lihat TKI miskin ? Jangan cari di kampung Pandan
> atau kampung 
> Melayu. Coba ke kantong2 kumuh yang terbentang dari
> Kajang, Semenyih, 
> sampai Seremban. Coba lihat di pabrik2 sepanjang
> Alor Star, Sungai 
> Petani sampai Butterworth.
> 
> Coba si Tulul ini bicara pada volunteer2 dari
> Tenaganita atau Migrant 
> Care; coba tanya nasib TKI illegal di sono. Atau
> tanya bagaimana 
> perlakuan households Malaysia terhadap yang namanya
> 'maid', 'budak 
> rumah'. Coba buka mata lebar2 !
> 
> TKI illegal di sana hanya sapi perahan tanpa
> perlindungan hukum, 
> diperes kiri-kanan. Kalau mati dibunuh ya tinggal
> kubur bangkainya 
> saja seperti binatang; sebab encik Polis tak ada
> masa untuk urus 
> Indon illegal.
> 
> Yang kayak gini jarang disorot, karena acapkali TKI2
> illegal yang 
> pulang terlunta2 itu malu menceritakan nasibnya;
> sementara orang 
> tolol nan goublog macam penulis ini suka benar
> menggembar-gemborkan 
> dan menggeneralisir potongan cerita kesuksesan macam
> gini.
> 
> Mau cari buku Indonesia ? Aduh geblek tenan. Buku2
> karya Hamka, 
> sampai dengan segala macam novel dari Sutan Takdir
> Alisyahbana sampai 
> Djenar Mahesa Ayu ada kok. Coba saja ke pasar-pasar
> di sekitar Masjid 
> Jamek, di belakang City Hall, di Jalan Abu Bakar
> (jl. Mesjid), di 
> Jalan Sultan. Majalah Gatra, Tempo, bisa diperoleh
> di kios2 majalah 
> yang besar2, mau langganan juga ada agencynya kok. 
> 
> Apanya yang dirazia, wong selama ini saya bisa
> menenteng Tempo, 
> Gatra, Kompas, santai2 saja lewat KLIA, Senai,
> Stulang Johor dan 
> Entikong.
> 
> Apanya juga yang heran TKI punya mobil ? Wong Kancil
> bekas bisa 
> ditebus dengan harga RM 16K, Proton Saga bekas bisa
> dapat RM 25K. 
> Sewanya beberapa ratus Ringgit sebulan, yang
> notabene ngga jauh beda 
> dengan leasing. Asal ada guarantor, cukup RM 500
> untuk uang muka bisa 
> bawa pulang Kancil. Biasanya TKI2 seperti di
> Butterworth patungan 
> untuk sewa/leasing Kancil/Proton Saga beginian. 
> 
> Hanya dengan modal pengetahuan secuil demikian, mau
> dipakai untuk 
> mengecilkan negeri sendiri dengan kasus busung lapar
> dll yang 
> sifatnya kasuistik dan tidak nationwide.
> 
> Tulisan keledai ginian diforward !
> 
> BK.
> 
> ----- Original Message ----- 
> 
> 
> TKI Makmur, Negerinya Busung Lapar 
> 
> Oleh Viddy A.D. Daery *
> 
> Saya baru saja diundang yang kesekian kalinya oleh
> pemerintah 
> Malaysia untuk jadi pembicara sastra budaya di
> Perhimpunan Penulis 
> Muda Malaysia di Resort Golf Kukup, Pantai Piyayi,
> Pontian, Johor. 
> 
> Pontian ialah wilayah yang 75 persen warganya
> pendatang dari 
> Ponorogo, Jatim, di zaman penjahan Belanda dulu.
> Karena itu, sampai 
> kini, daerah tersebut mempunyai kesenian andalan
> wayang kulit dan 
> jarang kepang, yang tentu bisa dirujuk dari daerah
> asalnya.
> 
> Tentu, kini semua keturunan Ponorogo itu sudah
> menjadi warga negara 
> Malaysia dan tidak bisa lagi berbahasa Jawa kecuali
> satu-dua patah 
> kata. Untuk pertunjukan wayang pun, dipakai bahasa
> campuran Jawa dan 
> lebih banyak Melayu.
> 
> Kompleks TKI
> Ketika kembali ke ibu kota Kuala Lumpur dan menginap
> semalam di 
> Rumah Budaya GAPENA yang secara nonresmi praktis
> menjadi "rumah 
> dinas" saya jika di Kuala Lumpur, saya mempunyai
> waktu luang dua 
> hari untuk berjalan-jalan. 
> 
> Karena saya sudah hampir mengenal semua wilayah
> Kuala Lumpur, saya 
> tak ingin berjalan-jalan, tetapi ingin berkunjung ke
> adik sepupu 
> saya yang sudah menjadi TKI di Kuala Lumpur sejak 20
> tahun lalu.
> 
> Setelah saya telepon, ternyata adik sepupu saya
> justru ingin 
> menjemput saya memakai mobilnya dan menyatakan saya
> tak perlu 
> menyewa taksi. TKI punya mobil? Alangkah menariknya
> fenomena ini. 
> Sebab, selama ini, di koran-koran Indonesia, yang
> dibesar-besarkan 
> justru TKI yang disiksa majikan (biasanya majikan
> dari etnis India 
> atau Cina, tapi koran Indonesia hanya menyebut
> Malaysia), TKI yang 
> ditipu mandornya, TKI yang dicambuk polisi Malaysia,
> dan sebagainya.
> 
> Adik saya menjemput saya di Rumah Budaya GAPENA
> lepas isya. Saya 
> diajak putar-putar Kuala Lumpur yang bermandi
> cahaya. Dia tentu 
> ingin memamerkan kesuksesannya kan?
> 
> Dia menunjukkan gedung-gedung yang pernah dia bangun
> (dia ikut 
> membangunnya). Dengan bangga, dia menyatakan, KL
> rata-rata dibangun 
> tangan-tangan TKI dengan keringat, darah, dan air
> mata.
> 
> Kemudian, dia menuju ke kompleks Kampung Pandan,
> tempat 
=== message truncated ===


Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org


        
                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Mail - You care about security. So do we. 
http://promotions.yahoo.com/new_mail


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke