http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0508/02/utama/1940354.htm


 
Belajar Keragaman di Dusun Turgo 


Oleh: Agnes Rita Sulistyawaty

Suhu udara Kamis (28/7) malam itu berkisar 21 derajat Celsius. Kondisi ini 
membuat sekitar 40 peserta Interfaith Youth Camp harus menahan dingin saat 
meditasi di alam terbuka.

Udara sejuk di Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, saat 
itu dirasakan oleh seluruh peserta lintas agama yang berusia antara 18-24 
tahun. Mulai Rabu sampai Minggu pekan lalu-dalam rangkaian peringatan sewindu 
Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB)-para peserta yang berbeda agama itu 
beraktivitas bersama di lereng selatan Gunung Merapi tersebut.

Pendeta Bambang Subagyo yang memimpin meditasi itu mengatakan, kegiatan 
meditasi bukanlah pemaksaan. Setiap peserta dibebaskan untuk meditasi dan 
berdoa sesuai dengan cara mereka masing-masing.

"Tiap agama punya kebiasaan untuk meditasi. Hanya, cara masing-masing agama 
bermeditasi itu yang berbeda. Tiap peserta dengan cara bermeditasi menurut 
agama atau aliran kepercayaan mereka itulah yang kami lakukan di sini," ujar 
Bambang menjelaskan.

Meditasi merupakan salah satu kegiatan untuk mendekatkan anak-anak muda pada 
keragaman cara berdoa dari masing-masing agama. Tidak hanya lewat meditasi saja 
anak-anak muda itu dikenalkan pada pluralisme kehidupan sesungguhnya. 
Persentuhan dengan teman atau warga Dusun Turgo yang beragama lain merupakan 
pengalaman langsung tentang pluralisme.

Hanya tiga jam pertama setelah sampai di Dusun Turgo, para peserta merasa 
canggung karena belum saling mengenal. Namun, menit berikutnya mereka sudah 
saling melemparkan lelucon, masuk dalam kelompok-kelompok kegiatan, dan 
menjalani kegiatan bersama tanpa harus tersekat akibat perbedaan agama.

"Awalnya saya enggan ikut kegiatan seperti ini karena melihat acaranya yang 
berat. Tapi, ketika diberi tahu teman bahwa peserta kegiatan berasal dari 
lintas agama, saya justru tertarik ikut," tutur Deta Agus Sri Wahyu (22).

Mengenal teman dari lintas agama, menurut Deta, adalah hal yang menyenangkan 
karena ia bisa bertukar pikiran tentang agama lain. Di hari pertama berkemah, 
Deta yang beragama Kristen Protestan itu bercakap-cakap dengan seorang kawan 
Muslim tentang kitab suci masing-masing.

"Dia sampai meminjam kitab suci saya untuk mengetahui apa isinya. Sampai 
sekarang (hari Sabtu-Red) kitab suci saya belum dikembalikan," ujarnya. Deta 
sendiri sudah cukup akrab dengan Al Quran karena keluarga ayahnya adalah 
keluarga Muslim.

Kebersamaan

Anggapan-anggapan tentang keburukan orang-orang beragama lain yang selama ini 
"dicekokkan" ke dalam pikirannya tidak terbukti setelah Deta bergaul dan 
berkomunikasi dengan teman yang berbeda agama.

Justru kebersamaan terbangun ketika Deta dan para peserta lain bekerja sama 
dengan warga membersihkan masjid, gereja, atau sekolah dasar yang ada di 
kampung itu. Perbedaan agama tidak menjadikan batasan ketika harus masuk ke 
rumah ibadat agama lain dan membersihkan fisik rumah ibadat itu.

Gotong-royong ini merupakan milik masyarakat di Dusun Turgo. Kepala Dusun Turgo 
Suwaji mengisahkan, ketika masjid di Dusun itu rusak akibat letusan Gunung 
Merapi pada 1994, seluruh warga dusun tersebut segera turun tangan membantu 
renovasi masjid.

"Bantuan untuk masjid yang rusak itu tidak hanya datang dari kelompok Muslim, 
tetapi juga dari para suster maupun aktivis agama lain, sedangkan seluruh warga 
menyumbangkan tenaga mereka untuk pemulihan masjid itu," ujar Suwaji 
menceritakan.

Kerja sama tanpa memandang agama jugalah yang membuat warga Dusun Turgo bisa 
menyelesaikan pembangunan pipa air yang juga rusak karena letusan Gunung Merapi 
tahun 1994 itu.

Sampai saat ini bapak-bapak di Dusun Turgo yang beragama Islam, Kristen 
Protestan, Katolik, maupun agama lain tetap bergotong-royong memecahkan batu 
alam untuk dijadikan jalan kampung setiap hari Rabu. Sementara kaum ibu 
biasanya membersihkan jalan kampung setiap Sabtu sore.

Selain pembangunan fisik desa, kenduri di sana juga dilakukan bersama-sama oleh 
warga Dusun Turgo. "Kalau ada warga yang hendak menikah atau khitanan, kami 
mengadakan kenduri atau doa bersama dalam adat Jawa," kata Suwaji.

Belajar keragaman

Masyarakat Dusun Turgo yang sebagian besar adalah petani merupakan salah satu 
contoh masyarakat desa yang menerapkan pluralitas dalam kehidupan keseharian 
mereka. Pluralitas di Dusun Turgo, menurut Sekretaris Jenderal FPUB Timotius 
Apriyanto, sudah terbangun secara alamiah sejak lama.

Di dusun dengan 225 keluarga dan terletak sekitar 8 kilometer dari Gunung 
Merapi itu para peserta yang tinggal di 10 rumah warga belajar tentang 
kehidupan masyarakat, termasuk keragaman agama.

"Anak-anak muda saat ini sering kali takut bergaul dengan teman berbeda agama 
karena banyak sekali doktrinasi tentang pluralisme yang sempit. Di Dusun Turgo 
ini mereka mendapatkan pengalaman baru tentang pluralisme," kata Kiai Haji 
Abdul Muhaimin, Ketua FPUB.

Acara perkemahan ini bukan sekadar menambah wacana tentang pluralisme, tetapi 
yang lebih penting adalah pengalaman langsung tentang kehidupan plural yang 
nyata dalam masyarakat.

Pengalaman ini dipandang oleh Muhaimin-dari Pondok Pesantren Nurul Ummah, 
Kotagede, Yogyakarta itu-sebagai sesuatu yang penting di tengah munculnya 
gerakan fundamentalisme agama pada institusi pendidikan di Yogyakarta. 
Fundamentalisme agama itu membuat wawasan anak muda tentang pluralisme agama 
menjadi sempit dan akhirnya mengisolasi anak muda dari pergaulan dengan orang 
lain.

Pengalaman tentang kehidupan antar-agama itu menjadi sesuatu yang baru bagi 
peserta Interfaith Youth Camp ini.

"Kami belajar dari masyarakat Turgo untuk hidup bersama tanpa ada sekat apa 
pun, termasuk sekat agama. Di sini kami belajar dari warga dusun yang masih 
memberikan ucapan selamat kepada warga yang merayakan hari raya keagamaan 
tertentu," ucap Ariya Wijaya dari Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) UGM 
yang juga menjadi Ketua Panitia Interfaith Youth Camp.

Ahsan dari Divisi Jaringan Kodama (sebuah kelompok Santri di Krapyak yang 
mempunyai kegiatan pemberdayaan masyarakat) melihat kehidupan bersama 
masyarakat di Dusun Turgo sebagai sesuatu kearifan lokal.

"Selama ini masyarakat desa seolah-olah tidak punya kearifan lokal sehingga 
segalanya harus diatur orang-orang kota. Padahal, saya justru belajar dari 
masyarakat desa tentang kehidupan bersama antara warga yang berbeda agama," 
ujar Ahsan.

Dari kehidupan masyarakat desa inilah Ahsan melihat pengaturan kehidupan 
sehari-hari antar-umat beragama adalah sesuatu yang berlebihan.

Mungkinkah kita harus belajar dari masyarakat desa untuk memandang keragaman 
sebagai sesuatu yang indah?


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h2ecrur/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1123186548/A=2896129/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail";>DonorsChoose.
 A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in 
public schools. Fund a student project in NYC/NC today</a>!</font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke