http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/7/28/p1.htm


Peringatan Peristiwa 27 Juli--
Soerjadi Dicaci Maki dan Diusir 
Jakarta (Bali Post) -
Malang benar nasib mantan Ketua Umum PDI (Kongres Medan) Soerjadi. Keinginannya 
mengungkap skenario penyerbuan berdarah dalam Tragedi 27 Juli (Kudatuli), 
justru berbuah hujatan.  Soerjadi diusir dari arena peringatan 27 Juli di 
kantor PDI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. 

Massa dari Aliansi Korban 27 Juli  marah, memaki dan menyumpahinya. Padahal, 
Soerjadi ingin mengungkap siapa yang berperan dalam peristiwa itu. Pemandangan 
tragis tersebut terjadi Rabu (27/7) kemarin di kantor PDI yang kini cuma jadi 
saksi bisu pertarungan politik saat itu.

Soerjadi datang bersama dengan sejumlah tokoh PDI-P Pembaruan seperti 
Sukowaluyo Mintorahardjo, KH Aris Munandar  dan dua tokoh TPDI yaitu RO 
Tambunan dan Petrus Salestinus. Memakai baju hitam-hitam,  Soerjadi tampak 
tenang dan tersenyum berjalan memasuki arena. Sejumlah pengawalnya bahkan 
berteriak lantang, ''Hidup Soerjadi''. 

Dr. Tjiptaning, tokoh PDI-P, bahkan sempat disalami. Mereka tersenyum-senyum. 
Peristiwa pengusiran terjadi ketika Soerjadi memulai testimoni. Bram, salah 
satu korban, langsung berteriak, ''Pengkhianat... pengkhianat, turun kau.''  
Selanjutnya, kalimat Bram mengungkap sejumlah hewan penghuni kebun binatang. 
Teriakan Bram ini lantas menyulut emosi korban tragedi Kudatuli lainnya. 
Soerjadi awalnya tak menggubris. Tetapi,  beberapa korban merangsek maju, 
memaki, dan meminta Soerjadi turun panggung. Massa lainnya tak kalah sengit. 
Pagar kantor akan ditutup dan Soerjadi akan dikeroyok di dalam. Namun, satu dua 
politisi berhasil mencegah. Soerjadi lantas ''digelandang'' keluar area 
peringatan Kudatuli. 

Tiga pengawalnya berpakaian hitam-hitam mengapit. Polisi hanya mengawasi aksi 
itu. Rupanya, massa dari Aliansi Korban 27 Juli masih belum puas. Di sepanjang 
jalan Soerjadi kenyang dengan sumpah serapah. Lalu lintas  sempat macet. Semua 
pengendara melihat aksi itu. Muka Soerjadi  merah padam. Dia tak bisa berbuat 
banyak. Beberapa orang akan memukul tetapi dihalangi. Juga seorang ibu yang 
histeris mengejar Soerjadi dan memaki-makinya. Sekitar 200 meter dari tempat 
peringatan, Soerjadi dimasukkan taksi Blue Bird B 2021 EX dan wusss... Aksi 
pengusiran ini rupanya berlanjut.

Pembawa acara mengaku khilaf dan meminta maaf. KH Aris Munandar, tokoh PDI-P 
Pembaruan memberi orasi. Belum sempat melanjutkan kalimat-kalimatnya, seorang 
korban lantas mencabut kabel mikrofon dan mengancam Aris. ''Siapa kamu, 
turun,'' teriaknya. Terpaksa, Aris pun menurut. Dia turun panggung. Tinggal dua 
orang di panggung, yakni Sukowaluyo dan RO Tambunan. Suko, mantan anak buah 
Megawati yang kini berbalik melawan itu, menampakkan muka masam. Wajahnya 
ditekuk dan diam.  Ketika diminta berorasi, Suko menyambar mikrofon. Tetapi, 
sekali lagi, Suko pun diteriaki sebagai munafik dan diminta turun panggung. 
Hanya RO Tambunan yang kemudian berorasi panjang lebar. Dalam orasinya, saksi 
mata kasus Kudatuli ini menyatakan penyerangan kantor DPP PDI itu dilakukan 
oleh penguasa dengan memakai alat tentara. Dia lantas menyebut sejumlah nama 
yang harus mempertanggungjawabkan perbuatan antikemanusiaan itu, seperti 
Syarwan Hamid, Feisal Tandjung, dan Susilo Bambang Yudhoyono (kini Presiden 
RI). ''Syarwan Hamid, Feisal Tandjung, dan SBY harus dijadikan tersangka,'' 
tegasnya.

Usai berorasi, Sukowaluyo mengatakan Soerjadi datang ke area peringatan 
Kudatuli sendirian. Dia ingin memberikan testimoni seputar skenario penyerangan 
kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996 itu. Soerjadi mengaku diperalat penguasa untuk 
 menumpas gerakan reformasi pada masa itu, sekaligus menyingkirkan kekuatan 
politik Megawati. ''Dia dtunggangi penguasa. Tetapi, dia juga salah mengapa dia 
tidak melawan,'' sambung RO Tambunan.

Diusut Tuntas 

Aliansi Korban 27 Juli meminta pemerintah segera mengusut tuntas tragedi 
kemanusiaan itu. Tuntutan serupa sebenarnya juga acap kali didesakkan kepada 
Megawati (Ketua Umum PDI)  selama tiga tahun  ketika Mega menjadi presiden. 
Sayangnya, Mega tak juga mengungkap kasus ini. Bahkan, putri Bung Karno itu 
melakukan tindakan kontraproduktif dengan mendukung Sutiyoso sebagai Gubernur 
DKI Jakarta dan menendang kader PDI-P.

Dalam peringatan itu, Mega dan seluruh pengurus DPP PDI-P tidak satu pun yang 
hadir. Dr. Tjiptaning menecap DPP PDI-P sekarang ini dikuasai oleh orang-orang 
orde baru. (kmb7


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke