Posted by: Editor on Tuesday, July 26, 2005 - 06:15 AM
        
Selama hidupnya, Cheng Ho atau Zheng He melakukan petualangan 
antarbenua selama 7 kali berturut-turut dalam kurun waktu 28 tahun 
(1405-1433). Tak kurang dari 30 negara di Asia, Timur Tengah, dan 
Afrika pernah disinggahinya. Pelayarannya lebih awal 87 tahun 
dibanding Columbus.

Juga lebih dulu dibanding bahariwan dunia lainnya seperti Vasco da 
Gama yang berlayar dari Portugis ke India tahun 1497. Ferdinand 
Magellan yang merintis pelayaran mengelilingi bumi pun kalah duluan 
114 tahun.

Ekspedisi Cheng Ho ke 'Samudera Barat' (sebutan untuk lautan sebelah 
barat Laut Tiongkok Selatan sampai Afrika Timur) mengerahkan armada 
raksasa. 

Pertama mengerahkan 62 kapal besar dan belasan kapal kecil yang 
digerakkan 27.800 ribu awak. Pada pelayaran ketiga mengerahkan kapal 
besar 48 buah, awaknya 27 ribu. Sedangkan pelayaran ketujuh terdiri 
atas 61 kapal besar dan berawak 27.550 orang. 

Bila dijumlah dengan kapal kecil, rata-rata pelayarannya mengerahkan 
200-an kapal. Sementara Columbus, ketika menemukan benua Amerika 
'cuma' mengerahkan 3 kapal dan awak 88 orang.

Kapal yang ditumpangi Cheng Ho disebut 'kapal pusaka' merupakan kapal 
terbesar pada abad ke-15. Panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 m) dan 
lebar 18 zhang (56 m). Lima kali lebih besar daripada kapal Columbus. 
Menurut sejarawan, JV Mills kapasitas kapal tersebut 2500 ton. 

Model kapal itu menjadi inspirasi petualang Spanyol dan Portugal serta 
pelayaran modern di masa kini. Desainnya bagus, tahan terhadap 
serangan badai, serta dilengkapi teknologi yang saat itu tergolong 
canggih seperti kompas magnetik. 

Mengubah Peta Pelayaran Dunia Dalam Ming Shi (Sejarah Dinasti Ming) 
tak terdapat banyak keterangan yang menyinggung tentang asal-usul 
Cheng Ho. Cuma disebutkan bahwa dia berasal dari Provinsi Yunnan, 
dikenal sebagai kasim (abdi) San Bao. 

Nama itu dalam dialek Fujian biasa diucapkan San Po, Sam Poo, atau Sam 
Po. Sumber lain menyebutkan, Ma He (nama kecil Cheng Ho) yang lahir 
tahun Hong Wu ke-4 (1371 M) merupakan anak ke-2 pasangan Ma Hazhi dan 
Wen. Saat Ma He berumur 12 tahun, Yunnan yang dikuasai Dinasti Yuan 
direbut oleh Dinasti Ming. 

Para pemuda ditawan, bahkan dikebiri, lalu dibawa ke Nanjing untuk 
dijadikan kasim istana. Tak terkecuali Cheng Ho yang diabdikan kepada 
Raja Zhu Di di istana Beiping (kini Beijing). 

Di depan Zhu Di, kasim San Bao berhasil menunjukkan kehebatan dan 
keberaniannya. Misalnya saat memimpin anak buahnya dalam serangan 
militer melawan Kaisar Zhu Yunwen (Dinasti Ming). Abdi yang berpostur 
tinggi besar dan bermuka lebar ini tampak begitu gagah melibas lawan-
lawannya. Akhirnya Zhu Di berhasil merebut tahta kaisar. 

Ketika kaisar mencanangkan program pengembalian kejayaan Tiongkok yang 
merosot akibat kejatuhan Dinasti Mongol (1368), Cheng Ho menawarkan 
diri untuk mengadakan muhibah ke berbagai penjuru negeri. Kaisar 
sempat kaget sekaligus terharu mendengar permintaan yang tergolong 
nekad itu. Bagaimana tidak, amanah itu harus dilakukan dengan 
mengarungi samudera. Namun karena yang hendak menjalani adalah orang 
yang dikenal berani, kaisar oke saja. 

Berangkatlah armada Tiongkok di bawah komando Cheng Ho (1405). 
Terlebih dahulu rombongan besar itu menunaikan shalat di sebuah masjid 
tua di kota Quanzhou (Provinsi Fujian). Pelayaran pertama ini mampu 
mencapai wilayah Asia Tenggara (Semenanjung Malaya, Sumatera, dan 
Jawa). Tahun 1407-1409 berangkat lagi dalam ekspedisi kedua.

Ekspedisi ketiga dilakukan 1409-1411. Ketiga ekspedisi tersebut 
menjangkau India dan
Srilanka. Tahun 1413-1415 kembali melaksanakan ekspedisi, kali ini 
mencapai Aden, Teluk Persia, dan Mogadishu (Afrika Timur). Jalur ini 
diulang kembali pada ekspedisi kelima (1417-1419) dan keenam (1421-
1422). Ekspedisi terakhir (1431-1433) berhasil mencapai Laut Merah. 

Pelayaran luar biasa itu menghasilkan buku Zheng He's Navigation Map 
yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku 
ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di 
lautan, dan berbagai pelabuhan. Jalur perdagangan Tiongkok berubah, 
tidak sekadar bertumpu pada 'Jalur Sutera' antara Beijing-Bukhara. 

Dalam mengarungi samudera, Cheng Ho mampu mengorganisir armada dengan 
rapi. Kapal-kapalnya terdiri atas atas kapal pusaka (induk), kapal 
kuda (mengangkut barang-barang dan kuda), kapal penempur, kapal bahan 
makanan, dan kapal duduk (kapal komando), plus kapal-kapal pembantu. 
Awak kapalnya ada yang bertugas di bagian komando, teknis navigasi, 
militer, dan logistik. 

Berbeda dengan bahariwan Eropa yang berbekal semangat imperialis, 
Armada raksasa ini tak pernah serakah menduduki tempat-tempat yang 
disinggahi. Mereka hanya mempropagandakan kejayaan Dinasti Ming, 
menyebarluaskan pengaruh politik ke negeri asing, serta mendorong 
perniagaan Tiongkok. Dalam majalah Star Weekly HAMKA pernah menulis, 
"Senjata alat pembunuh tidak banyak dalam kapal itu, yang banyak 
adalah 'senjata budi' yang akan dipersembahkan kepada raja-raja yang 
diziarahi."

Sementara sejarawan Jeanette Mirsky menyatakan, tujuan ekspedisi itu 
adalah memperkenalkan dan mengangkat prestise Dinasti Ming ke seluruh 
dunia. Maksudnya agar negara-negara lain mengakui kebesaran Kaisar 
Tiongkok sebagai The Son of Heaven (Putra Dewata). Bukan berarti 
armada tempurnya tak pernah bertugas sama sekali.

Laksamana Cheng Ho pernah memerintahkan tindakan militer untuk 
menyingkirkan kekuatan yang menghalangi kegiatan perniagaan. Jadi 
bukan invasi atau ekspansi. Misalnya menumpas gerombolan bajak laut 
Chen Zhuji di perairan Palembang, Sumatera (1407). 

Dalam kurun waktu 1405-1433, Cheng Ho memang pernah singgah di 
Kepulauan Nusantara selama tujuh kali. Ketika berkunjung ke Samudera 
Pasai, dia menghadiahi lonceng raksasa Cakradonya kepada Sultan Aceh. 
Lonceng tersebut saat ini tersimpan di Museum Banda Aceh. Tempat lain 
di Sumatera yang dikunjungi adalah Palembang dan Bangka. 

Selanjutnya mampir di Pelabuhan Bintang Mas (kini Tanjung Priok). 
Tahun 1415 mendarat di Muara Jati (Cirebon). Beberapa cindera mata 
khas Tiongkok dipersembahkan kepada Sultan Cirebon. Sebuah piring 
bertuliskan Ayat Kursi saat ini masih tersimpan baik di Kraton 
Kasepuhan Cirebon. 

Ketika menyusuri Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada 
itu) sakit keras. Sauh segera dilempar di pantai Simongan, Semarang. 
Mereka tinggal di sebuah goa, sebagian lagi membuat pondokan. Wang 
yang kini dikenal dengan sebutan Kiai Jurumudi Dampo Awang, akhirnya 
menetap dan menjadi cikal bakal keberadaan warga Tionghoa di sana. 
Wang juga mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah patung (disebut Mbah 
Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong), serta membangun kelenteng 
Sam Po Kong atau Gedung Batu. 

Perjalanan dilanjutkan ke Tuban (Jatim). Kepada warga pribumi, Cheng 
Ho mengajarkan tatacara pertanian, peternakan, pertukangan, dan 
perikanan.

Hal yang sama juga dilakukan sewaktu singgah di Gresik. Lawatan 
dilanjutkan ke Surabaya. Pas hari Jumat, dan Cheng Ho mendapat 
kehormatan menyampaikan khotbah di hadapan warga Surabaya yang 
jumlahnya mencapai ratusan orang. Kunjungan dilanjutkan ke Mojokerto 
yang saat itu menjadi pusat Kerajaan Majapahit. 

Di kraton, Raja Majapahit, Wikramawardhana, berkenan mengadakan 
audiensi dengan rombongan bahariwan Tiongkok ini. 

Muslim Taat Sebagai orang Hui (etnis di Tiongkok yang identik dengan 
Muslim) Cheng Ho sudah memeluk agama Islam sejak lahir. Kakeknya 
seorang haji. Ayahnya, Ma Hazhi, juga sudah menunaikan rukun Islam 
kelima itu. Menurut Hembing Wijayakusuma, nama hazhi dalam bahasa 
Mandarin memang mengacu pada kata 'haji'. 

Bulan Ramadhan adalah masa yang sangat ditunggu-tunggu Cheng Ho. Pada 
tanggal 7 Desember 1411 sesudah pelayarannya yang ke-3, pejabat di 
istana Beijing ini menyempatkan mudik ke kampungnya, Kunyang, untuk 
berziarah ke makam sang ayah. Ketika Ramadhan tiba, Cheng Ho memilih 
berpuasa di kampungnya yang senantiasa semarak. Dia tenggelam dalam 
kegiatan keagamaan sampai Idul Fitri tiba. 

Setiap kali berlayar, banyak awak kapal beragama Islam yang turut 
serta. Sebelum melaut, mereka melaksanakan shalat jamaah. Beberapa 
tokoh Muslim yang pernah ikut adalah Ma Huan, Guo Chongli, Fei Xin, 
Hassan, Sha'ban, dan Pu Heri. "Kapal-kapalnya diisi dengan prajurit 
yang kebanyakan terdiri atas orang Islam," tulis HAMKA. 

Ma Huan dan Guo Chongli yang fasih berbahasa Arab dan Persia, bertugas 
sebagai penerjemah. Sedangkan Hassan yang juga pimpinan Masjid Tang 
Shi di Xian (Provinsi Shan Xi), berperan mempererat hubungan diplomasi 
Tiongkok dengan negeri-negeri Islam. Hassan juga bertugas memimpin 
kegiatan-kegiatan keagamaan dalam rombongan ekspedisi, misalnya dalam 
melaksanakan penguburan jenazah di laut atau memimpin shalat hajat 
ketika armadanya diserang badai. 

Kemakmuran masjid juga tak pernah dilupakan Cheng Ho. Tahun 1413 dia 
merenovasi Masjid Qinging (timur laut Kabupaten Xian). Tahun 1430 
memugar Masjid San San di Nanjing yang rusak karena terbakar. 
Pemugaran masjid mendapat bantuan langsung dari kaisar. 

Beberapa sejarawan meyakini bahwa petualang sejati ini sudah 
menunaikan ibadah haji. Memang tak ada catatan sejarah yang 
membuktikan itu, tapi pelaksanaan haji kemungkinan dilakukan saat 
ekspedisi terakhir (1431-1433). Saat itu rombongannya memang singgah 
di Jeddah. 

Selama hidupnya Cheng Ho memang sering mengutarakan hasrat untuk pergi 
haji sebagaimana kakek dan ayahnya. Obsesi ini bahkan terbawa sampai 
menjelang ajalnya. Sampai-sampai ia mengutus Ma Huan pergi ke Mekah 
agar melukiskan Ka'bah untuknya. Muslim pemberani ini meninggal pada 
tahun 1433 di Calicut (India), dalam pelayaran terakhirnya.

Sumber: Hidayatullah.




***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke