JURNAL KEMBANG KEMUNING:
"ESTETIKA KEPRIHATINAN" Ungkapan ini adalah ungkapan yang kuambil dari tulisan Halim HD, budayawan Solo asal Banten dalam salah satu komentarnya ketika menyertai diskusi tentang Manikebu versus Lekra di milis [EMAIL PROTECTED] . Sayangnya Halim HD tidak menjelaskan lebih rinci lagi konsep "estetika keprihatinan", konsep yang ia anggap layak dimiliki oleh para sastrawan-seniman. Tapi sekali pun demikian, kita !mengenal Halim HD dari dekat, maka kita, kuranglebih, kita tidak akan memperoleh kesulitan memahami apa yang ia maksudkan dengan "estetika keprihatinan" itu. Selain banyak bepergian ke berbagai daerah dan pulau dalam rangka mewujudkan konsep "sastra kepulauan", di Solo, Halim HD sangat akrab dengan kehidupan masyarakat lapisan bawah yang merupakan dasar dari suatu piramida masyarakat. Munculnya penyair Wiji Thukul yang berasal dari lapisan masyarakat dan tetap akrab dengan kehidupan lapisan bawah sampai ia "hilang" tak tentu rimba dan lautnya, jika mau jujur, kiranya tidak lepas dari jasa budayawan Solo ini juga. Halim dan seorang temannya jugalah yang mengajukan nama Wiji Thukul agar mendapatkan Wertheim Award. Dan usul ini berakhir dengan diberikannya Wertheim Award pertama kepada Wiji Thukul, bersama-sama dengan Pramoedya A.Toer dan Rendra. Ketika mengajukan nama Thukul ke Yayasan Wertheim, tidak ada sebuah pun antologi puisi Wiji Thukul yang diterbitkan. Yang dijadikan bahan adalah karya-karya berupa fotokopie yang dilakukan oleh Halim HD sendiri dan fotokopie ini diberikan oleh Halim HD kepada teman-teman dekatnya. Halim HD memang banyak menulis dan bekerja di lapangan tapi sejauh pengetahuanku belum ada satu buku pun yang telah ia terbitkan. Ia sibuk dengan kepentingan orang banyak dan kepentingan umum, ciri umum dari seorang networker kebudayaan yang mempunyai rasa solidaritas tinggi tapi karenanya juga menjadi peka pada ketidakadilan. Dalam pengembangan kebudayaan negeri ini, kukira, peran networker tidak bisa diremehkan. Sastra-seni memang pekerjaan kreatif yang umumnya bersifat individual, tapi pekerjaan kreatif individual ini bisa mencapai skala lebih jauh lagi berkat jasa networker yang pada tahun 1960an disebut sebagai pekerjaan organisatoris. Tidak semua orang mampu mengerjakannya. Seorang networker atau organisator kebudayaan, selain memerlukan kemampuan mengorganisasi, ia pun diminta memiliki wawasan, pengetahuan dalam serta bisa menciptakan karya-karya sastra-seni juga. Tidak jarang organisator kebudayaan menjadi tidak produktif berkarya. Karyanya ia alihkan ke dunia pengorganisaian kegiatan berkesenian. Berdasarkan pengenalan ini, maka ketika ia mengentengahkan konsep "estetika keprihatinan", kukira "keprihatinan" yang ia maksudkan tidak jauh, kalau bukan yang utama dan terutama, adalah keprihatinan kepada kehidupan masyarakat luas, terutama lapisan bawah yang merupakan mayoritas penduduk dan dasar dari piramida masyarakat. Sehingga ketika Halim HD mengetengahkan konsep "estetika keprihatinan" kukira dengan pengajuan ini, Halim HD sedang menawarkan usulan agar para sastrawan-senima menaruh perhatian kepada masyarakat, terutama yang menjadi dasar piramida masyarakat. Dengan mengatakan bahwa "keprihatinan" ini sebagai suatu "estetika", kukira Halim HD sedang menghimbau agar para sastrawan-seniman mempunyai "keprihatinan" kemasyarakatan dan keprihatinan kemasyarakatan ini ia bukan lagi suatu "keprihatinan" biasa tapi sudah merupakan suatu estetika. Dengan mengangkat masalah "keprihatinan" ke tingkat "estetika" maka dengan ini sebenarnya Halim HD sudah menjadikan "keprihatinan" ini sebagai standar atau patokan atau tolakukur karya dan kegiatan berkesenian. Dengan mengangkat "keprihatinan" ke tingkat "estetika", kukira Halim HD sekaligus secara tidak langsung mengkritik sikap pamer dan iklan diri tanpa malu-malu seorang seniman. Pamer dan iklan belum jaminan mutu tinggi. Tanpa usah dipamer dan diiklankan seorang sastrawan dan seniman menjadi sastrawan dan seniman karena berkarya dan karyanya. Jika ia berhenti berkarya maka ia pun berhenti menjadi seniman. Tanpa karya dan berkarya, seorang sastrawan-seniman hanyalah sudah mati, dan hanya berbaring di "kasur lama", jika menggunakan ungkapan Tiongkok klasik, dan mengaku-ngaku sastrawan-seniman, ujud dari masturbasi jiwa. Tidak ada yang aneh dan istimewa hingga patut diiklankan dan di pamer-pamerkan jika seorang seniman berkarya. Sekali pun ia tetap berkarya, misalnya, maka dengan mengangkat "keprihatinan" sebagai "estetika", karya-karya itu pun patut ditakar dengan standar "keprihatinan" ini. Dengan mengangkat "keprihatinan" pada tingkat "estetika", agaknya Halim HD pun mengkritik sikap elitis dan menyerukan para sastrawan-seniman agar tidak bersidekap di menara gading memandang kehidupan dari jauh sehingga hanya menduga-duga persoalan nyata kehidupan tapi tidak mengetahui keadaan sesungguhnya apalagi merasakan pahit-manisnya hidup yang nyata. Jika menggunakan istilah Albert Camus, sebagai "orang asing" [l'étranger] dari kehidupan dan bumi nyata. Akibatnya menanggap masalah diri sebagai masalah dunia, tanahair dan bangsa serta mayoritas penduduk. "Estetika keprihatinan" Halim HD, jadinya adalah anjuran agar sastrawan-seniman itu keluar dari tempurung sempit langit individualisme elitis. Barangkali "estetika keprihatinan" Halim HD ini juga bermaksud mengatakan posisi sastrawan-seniman serta fungsi sastra-seni dalam kehidupan. Jika kita memperhatikan sejarah sastra dunia, juga di Indonesia, bahkan sebelum Indonesia sebagai bangsa dan negara lahir, sastra-seni memang sangat "prihatin" dengan kehidupan dan merupakan bagian dari kehidupan, melayani kehidupan, diciptakan untuk kehidupan yang baik dan lebih baik. Dengan kata lain: untuk memanusiawikan manusia, kehidupan dan masyarakat melalui karya sastra dan seni. Karya-karya sastra-seni sebagai bagian dari kebudayaan adalah jawaban tanggap para seniman terhadap tantangan zamannya. Kesibukan pada diri sendiri dan menganggap diri sendiri sebagai pusat persoalan dunia, tanahair dan masyarakat, hanyalah jalan buntu dan taraf awal dari perkembangan seorang sastrawan-seniman. Taraf awal artinya ia masih berada pada tingkat "pubertas" sekali pun usianya sudah bukan puber lagi. Pubertas ditandai oleh keinginan menarik perhatian sedangkan secara nyata tarafnya belum mencapai kedewasaan. Menjadi dewasa bukanlah suatu proses sederhana. Dalam hal ini, aku membedakan antara popularitas dengan kedewasaan. Menjadi seorang celebrity bukanlah tanda orang itu sudah dewasa. Bisa saja ia tidak lebih dari barang dagangan tapi tanpa ia sadari.Menjadi celebrities tidak lepas dari siasat perdagangan dan konsep "uang sebagai raja" -- konsep dominan dan dijajakan pada masa globalisasi kapitalisme. Karena itu aku hanya tertawa geli, jika ada anak umur delapan-sembilan tahun sudah diangkat-angkat sebagai sastrawan atau penyair handal dan jenial seakan-akan sudah mengalahkan kehandalan dan jenialitas para nabi.Apa standar yang digunakan untuk menghandal-handalkannya dari segi takaran sastra? Tentu saja apa konsep "estetika keprihatinan" hanyalah salah satu konsep dalam dunia sastra. Aku sadar benar ada konsep lain dan masing-masing bebas menentukan pilihan seperti ujar orang Tiongkok "biar bunga mekar bersama, seribu aliran bersaing suara" dan sesuai dengan "bhinneka tunggal ika" kita. Tapi "bhinneka tunggal ika" untuk apa dan mau ke mana? Jika orang Tiongkok mengatakan "seribu suara bersaing suara" dalam kata "bersaing" kusimak adanya kemestian berlaga dalam hidup di mana pun, tanpa kecuali. Barangkali Halim HD bisa menjelaskan lebih rinci konsep "estetika keprihatinan"nya, dan ketika Halim HD mengurai rinci konsepnya, akan tetap mempertahankan apa yang di sini sudah kutulis. Karena ia adalah pendapatku dengan meminjam ungkapan Halim HD. *** Paris, Juli 2005. ---------------- JJ. KUSNI [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/