http://www.sinarharapan.co.id/berita/0507/13/sh01.html


GAM Tetap Tuntut Partai Politik Lokal   


Jakarta, Sinar Harapan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) masih tetap meminta adanya partai politik lokal 
untuk mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya di Aceh. 

Sementara itu, Pemerintah Indonesia tidak akan mengakomodasi partai politik 
lokal yang diminta pihak GAM, karena undang-undang tidak memungkinkan untuk itu.
 
"Sistem yang kita miliki tidak mungkin memberikan parpol lokal kepada satu 
daerah. Itu akan menimbulkan pertanyaan daerah lain karena Aceh posisinya sama 
dengan daerah lain," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan 
Keamanan (Menko Polhukam) Widodo AS di kantornya, Rabu (13/7) pagi. 

Ia menambahkan soal pemilihan kepala daerah (pilkada) terhadap anggota GAM 
dimungkinkan setelah ada amnesti, itu pun tidak diberikan kepada mereka yang 
terkait masalah kriminal. "Seandainya, mereka bergabung dengan masyarakat 
berarti hak politik mereka sama dengan masyarakat lain. Mereka berhak dipilih 
dan memilih," katanya.
 
Menurut Widodo, pertemuan Helsinki yang sudah mencapai tahap kelima memiliki 
dasar dan prinsip, yakni Pemerintah Indonesia berprinsip bahwa masalah Aceh 
adalah masalah domestik, tak mungkin menjadi masalah internasional. 
Pertemuan ini adalah informal dan dalam kerangka NKRI dan konstitusi UUD '45. 
"Kita tak ingin kesepakatan dalam pertemuan yang berlangsung di Helsinki keluar 
dari posisi dasar ini," kata Widodo.

Meski demikian, secara keseluruhan perundingan antara separatis GAM dan 
pemerintah pada putaran kelima di Helsinki, Finladia, ini mengalami kemajuan, 
karena GAM menyetujui konsep pemerintahan sendiri dalam konteks Negara Kesatuan 
Republik Indonesia (NKRI). 

Warga sipil di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menyambut gembira perkembangan 
tersebut, namun sebagian warga masih tetap meragukan implementasinya di 
lapangan. Seperti penuturan Helmi, warga sipil Banda Aceh, berdasarkan 
pengalaman pada perundingan damai terdahulu, ternyata di lapangan kontak 
senjata antara GAM dan TNI tetap berlanjut. "Moga-moga kami akan damai di sini. 
Tidak ada lagi satu pihak yang memeras pihak lain melakukan pungutan liar 
(pungli). Keduanya sama saja," kata Helmi kepada SH, Rabu (20/7). Namun ia 
tidak berani menyebutkan siapa yang melakukan pungli dan memeras warga itu.
"Gerakan Aceh Merdeka dengan senang mengumumkan adanya langkah maju untuk 
mencapai persetujuan akhir dalam mengakhiri konflik di Aceh. Perkembangan ini 
didapatkan setelah adanya perundingan dengan pemerintah di bawah pengawasan 
mantan Presiden Martti Ahtisaari dan Crisis Management Inisiative (CMI) di 
Helsinki. Untuk mencapai perdamaian, GAM menyetujui konsep pemerintahan sendiri 
dalam konteks NKRI dan itu telah dinyatakan dalam perundingan putaran kedua 
yang berlangsung bulan Maret lalu," kata juru bicara GAM Bakhtiar Abdullah 
dalam siaran pers yang diterima SH, Rabu (13/7) dini hari. 

Pihak Indonesia juga menyatakan yakin akan tercapai persetujuan damai dengan 
GAM, seperti yang dikemukakan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin, sebelum 
perundingan hari Selasa (12/7). "Saya amat yakin akan tercapai kesepakatan," 
kata Hamid Awaluddin yang juga ketua delegasi pemerintah itu.
 
Bakhtiar Abdullah juga mengatakan, meski demikian, GAM tetap menolak sebutan 
otonomi khsusus, sebab sebutan itu dipandang sebagai status quo, yang di 
dalamnya identik dengan pertumpahan darah, korupsi dan penolakan terhadap 
hak-hak fundamental rakyat Aceh untuk menentukan urusannya sendiri. "Tetapi GAM 
tidak dapat menerima status quo atau yang disebut dengan otonomi khusus. Inilah 
sebabnya mengapa kami menawarkan posisi untuk kompromi dengan pemerintahan 
sendiri sebagai sebuah cara untuk menyelesaikan konflik," katanya.

Dikatakannya, GAM telah menawarkan sebuah kompromi yang besar dengan tidak 
mengajukan lagi kemerdekaan dalam perundingan Helsinki. Ini semua adalah untuk 
menyelesaikan konflik di Aceh. Untuk itu, GAM mengharapkan pemerintah juga 
menunjukkan kesungguhannya untuk menyelesaikan konflik di Aceh.
Menurutnya, sekarang inilah waktunya bagi pemerintah untuk menunjukkan 
kesungguhannya dalam mewujudkan perdamaian dengan juga menerima usulan 
pemerintahan sendiri yang terbentuk dari hasil pemilu yang diikuti oleh partai 
politik lokal. 
"Seperti prinsip yang diinginkan rakyat dalam sebuah negara demokrasi di 
seluruh dunia, dimana tidak ada penolakan atas apa bentuk partai politik, dari 
mana partai politik itu terbentuk atau bagaimana jumlah anggota yang harus 
terdapat di dalamnya," katanya.
 
Dia menambahkan, GAM mengharapkan adanya kehidupan berdemokrasi yang 
sesugguhnya bagi rakyat Aceh. "GAM memahami dan menginginkan sebuah demokrasi 
yang sesungguhnya untuk orang Aceh. Kami sekarang meminta pemerintah untuk 
melanjutkan proses reformasi politik dengan sendirinya dan juga memberikan 
demokrasi sebagai sebuah maksud untuk mengakhiri konflik di Aceh dan 
melanjutkan rekonstruksi di Aceh," tegasnya. 

Pelaksanaan di Lapangan 
Bakhtiar Abdullah mengatakan beberapa poin yang sulit akan dibicarakan hari 
Rabu (13/7) ini. Ia mengatakan isu-isu utama yang masih dibicarakan adalah 
hak-hak GAM untuk membentuk partai politik untuk ikut pemilihan lokal, serta 
demiliterisasi di Aceh. 
"Di negara demokratis tak ada pembatasan terhadap seseorang yang akan 
mendirikan partai, di mana mereka bisa membentuk atau seberapa banyak 
anggotanya harus diatur agar dilaksanakan," katanya. Kesepakatan damai 
diharapkan termasuk pemerintahan sendiri dan demiliterisasi atas wilayah utara 
Sumatra yang berpenduduk 4,1 juta jiwa tersebut. 
Di sisi lain, Jakarta menegaskan tak akan membiarkan Aceh terpisah dari 
Indonesia, namun akan memberi lebih banyak kebebasan mengatur masalahnya 
sendiri. Isu Partai amat peka bagi Jakarta, karena ada anggapan umum GAM akan 
memenangkan setiap pemilihan. Kurang jelas, apakah isu partai yang menentukan 
berhasilnya proses perdamaian bisa diatasi.

Pada Selasa kemarin, komandan utama GAM menegaskan pasukannya siap meletakkan 
senjata sebagai bagian dari kesepakatan damai. "Kami akan mengikuti setiap 
perintah dari pemimpin kami," kata komandan lapangan GAM Teungku Muharram dari 
tempat persembunyiannya. Dia mengatakan GAM akan terus bertempur hingga 
kesepakatan tercapai. 
Tetapi seorang jubir TNI kemarin mengatakan militer akan mengurangi jumlah 
pasukan bila kesepakatan damai tercapai. Mayjen Kohirin Suganda mengatakan, 
"Kami mendukung perundingan dan akan menuruti keputusan politik yang dibuat 
pemerintah, termasuk pemerintaan agar mengurangi pasukan di Aceh!" 

Komandan Front Anti Separatis GAM Sofyan juga menyambut gembira GAM yang tidak 
menuntut merdeka. Namun, Yan PT - panggilan akrab Sofyan - mempertanyakan 
apakah GAM yang di gunung patuh pada perintah dari GAM di Swedia untuk 
meletakan senjata. Di sisi lain, jika pemerintah memberikan kompensasi kepada 
GAM yang menyerah, itu tindakan yang bagus. Namun bagaimana dengan rakyat lain 
yang telah berjuang memberantas separatisme, jangan terkesan yang memberontak 
mendapat bantuan sedangkan yang bersama-sama pemerintah tidak dipedulikan. 
"Dulu Hasan Tiro ajak rakyat mengangkat senjata, kini dia ajak rakyat menerima 
otonomi setelah ribuan warga menjadi korban," ungkap Yan PT kepada SH, Selasa 
(12/7).

Juru bicara GAM wilayah Peureulak Cut Kafrawi tidak mau berspekulasi tentang 
hasil akhir dari dialog informal di Helsinki. Namun demikian, pihaknya akan 
mendukung apapun hasilnya karena kelima delegasi GAM adalah mandat dan pembawa 
amanah bangsa Aceh. Juru bicara ini menyatakan perdamaian dan kedamaian di Aceh 
harus menjadi wacana dan prioritas utama. "Dari awal perundingan, pemerintah 
dan GAM sepakat menyelesaikan konflik yang sudah tiga dekade ini secara 
menyeluruh dan permanen," sebutnya kepada SH, Selasa (12/7) malam. 
(ina/zal/ap/rfm)

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke