Apa benar banyak orang beragama Islam masuk penjara di USA sehingga bisa 
mempengaruhi yang lain? Ataukah kebebasan beragama dan kebebasan 
mengproganda agama sehingga banyak orang masuk islam? Bila asumsi kebebasan 
ini benar ada, berarti di USA ada toleransi yang sangat baik, sebab kalau 
dibandingkan dengan situasi  di Indonesia memberitakan agama lain kepada 
yang beragama Islam bisa kepala melayang atau dihajar sampai bengkok atau 
juga ditangkap polisi dan diperjarakan dengan tuduhan usaha permurtadan.

----- Original Message ----- 
From: "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <ppiindia@yahoogroups.com>
Cc: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, July 07, 2005 4:31 AM
Subject: Re: [ppiindia] Re: Hukum Cambuk Melanggar HAM?


> Benarkah mas ?
>
> Bagaimana dengan kisah di bawah ini :
>
> ISLAM BANGKIT JUGA DI PENJARA-PENJARA AMERIKA
>
> Da'i asal Indonesia spesialis narapidana di Washington
> USTAD MUHAMMAD AWOD JOBAN
> Sumber: Majalah Suara Hidayatullah
>
> Dihitung-hitung, sudah hampir 12 tahun Muhammad Awod Joban bergaul
> erat dengan para narapidana di berbagai penjara negara bagian
> Washington, Amerika Serikat. Dua belas tahun! Subhaanallaah. Salah
> satunya merupakan diantara yang paling angker di seluruh negeri itu,
> yaitu komplek penjara di pulau McNeil, dekat kota Olympia. Namanya
> McNeil Island Corrections Center (MICC). Mirip dengan penjara
> Alcatraz di seberang San Fransisco. Segala jenis penjahat dan
> gangster sudah pernah dihadapi pria asal Purwakarta, Jawa Barat ini.
>
> Agaknya belasan tahun itu hampir tak terasa lamanya, karena
> pekerjaan da'wah kepada para narapidana begitu dia nikmati. "Sekitar
> 80%narapidana yang keluar dari penjara akan kembali lagi ke penjara.
> Kecuali yang Muslim," kata lelaki kelahiran 2 Juni 1952 ini.
>
> Bahkan sampai ia menamatkan studi masternya di Universitas Al-
> Azhar,Kairo,tahun 1975, pikiran untuk berkonsentrasi di penjara-
> penjara Amerika belum terbetik sedikitpun di benaknya. Niat awalnya
> merantau ke Amerika sama dengan banyak orang Indonesia lainnya,
> melanjutkan sekolah.
>
> Selepas dari universitas tertua di Mesir itu Joban mendapat
> pekerjaan sebagai penyiar Radio Kairo suara Indonesia selama lima
> tahun. "Meski disiarkan di Mesir namun siarannya didengar juga oleh
> masyarakat kita Indonesia," kenang Joban.
>
> Saat asyik siaran radio Joban berjumpa dengan Amien Rais yang sedang
> melakukan riset untuk tesisnya tentang Al-Ikhwanul Muslimin. "Pak
> Amien sempat tinggal dua tahun di Kairo dan sering ikut pengajian di
> sana.
> Di situlah saya sering ketemu dia. Pak Amien menyarankan saya
> meneruskan kuliah ke Universitas Chicago (almamaternya Amien Rais),"
> kenang suami Moeti Amrina ini.
>
> Atas saran itu, pada tahun 1989 Joban kemudian hijrah ke
> Amerika. "Waktu itu saya berencana mengambil PhD di bidang Islamic
> Studies di Chicago," kata Joban.
>
> Allah berkehendak lain. Sesampai di Amerika, Joban tidak bisa
> langsung kuliah, karena tersandung biaya yang tinggi. "Sampai di
> sini saya baru tahu,kalau kita tidak punya greencard (izin tinggal
> permanen) maka biaya hidupnya besar."
>
> Meski begitu Joban tidak buru-buru pulang. "Saya fikir, daripada
> saya pulang, saya memutuskan untuk mencari biaya sekaligus
> menghabiskan visa saya selama setahun di sini." Dalam masa penantian
> itu, kawan lamanya di Al-Azhar, seorang Muslim Campa (Kamboja)
> menyarankan Joban pergi ke masjid An-Nur, milik jama'ah Campa di
> kota Olympia, negara bagian Washington.Masjid itu punya jama'ah tapi
> tidak punya imam.
>
> Alhasil Joban lantas diangkat sebagai imam di masjid tersebut.
> Kehadiran Joban disambut gembira masyarakat Campa, karena telah
> mengembalikan mereka kepada Islam. "Sebelumnya mereka sudah lupa
> mengaji dan lupa macam-macam ilmu agama. Anaknya sudah dibesarkan
> dengan cara Amerika," Joban mengenang.
>
> Dua tahun kemudian ada pengumuman di Islamic Center setempat,
> penjara di negara bagian itu membutuhkan tenaga chaplain, yakni imam
> atau pembina ruhani bagi para narapidana (napi). "Meski di Amerika
> ini tidak ada departemen agama-karena Amerika negara sekuler-namun
> berbagai instansi,pemerintah Amerika hampir selalu menyediakan
> tenaga chaplain. Ada Muslim Chaplain, Christian Chaplain, Catholic
> Chaplain, dan lain-lain,"jelas Joban.
>
> Mula-mula Joban bertugas di penjara Monroe, yang jaraknya sekitar
> dua jam perjalanan mobil dari Olympia. Ia kemudian mendapat tugas
> pula menjadi pembina ruhani di sebuah penjara di pulau Mc Neil di
> dekat Tacoma.
> Seperti dijelaskan Joban, penjara in agak mengerikan, "Karena
> penjara ini terletak di sebuah pulau-seperti penjara Alcatraz di
> California yang terkenal itu-maka penghuninya hampir tak mungkin
> melarikan diri. Penghuninya kelas berat semua. Diantaranya pembunuh
> yang dihukum tiga puluh tahun sampai
> empat puluh tahun."
>
> Seperti belum cukup, ia juga mengambil tugas serupa di penjara
> transit bernama Shelton Correction Center. "Penjara ini tempat
> transit napi dari mana-mana. Ada juga yang tinggal di situ. Semuanya
> ada sekitar 3000 napi. Saking banyaknya sel di sana, dari satu
> tempat ke tempat yang lain harus lewat terowongan di bawah penjara."
>
> Karena penjara transit itu, tempat itu justeru subur untuk
> berda'wah.Setelah dida'wahi di situ tiga sampai empat bulan, mereka
> dikirim ke tempat-tempat lain, lalu digantikan oleh napi lain.
>
> Tentu banyak pengalaman menarik berda'wah di 'sarang' para gangster
> Amerika itu. Misalnya saja, Joban menemukan fenomena menarik bahwa
> da'wah yang paling efektif di penjara adalah da'wah yang justru
> dilakukan oleh para napi kepada napi lainnya.
>
> Kenapa bisa begitu? Jawabannya bisa Anda dapatkan dalam perbincangan
> antara Joban dengan Kasman Harun, kontributor majalah Suara
> Hidayatullah di Amerika. Perbincangan mereka lakukan di sela-sela
> Muktamar Indonesian Muslim Students Association (IMSA) belum lama
> ini di Hotel Holiday Inn Columbia,Missouri. Petikan perbincangan
> keduanya bisa Anda ikuti di bawah ini.Selamat menikmati.
>
> Bagaimana Anda mengatur jadual da'wah antara penjara dan masyarakat
> biasa?
>
> Penjara di negara bagian Washington ini semakin banyak. Kalau harus
> saya layani semua, takkan ada waktu lagi untuk masyarakat.
> Alhamdulillah saya kemudian punya sejumlah asisten chaplain. Salah
> seorang di antaranya bernama Amir Abdul Matin. Dia orang Amerika
> yang masuk Islam di penjara. Setelah keluar dari penjara, masya
> Allah, ia malah lebih hebat. Sekarang ia sudah jadi chaplain di
> sebuah penjara perempuan. Asisten lain saya bernama Thohir,orang
> Kenya.
>
> Jadi sebetulnya perkembangan da'wah Islam di penjara ini pesat
> sekali. Kita justeru sering kewalahan melayaninya. Sekarang ada
> beberapa penjara yang kekurangan tenaga pembimbing ruhani karena
> jauh dari masyarakat Muslim, seperti yang terjadi di Spokane. Kami
> sulit kita ke sana karena harus berkendaraan dengan jarak jauh.
> Padahal Correctional Center-nya sudah siap membiayai.
>
> Apa saja kegiatan pembimbing ruhani di penjara itu, apakah harus
> tinggal di dalamnya, lalu ceramah setiap hari?
>
> Karena saya punya kesibukan juga di masyarakat maka tugas ceramah di
> penjara saya gilir. Ada giliran untuk masjid dan ada giliran untuk
> penjara.Penjara Shelton Correctional Center saya datangi sebulan
> sekali.
>
> Selama di penjara ada waktu khusus untuk ceramah?
> Ya, kegiatan rutinnya ada jatah waktu. Misalnya di penjara Pulau Mc
> Neil,pertama diberi kesempatan untuk ketemu dengan orang yang
> dipenjara dengan hukuman maksimum. Dengan orang demikian ini
> sistemnya one to one (satu orang imam menghadapi satu orang napi).
> Penjagaan keamanannya pun maksimun,kami bicara melalui sebuah lubang
> saja.
>
> Penjara seperti itu biasanya dikhususkan bagi napi yang dianggap
> sulit dikontrol dan suka membuat kegaduhan. Orang yang demikian di
> dalam maupun di luar sel selalu tetap diborgol.
>
> Pertemuan berikutnya menggunakan sistem kelas. Biasanya kegiatan ini
> dimulai dengan shalat Maghrib berjama'ah. Sebelumnya di dapur sudah
> ada pengumuman: Bible Studies di ruang A, Islamic Studies di ruang
> B, dan seterusnya.
> Dan setiap orang boleh datang asal mendaftar. Yang datang bisa 20.
> 30, 40, ataupun 50.
>
> Banyak orang Amerika yang sudah tahu Bibel (Injil), sehingga
> terkadang mereka ingin tahu kajian agama lain. Jadi orang non-Muslim
> boleh ikut Islamic Studies asalkan mendaftar dulu.
>
> Bagi yang sudah tahu banyak tentang dasar-dasar keislaman biasanya
> ikut kelas 'advance' (lanjutan) pada jam kedua, pelajarannya antara
> lain studi tafsir.
>
> Perubahan apa yang mereka alami setelah masuk Islam?
> Ada seorang napi kulit hitam, dulu namanya Smith, sekarang namanya
> Lukman.Orangnya seperti Mike Tyson. Sebelum masuk Islam dia di
> penjara Walawala,penjara untuk napi kelas berat, seperti penjara
> Nusakambangan-lah kalau di Indonesia.
>
> Dia dipenjara seumur hidup karena pembunuhan. Dulu dia orang yang
> temperamental. Kalau tidak senang pada seseorang main hajar
> saja.Kalau tidak suka pada makanan, akan dilempar olehnya. Makanya
> dia harus dikawal terus. Tapi setelah masuk Islam luar biasa
> perubahannya. Semua orang kaget,
> karena dia menjadi sangat sopan. Makanya dia kemudian dipindahkan ke
> penjara Monroe.
> Lukman dulu seorang ketua geng, sehinga kemudian jadi orang yang
> sangat berpengaruh dalam da'wah di penjara. Sebelum saya bertugas di
> penjara Monroe, saya sering ketemu napi yang masuk Islam. Saya
> tanya, "Kenapa kamu masuk Islam?"
> "Karena Lukman," kata mereka. Ceritanya, Lukman -dan juga orang
> Amerika pada umumnya- senang kalau diterangkan fadhilah-fadhilah,
> atau keutamaan-keutamaan, misalnya
> keutamaan shalat malam (tahajud). Pernah saya sampaikan pada Lukman
> tentang fadhilah shalat malam. Dia senang sekali mendapatkan
> fadhilah itu. Dan sejak itu dia tak pernah sekalipun meninggalkan
> shalat malam. Bangun jam tiga
> sampai subuh.
>
> Pengaruhnya luar biasa. Ada seorang napi kulit putih yang sekamar
> dengan dia. Setelah tiga bulan rupanya si napi ini penasaran melihat
> perilaku Lukman. Ditanyalah Lukman, "Exercise (latihan olahraga) apa
> yang kamu lakukan tiap malam?". "Ini bukan exercise, tapi praying
> (shalat). Jesus (Nabi Isa) juga shalatnya begini ini," kata Lukman.
> "Lalu apa ini yang kamu baca?" tanyanya lagi.
> "Ini kitab suci Al-Qur'an," kata Lukman.
> "Boleh saya baca?"
> "Boleh, silakan," kata Lukman.
> Lukman setiap hari Senin pergi ke Monroe untuk mengikuti ceramah
> saya. "Kita punya guru agama dari Indonesia," kata Lukman sambil
> mengajak si Napi kulit putih itu ikut kajian Islam. Ternyata dia
> mau. Hampir tiap Senin dia datang. Namanya John, orang Amerika.
> Sewaktu membawa jama'ah haji ke tanah suci, saya sempat tiga bulan
> tidak datang ke Monroe. Ketika saya ke Monroe lagi, saya lihat John
> ada di kelas itu. Tapi sudah pakai kopiah, pertanda dia sudah masuk
> Islam.
> Saya sapa dia,"Apa kabar John?"
> "No, no,no. Nama saya bukan itu lagi. Nama saya sekarang adalah
> Salman," katanya. Alhamdulillah dia dapat hidayah melalui shalat
> malamnya Lukman.
> Bagaimana kondisi penjara di Amerika?
> Di Amerika ini penjara seperti hotel. Semua fasilitas ada. Anda mau
> mengambil studi PhD dari penjara juga bisa. Mau ke perpustakaan
> lengkap. Mau olahraga apalagi. Jadi kalau Anda masuk ke sana seperti
> tidak di penjara. Seperti kampus saja. Ada nomornya, ada kamarnya.
> Kalau makanan tidak enak,
> napi bisa demonstrasi. Semua napi -di Amerika disebut inmates-
> diperlakukan sama tanpa diskriminasi. Itulah kenapa saya bilang,
> nilai-nilai Islam kok lebih banyak saya temukan di Amerika.
> Masyarakat di sini cenderung lebih 'Islami'.
>
> Di penjara di Amerika semuanya enak. Makanan enak, tempat tidur
> enak.Saking enaknya, lebih enak jadi narapidana daripada jadi
> tunawisma. Seorang tunawisma, karena tak punya rumah, akan mengalami
> kedinginan di musim salju. Karena itu jadi wajar jika ada tunawisma
> sengaja mencuri supaya masuk
> penjara.
>
> Selama berinteraksi dengan napi, ada pengalaman yanag mengesankan?
>
> Banyak. Karena dekatnya hubungan kami, setelah mereka keluar penjara
> kami masih sering kumpul. Sekarang ini ada di antara mereka yang
> tinggal di Olympia dan ada yang tinggal di Seattle. Setiap Sabtu dia
> datang ke tempat kami. Suasananya lebih semarak lagi pada bulan
> Ramadhan. Di bulan puasa ini
> para napi biasanya buat reuni.
>
> Kalau bekas napi sering kumpul, jangan-jangan malah kambuh lagi
> kejahatannya?
>
> Ada kemungkinan begitu. Dulu ketika saya baru bertugas di sini hanya
> ada empat penjara besar. Kini ada 12 penjara. Artinya jumlah napi
> semakin banyak, sehingga penjara yang ada tak mampu menampungnya.
> Yang membuat parah kondisi itu, 80% napi yang sudah keluar akan
> masuk penjara lagi,karena
> berbuat kejahatan lagi. Kecuali mereka yang masuk Islam, sedikit
> saja napi Muslim yang masuk penjara kembali.
>
> Apa pertanyaan yang paling banyak ditanyakan oleh napi kepada Anda?
>
> Tergantung zamannya. Kalau sekarang-sekarang ini kebanyakan masalah
> Islam dan terorisme. Juga masalah Islam dan wanita. Dan isu-isu yang
> diangkat banyak oleh media. Tapi kalau dalam suasana tenang mereka
> banyak bertanya
> tentang nabi Isa. Pertanyaan yang sering diungkap antara
> lain, "Siapakah Muhammad itu? Bagaimana dia bisa menjadi seorang
> nabi? Bagaimana ceritanya?"
>
> Kemudian tentang Al-Qur'an, mereka bertanya "Bagaimana Qur'an
> diturunkan kepada Muhammad, apa isinya?"
>
> Yang menarik, para napi ini -dan juga orang Amerika pada umumnya-
> kalau kita kasih Qur'an, umumnya mereka melihat indeks. Mereka
> mencari perihal Yesus.
> Mereka ingin tahu, apa yang Islam katakan tentang Jesus. Tapi
> sebetulnya yang membuat mereka tertarik pertama-tama adalah karena
> ketemu dengan Muslim.
>
> Jadi faktor pribadi sangat berpengaruh dalam kegiatan da'wah di
> penjara ya?
> Ya, faktor pribadi-lah yang paling menarik mereka masuk Islam. Para
> napi yang Muslim inilah yang berperan penting menda'wahi napi
> lainnya.Sebab mereka kan setiap hari tinggal di situ, sedangkan saya
> hanya sepekan dua kali.
>
> Mereka sama-sama orang Amerika, bahasanya sama, pengalamannya
> serupa,sama-sama pernah terlibat perkara pidana kriminal. Sehingga
> kalau berlangsung da'wah di antara sesama napi jadi sangat efektif.
> Lewat interaksi itu mereka bisa menda'wahi napi yang belum beragama
> Islam.
>
> Pengaruh itu semakin mendapat momentum pada bulan Ramadhan. Di bulan
> ini yang masuk Islam bertambah banyak sekali karena ibadah napi
> Muslim nampak sekali pada bulan tersebut. Pada jam tiga pagi mereka
> beramai-ramai bangun
> kemudian mengenakan kopiah dan jalan menuju tempat sahur di
> penjara.Lalu mereka membaca Al-Qur'an sampai satu juz setiap hari.
> Ketika napi-napi lain makan pagi dan makan siang, para napi Muslim
> tidak makan. Mereka baru makan setelah buka puasa.
>
> Pada bulan puasa, para napi Muslim juga sangat menghindari bicara
> kotor.Padahal di Amerika ini kan orang sangat biasa bicara kotor.
> Sehingga ketika melihat seseorang itu omongannya baik, napi lain
> jadi tertarik. "Dia orang bersih. Saya ingin seperti dia," komentar
> yang lain.
>
> Anda pernah mengalami kekerasan secara fisik ketika berhubungan
> dengan napi,dipukul atau bersitegang misalnya?
> Alhamdulillah di Amerika ini keamanan penjaranya relatif baik. Dan
> Alhamdulillah saya sendiri belum pernah mengalami kejadian serius
> yang mengancam saya. Kalau antar napi dengan napi sering terjadi.
> Sehabis peristiwa 11 September ada peristiwa menarik. Demi
> keselamatan, para napi Muslim diamankan dari yang lain. Sebelumnya
> ada satu napi Muslim yang badannya besar dikeroyok sepuluh orang.
> Tapi karena dia jago tinju,dia bisa lawan mereka semua.
>
> Ada perasaan takut atau was-was ketika bertemu dengan napi,
> khususnya mereka yang dihukum berat?
> Alhamdulillah tidak ada. Yang kasar ada, tapi biasanya cuma ya
> sekedar ngomong doang. Misalnya ketika ramai-ramai perang teluk, ada
> yang panggil saya, "Hai Saddam!"
>
> Busana apa yang Anda pakai saat bertugas sebagai pembimbing ruhani
> di penjara?
> Ya seperti inilah, pakai kopiah. Bila hari Jum'at kadang saya pakai
> baju Pakistan (gamis panjang).
>
> Jadwal kunjungan dan acara di penjara, itu diatur oleh pengelola
> penjara atau oleh Anda sendiri?
> Pengelola penjara yang mengatur. Misalnya saya di McNeil diberi
> jatah 32 jam, di Shelton 16 jam, maka tinggal kemudian saya
> menyesuaikan diri untuk menggilir. Saya harus tahu kapan waktu-waktu
> yang tepat buat ketemu napi,karena di penjara itu kan para napi
> bekerja. Jadi penjara di Amerika ini seperti pabrik. Mereka bekerja
> dan dapat gaji, hanya gajinya kecil.Tapi bagi napi itu lebih baik
> daripada dia menganggur.
> Mungkin sekarang Anda banyak menerima tawaran menggiurkan bekerja di
> luar penjara. Tapi mengapa Anda tetap bertahan di posisi ini?
> Memang betul, sekarang ini banyak tawaran menggiurkan untuk saya. Di
> berbagai masjid banyak lowongan tersedia untuk menjadi imam dengan
> gaji besar, apalagi kalau di kota besar seperti New York.
>
> Masalahnya di sini (di Seattle) jarang ada tenaga ahli agama
> Islam.Juga jarang orang Amerika yang bisa mengajarkan Islam. Padahal
> sekarang banyak orang yang ingin belajar Islam, terutama setelah
> peristiwa 11 September.
> Saya tidak tega untuk meninggalkan mereka yang di penjara ini.
>
> Ada rencana untuk kembali ke Indonesia?
> Ada, mungkin sepuluh tahun lagi.
> Dari tiga kota: Jakarta, Kairo, Seattle, mana yang menimbulkan kesan
> paling dalam bagi Anda?
>
> Ya di Amerika inilah, khususnya di Seattle. Saya menemukan Islam di
> sini. Di sini Saya bisa menimba ilmu dan mengamalkannya. Di sini ini
> kalau ada orang
> Amerika masuk Islam, mereka serius sekali. Baru mengenal beberapa
> ayat Al-Qur'an sudah langsung dijalankan. Mereka jadi seperti Al-
> Qur'an berjalan.
>
> Ada seorang mualaf namanya Jalaluddin. Setiap hari dia berkendara
> dari Olympia ke Seattle, hanya untuk belajar Islam. Suatu waktu dia
> bilang dia ingin menikah dengan Muslimah Indonesia. Jalaluddin ini
> orang bule asli keturunan Jerman. Kebetulan ada kawan perempuan
> istri saya, teman waktu
> sekolah di Bandung dulu. Saya kenalkan dia dengan Jalaludin. Setelah
> saling kirim data akhirnya mereka saling setuju untuk menikah.
>
> Jalaluddin ini fenomena yang mengagumkan, masya Allah. Saya tidak
> bisa mengantar dia ke Bandung, sehingga dia datang sendirian ke
> Indonesia.
> Sebelum menikah dia tinggal sekitar sepekan di rumah mertua saya di
> Bandung,untuk melakukan persiapan.
>
> Jalaluddin punya kebiasaan berdzikir ba'da shalat Maghrib hingga
> masuk waktu shalat Isya. Dia dzikir di mushalla. Kebetulan di rumah
> mertua saya ada mushalla. Mertua saya bertanya, "Kamu kok kalau
> dzikir nikmat sekali?"
>
> Dia bilang, "Saya ini dulu suka minum alkohol, suka mengganja, suka
> fly.Sekarang saya juga bisa fly, tapi dengan cara dzikir. Alaa bi-
> dzikrillah tathmainul qulub (Ketahuilah, bahwa dengan
> berdzikir/mengingat Allah,hati menjadi tenang)."
>
> Lalu bagaimana pernikahan mereka?
> Nah, saat dinikahkan di Haurgelis, Bandung, Jalaluddin menolak duduk
> bersanding. Padahal adat di berbagai tempat 'kan pengantin biasa
> bersanding di pelaminan. Dia ingin duduknya dipisah dengan pengantin
> wanita.
> Kata dia, "Kita ini masuk Islam untuk meninggalkan jahiliyah."
> Akhirnya pelaminan dipisah. Begitu juga tamu perempuan dan laki-laki
> terpisah.
>
> Selama tinggal sementara di rumah mertuanya, dia jadi sosok
> perhatian orang sekitar, karena begitu mendengar adzan dia langsung
> ke masjid. Untuk pergi ke masjid dia harus lewat pasar. Bagaimana
> tidak jadi perhatian, ada orang
> bule tinggi besar pakai baju batik pergi ke masjid. Padahal banyak
> orang di pasar dan madrasah dekat situ yang sudah puluhan tahun di
> tempat bila terdengar adzan tidak peduli.
>
> Akibatnya mereka merasa malu. Begitu pula ustadz-ustadz di madrasah
> ini juga merasa malu. Sehingga akhirnya mereka ke masjid juga. Anak-
> anak muda yang suka main bola juga penasaran. Ini bule bisa shalat
> nggak sih.
> Akhirnya mereka semua pergi ke masjid, sehingga masjid jadi penuh.
>
> Waktu pulang ke Indonesia beberapa waktu lalu, di ANTeve, Anda
> bercerita seorang Rabbi dalam wawancara dengan CNN menyitir hadits
> Nabi yang mengatakan menjelang hari kiamat nanti orang Islam akan
> memerangi orang Yahudi?
>
> Hadits ini shahih. Jadi pada hari mendekati kiamat orang Muslim dan
> orang Yahudi akan berperang dan orang Muslim akan mengalahkan orang
> Yahudi.
> Sampai orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan batu
> memberitahukan keberadaannya. Saat bersembunyi di balik pohon, pohon
> pun akan memberitahukan. Kecuali satu saja yaitu pohon gharqat.
> Anehnya orang Yahudi mempercayai hadits tersebut. Kebetulan saya
> pernah ke Israel tiga kali. Ternyata di sana pohon gharqad banyak
> ditanam orang Yahudi. Di New York kalau kita pergi ke tempat orang
> Yahudi Orthodox, juga ada pohon itu.
>
> Apa penjelasan rabbi Yahudi itu?
> Dia bilang, "Ya saya percaya dengan apa yang dikatakan Muhammad.
> Tapi jangan takut. Ini masih lama."
> Ketika orang bertanya, "Kapankah waktu itu akan datang?"
> Sang rabbi tersebut mengatakan, "Hal itu baru akan terjadi ketika
> jumlah ummat Islam yang datang ke masjid pada saat shalat Shubuh
> sama dengan jumlah yang datang pada shalat Jum'at." Maksud Rabbi
> itu, hal tersebut baru terjadi ketika umat Islam sudah menjalankan
> Islam secara bersungguh-sungguh.
>
> Selama di Amerika apakah Anda melihat ada kemajuan dalam lobi
> politik Islam dibandingkan dengan lobi politik Yahudi? Setelah
> berdirinya CAIR (Council on American-Islamic Relation) agak lumayan.
> Sehabis peristiwa 11 September kedudukan ummat Islam justeru jadi
> lebih kuat lagi. Dulu tidak mungkin Presiden Amerika datang ke
> Islamic Center. Sampai berkali-kali lagi. Juga agak janggal kalau
> FBI atau pejabat Departemen Luar Negeri berkali-kali minta bertemu
> dengan organisasi-organisasi Islam,mengajak kerjasama. Berarti kan
> hubungannya kuat. Juga bagaimana kita bisa memaksa untuk melakukan
> propaganda tidak langsung tentang Islam? Coba apa kata Bush setelah
> 11 September? "Islam adalah agama damai," kata dia.
>
> Bagaimana komentar Anda tentang iklan-iklan layanan masyarakat
> pemerintah Amerika yang beredar di Indonesia?
>
> Sebenarnya masyarakat Amerika secara umum baik. Pekan pertama sejak
> peristiwa 11 September mungkin mereka benci dengan Islam. Tapi
> sekarang malah positif. Mereka jadi ingin tahu. Kini mereka yakin
> bahwa kejadian 11 September tidak ada hubungannya dengan Islam dan
> Islam adalah agama damai.*** (Shw, Dzh)
>
>
>
>
>
> ----- Original Message ----- 
> From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
>
> Contohnya, Yulius dibunuh dan dipotong2. Paling2
> pelakunya cuma dapat hukuman 10 tahun penjara. Tiap
> tahun dapat remisi (pengurangan masa tahanan) 6 bulan,
> akhirnya cuma dapat 7 tahun. Begitu lepas, membantai
> orang lagi.
>
> Jadi hukum cambuk itu sesuai HAM. Dia tidak merampas
> kebebasan seseorang seperti penjara 3-6 bulan, namun
> dapat membangkitkan rasa malu, sehingga jera untuk
> berbuat jahat lagi.
>
>
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
> 



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke