http://www.suarapembaruan.com/News/2005/07/05/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY DPR Panggil Pertamina JAKARTA -Komisi VII DPR sudah mengirimkan surat panggilan kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara dan direksi PT Pertamina (Persero) untuk memberikan penjelasan secara komprehensif mengenai ketersediaan bahan bakar minyak saat ini, Rabu (6/7). Ketua Komisi VII (membidangi energi dan sumber daya mineral) DPR, Agusman Effendi, mengatakan kepada Pembaruan Selasa (5/7) pagi, pengiriman surat itu berkaitan dengan langkah pengendalian distribusi BBM yang dilaksanakan Pertamina melalui pengurangan jatah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Langkah yang diujicobakan pada Sabtu dan Minggu (2-3/7) itu mengakibatkan sebagian SPBU kehabisan stok, sehingga di berbagai SPBU terjadi antrean kendaraan bermotor yang akan mengisi BBM. ''Pemerintah harus bisa meyakinkan bahwa sekarang ini tidak terjadi kelangkaan BBM dengan data konkret. Memang beberapa kali DPR sudah minta penjelasan dari pemerintah (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro) dan Pertamina. Sampai sekarang masih terjadi kelangkaan BBM. Ini dampaknya akan luas, karena itu kita sudah putuskan untuk memanggil Menteri BUMN dan Pertamina besok siang," katanya. Agusman menambahkan, sebelum diputuskan asumsi-asumsi final dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2005 berkali-kali Komisi VII menanyakan kepada pemerintah apakah alokasi kuota BBM sekitar 59,6 juta kiloliter per tahun cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Dengan tingkat permintaan (konsumsi) yang tinggi dan cenderung meningkat 5-10 persen per tahun, seharusnya pemerintah memiliki data riil mengenai ketersediaan dan permintaan, sehingga kuota APBN 59,6 juta kiloliter tersebut dapat dipatuhi dan tidak terjadi kekacauan distribusi di semua daerah. .................................................. Menurut Agusman, sekarang ini masih memungkinkan mengubah asumsi-asumsi (makro) dalam APBN Perubahan 2005, bila memang angka kuota BBM nasional itu tidak sesuai dengan asumsi riil. Seperti yang terjadi kini, secara nasional pemerintah memperkirakan konsumsi BBM sejak bulan pertama 2005 hingga Juni telah lima persen melebihi kuota. Perkiraan pemerintah, kuota BBM 2005 sebanyak 59,6 juta kiloliter akan membengkak menjadi lebih dari 60 juta kiloliter. Manajer Hubungan Pemerintahan dan Media Massa PT Pertamina (Persero) Abadi Poernomo mengatakan, pengendalian distribusi, antara lain dengan mengurangi jatah BBM untuk SPBU di DKI Jakarta dan sekitarnya merupakan salah satu upaya menghitung kebutuhan riil saat ini. Diakui, hingga kini data yang dimiliki Pertamina masih sangat terbatas, sehingga sulit mengetahui berapa kebutuhan BBM secara riil di setiap daerah. Akibatnya, pendistribusian BBM di sejumlah daerah sering kacau dan berakibat pada terjadinya kelangkaan BBM jenis tertentu, yakni premium, solar dan minyak tanah. Abadi mengakui, saat ini posisi stok BBM nasional masih di tingkat yang kritis. Pertamina perlu menempuh langkah pengamanan, sampai kondisi ketersediaan BBM pulih pada tingkat yang aman. Namun, menurut Abadi, sangat disesalkan, karena pada saat Pertamina berupaya keras mengatasi kekacauan distribusi di sejumlah daerah konsumsi BBM di DKI Jakarta malah meningkat drastis. Ketika ditelusuri, Pertamina menyimpulkan, peningkatan pembelian BBM, khususnya jenis premium dan solar, di DKI Jakarta yang mencapai lebih dari 10 persen sudah terjadi sejak Februari 2005. Berlanjut Kelangkaan bahan bakar minyak, terutama premium dan solar, masih berlanjut. Antrean panjang kendaraan bermotor mewarnai berbagai SPBU di berbagai daerah. Konsumen mengeluh, begitu sulitnya memperoleh BBM. Harga premium pun di pengecer pinggir jalan meningkat drastis hingga Rp 4.500 per liter. Antrean kendaraan di SPBU Kota dan Kabupaten Bogor masih terjadi hingga Selasa. Bahkan SPBU di Jl Dr Semeru terpaksa tutup karena kehabisan premium. Sejumlah warga Tanjung Priok, Jakarta Utara, mulai resah karena kelangkaan premium. Di tiga SPBU yang masuk kategori cukup besar, yakni Jl Tongkol, Jl Raya Yos Sudarso, dan Jl Danau Sunter, premium sudah habis. Khusus di SPBU Jl Tongkol hingga pukul 08.00 Selasa masih tersedia, namun pada pukul 10.00 persediaan habis. Di SPBU Jl Kedoya Raya, Jakarta Barat juga terjadi antrean panjang. Antrean bisa mencapai 100 meter sehingga sempat memacetkan lalu lintas. Jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan mengawasi langsung SPBU setiap hari, menyusul berkurangnya pasokan premium dan solar. Langkanya BBM ini mengakibatkan sebagian besar nelayan di Muara Angke, Cilincing, dan Kalibaru, Jakarta Utara, tidak melaut. Di Kalibaru misalnya, menurut Ketua Forum Komunikasi Nelayan Tradisional Jakarta Utara, Abdul Karim, dari sekitar 150 nelayan hanya sekitar 40 persen yang masih mampu melaut. Dia menjelaskan, sejak kelangkaan BBM harga solar di tingkat pengecer naik dari Rp 380.000 per 200 liter atau per drum (Rp 1.900 per liter) menjadi Rp 420.000 per drum (Rp 2.100 per liter). Banyak pangkalan minyak tanah yang sudah sepekan ini tutup. Han Soleh (34 tahun) agen pangkalan minyak tanah di Blimbing, Kota Malang, mengaku sudah sepekan ini pasokan minyak tanah belum datang. Ia terakhir menjual minyak tanah dengan harga Rp 1.250/liter. Banyak warga Kota Surabaya sibuk mencari minyak tanah sambil membawa jeriken. Sampai Selasa pagi bahan bakar ini masih susah dibeli di kampung-kampung. Karena langka ada pedagang minyak keliling yang mematok harga Rp 2.500/liter. Agen besar minyak tanah di Jalan Kampung Malang Tengah, Surabaya, Andjar, mengatakan, pengiriman bahan bakar ini sering terlambat. Jatah dua tangki kecil biasanya habis dalam dua hari, tapi dengan langkanya minyak tanah dalam waktu dua jam sudah habis. Humas Pertamina UPDN V/ Jawa Timur, Syaiful Bachrie, mengatakan, ketidakcukupan minyak tanah di Surabaya dan sejumlah daerah lainnya di Jawa Timur terjadi karena keterlambatan pasokan. Dikatakan, pengiriman minyak tanah pada Kamis (30/6) dan Sabtu (2/7) untuk mencukupi kebutuhan hingga Senin (4/7) sedangkan kapal Asta Samudera yang Senin (5/7) membawa minyak sebesar 11.000 kiloliter untuk memenuhi kebutuhan sekitar 3 atau 4 hari mendatang. Dari Yogyakarta dilaporkan, mulai awal Juli ini premium eceran menghilang di Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa SPBU tutup karena pasokan premium berkurang. Pada Senin, sejumlah pembeli BBM yang sudah menunggu di SPBU mengatakan kecewa karena sudah berhari-hari kondisi ini berlangsung. Bahkan pedagang premium eceran mulai pasang harga tinggi, Rp 3.000 sampai Rp 3.500 per liter premium. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Deperindagkop) DIY, Ir Syahbenol Hasibuan, mengatakan, pengurangan jatah premium hingga 50 persen dilakukan dalam rangka penghematan BBM secara nasional. Namun Syahbenol menolak anggapan bahwa premium di DIY langka. Menurutnya, sisa pasokan tetap disimpan di Depo Rewulu. Sejak lima hari lalu persediaan BBM di Kota Bandung menipis. Kepala Humas Unit Pemasaran III Pertamina Cabang Bandung Edi Andrian mengatakan, pihaknya akan meneliti ulang pengurangan premium ke beberapa SPBU di wilayah Bandung dan Priangan. Diakui, sejak lima hari lalu jatah seluruh SPBU di Bandung dan Priangan dikurangi 10 persen, sehingga terjadi kelangkaan. Kelangkaan premium juga terjadi di wilayah Banten. Antrean kendaraan bermotor pun memadati hampir semua SPBU. Pedagang eceran pun menjual premium dengan harga Rp 4.500 per liter. Pada Senin malam di SPBU Ciceri, Serang, persis di samping kantor DPRD Banten, antrean kendaraan mencapai lima kilometer. Itu terjadi karena banyak SPBU tutup. Salah seorang warga Serang, Jefri (54), Senin malam mengungkapkan, beberapa penjual eceran menjual premium Rp 4.500 per liter. Misalnya di Petir dan Pontang, Kecamatan Tirtayasa Serang, Kecamatan Curug Serang dan Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak. Dari Palembang dilaporkan, General Manager (GM) UPMS II Pertamina Wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), Joko Prasetyo, mengatakan, pihaknya tengah menguji coba pengurangan jatah SPBU untuk mencegah pemborosan penggunaan bensin. Seusai bertemu dengan Gubernur Smsel Ir Syahrial Oesman, Senin, Joko mengatakan, stok BBM di Sumatera Selatan tetap aman. Namun, dia mengimbau agar penggunaan BBM terutama premium dihemat. Dikatakan, uji coba itu dilakukan Sabtu dan Minggu lalu untuk mengetahui bagaimana respons masyarakat terhadap kemauan untuk menghemat BBM terutama premium. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, konsumsi BBM bisa saja naik lima persen dari kuota di APBN sebesar 59,6 juga kiloliter per tahun. Namun, kata Wapres, Pertamina tidak mungkin menanggung kelebihan anggaran tersebut, sehingga tugas pemerintah, mengurangi konsumsi atau menambah subsidi. Tapi, untuk itu pemerintah harus berbicara kembali dengan DPR. Ketika ditanya apakah kelangkaan BBM saat ini akibat penyelundupan, Wapres mengatakan, hal itu bisa saja terjadi. Tapi, kelangkaan BBM ini juga disebabkan oleh perbedaan harga minyak dalam dan luar negeri yang terlalu jauh. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro di Istana Wapres, Senin, mengatakan, kuota BBM sudah diatur dalam APBN sebesar 59,6 juta kiloliter per tahun. Pertamina harus bisa menjalankan aturan tersebut. Bila kuota-nya melebihi ketentuan dia khawatir Pertamina tidak mampu menanggung subsidinya. (H-13/Y-6/070/SKA/150/149/ 133/ 143/ A-21/080/029/126/M-16/J-9) -------------------------------------------------------------------------------- Last modified: 5/7/05 [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/