Jangan melamun, terlalu besar. Mereka yg dapat pekerjaan setelah waktu training 
mereka selesai dan disponsor utk menetap - gajihnya > $50K dan banyak diatas 
$100k setahun. Apa indonesia bisa bayar. Lagi jaman dulu mereka yg mau pulang 
malah dipersulit karena pandangan politik yg berlainan dgn Suharto cs. Untuk 
mendapat posisi yg baik diUSA tidak mudah tetapi tetap mungkin. Dean dari 
Universitas Berkeley dulu orang asal MainlandChina. Dia disayangi - tetapi dia 
kena cancer. Banyak ahli2 diperusahaan besar diUSA keturunan India atau China 
dgn penghasilan . $500k setahun - Ini didalam perusahaan Intel, Sun Micro etc.  
Mereka tidak akan pulang.
Memang sekarang banyak chinese dari Canada pada pulang dan dari India pada 
pulang. Mereka mendapat posisi yg sangat baik sebagai leading person dinegara 
mereka dari perusahaan besar2 dan tentu saja mereka menarik teman2 mereka untuk 
pulang dgn gajih2nya yg istimewa. Indonesia tidak ada kemungkinan ini dan 
biasanya yg mendapat posisi bagus adalh yg dekat dgn presiden waktu itu.  Kalau 
presiden jatuh mereka juga jatuh.
Silahkan berpikir dgn logic dan jangan buang waktu untuk berkembang. Cinta 
negara memang bagus tetapi survival adalh #1. Mahasiswa Indonesia masih dalam 
phase ini.
Kemungkinan bahwa multi national bakal keIndonesia adalah tipis sekali jaman 
sekarang.
Politik Indonesia sekarang in general adalah anti barat. Cerminkan diri kita 
dgn keadaan tsunami Aceh - politik lebih penting dari jiwa - dan ini tidak 
tertutup utk negara2 barat. Apakah bantuan datang seperti diThailand atau 
Srilangka. 
Saya mungkin bicara sarcastic atau seolah2 anti - tetapi inilah reality. Hanya 
dgn mengerti keadaan yg benar baru kita dapat membangun. Kalau melamun 
Indonesia kaya sumber alam - ini melamun [incl. Aceh] Minyak sudah habis. 
Segala gerakan negara didalam negara hanya menimbulkan anti-pati terhadap 
Indonesia -- Ini namanya negara tidak teratur. No future utk investment dan 
development.
Andreas

indah nuritasari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



*ORANG PINTAR JANGAN PULANG!*

*- Belajar dari Spirit Yohanes Surya dalam Membangun Generasi Muda
Indonesia -*

(diambil dan disalin dari Harian Media Indonesia, Sabtu, 6 Agustus 2005)



OLIMPIADE FISIKA seperti menjadi nama tengah fisikawan Prof Yohanes
Surya. Sejak tiga belas tahun silam, pria ini berada di balik perjuangan
siswa-siswa Indonesia berotak cemerlang di kancah internasional. Ada
sebuah misi yang tengah diembannya. Kepada Sica Harum dari Media, ia
menceritakan impiannya. Kebangkitan Indonesia melalui ilmu pengetahuan alam.

PRIA BERTUBUH KURUS ITU terkesan ramah. Dengan kesibukan yang
menggunung, ia tidak terlihat lelah. Begitu juga saat ditemui Media di
kantornya yang terletak di bilangan Cyberperk Office Lippo Karawaci,
Tangerang. Guru Besar Tetap Fisika Universitas Pelita Harapan itu begitu
luwes berbincang.

IA ADALAH ORANG DI BALIK keberangkatan puluhan orang Indonesia belajar
ke berbagai universitas top di luar negeri. Kebanyakan berada di Amerika
Serikat, negara yang pernah ia tinggali enam tahun lamanya. Di sana,
mereka mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya dan menjadi kesayangan
profesor pembimbingnya. "Saya bilang sama mereka, tetap tinggal di sana.
Dalami ilmu, raih doktor, perkuat posisi agar bisa mengundang siswa
Indonesia untuk belajar di sana . Kalau mereka langsung pulang, terlalu
sayang. Indonesia belum siap, mereka bisa tersia-sia," ujar Ketua Tim
Olimpiade Fisika Indonesia itu.

IA LANTAS MENCONTOHKAN negara China yang rajin mengirim siswa-siswanya
belajar ke luar negeri periode 1980-1990. Tak tanggung-tanggung, 1.000
pelajar dikirim setiap tahunnya. "Kini, lihat mereka. Saat China siap
membangun, orang-orang pintar itu diundang pulang dan membangun
negerinya," sebut pria berkacamata itu. Belajar dari pengalaman China,
ia optimistis. Siswa Indonesia yang dikirim belajar ke luar negeri akan
kembali suatu hari nanti ketika Indonesia sudah siap membangun dan
membutuhkan kehadiran mereka. "Sekadar contoh, saat saya menyebar iklan
lowongan peneliti untuk nanoteknologi yang tengah saya dalami ini,
banyak orang Indonesia yang melamar. Ternyata kita punya banyak orang
pintar di luar negeri yang berkeinginan kembali ke Indonesia," sebutnya.

MENURUT YOHANES, ORANG INDONESIA punya karakter khas, cenderung tidak
betah di luar negeri yang kental dengan sifat individualistisnya. "Ada
yang ingin tetap tinggal dan bekerja di sana. Tapi enggak banyak.
Umumnya mereka ingin kembali karena budaya kita yang terbiasa memiliki
keluarga besar dan teman banyak, enggak ditemui di sana. Kehidupan di
sana cenderung monoton untuk peneliti. Lagi pula, bagaimanapun mereka
tidak akan menjadi warga kelas satu, meskipun secara materi mereka
dihargai. Mau jadi dekan saja enggak bisa apalagi jadi rektor
universitas. Saya sendiri bilang sama anak-anak TOFI, mereka boleh
sekolah dan bekerja di mana saja, asal jangan ganti warga negara. Nanti
saat di sini siap, kita tinggal panggil mereka pulang," paparnya terus
terang.

HARAPANNYA BISA JADI bukan pepesan kosong belaka. Indonesia, menurutnya,
punya potensi yang tidak kalah dari negara-negara maju. Dari setiap
daerah di Indonesia yang pernah dikunjunginya, ia mengaku selalu
menemukan bibit-bibit baru yang cemerlang. Tidak hanya terpusat di Pulau
Jawa, tapi juga dari Sumatra hingga Papua. "Kalau ada anggapan bahwa
Papua adalah contoh provinsi yang tertinggal dalam pendidikan, toh sudah
ada dua remaja Papua yang punya prestasi internasional. Artinya apa? Ada
sebuah sistem yang mematikan potensi mereka. Saat mereka dilatih di
sini, mereka bisa juga jadi juara," sebutnya. Anggapan tersebut tentu
tak lepas dari kondisi pengajar di sana. Beragam faktor mulai dari
pendidikan dan kesejahteraan merupakan sedikit hal dalam pencetakan
siswa berbakat. "Makanya saya mendukung sekali kalau ada provinsi yang
akan menaikkan gaji guru hingga lima kali lipat," katanya sambil tertawa.

PENGAJAR YANG BAIK akan menghasilkan murid yang baik. Sementara itu
profesi guru di Indonesia masih dipandang sebelah mata. Berlindung di
balik embel-embel "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" yang mengesankan sebuah
profesi pengabdian tanpa perlu dihargai secara profesional.

IA LANTAS MENCONTOHKAN Taiwan. Di sana, orang berlomba-lomba masuk
sekolah guru. Selain penghargaan materi yang setara dengan gaji para
insinyur teknik yang bekerja di industri, jam kerja guru juga lebih
singkat. Secara kultur, orang tua di sana memiliki kebanggaan tersendiri
saat anak atau mertuanya menjadi guru. Sistem kompetisi yang ketat
menghasilkan pengajar-pengajar berkualitas. "Kalau saja di Indonesia
bisa seperti itu kan bagus. Karena pada dasarnya, di mana saja seorang
anak itu sama. Makannya sama, perlakuan lingkungan tak jauh berbeda.
Mereka butuh guru-guru yang pintar, yang mampu memotivasi dan mengerti
bakat mereka. Yang bisa mengajarkan hal-hal sulit dengan cara mudah
sehingga dapat menarik minat siswa untuk mendalami," katanya
bersemangat. Semakin banyak orang mau belajar, semakin banyak orang
pintar di Indonesia. Sebuah citra Indonesia akan terbentuk dan dihargai
di dunia internasional.

*Si Anak Miskin Pengharum Bangsa*

"DULU SAYA BISA BELAJAR ke Amerika karena pertolongan orang. Sekarang
saya juga harus membuka jalan untuk orang lain. Saya harap mereka juga
bisa seperti itu, membuka jalan untuk orang lain lagi."

DI MASA KECILNYA, Yohanes Surya tidak pernah bermimpi bisa kuliah hingga
meraih PhD dari sebuah universitas top di Amerika Serikat, College of
William and Mary di Virginia, sebelas tahun silam. "Saya itu dari
keluarga miskin. Bisa makan dan hidup saja sudah untung. Dulu, saya
nyaris tidak bisa belajar di universitas karena tidak bisa bayar," sebut
pria kelahiran 6 November 1943 itu. Beruntung, kakak-kakaknya
menyanggupi membayar pendidikannya di Jurusan Fisika Universitas
Indonesia (UI).

TIDAK PERLU TERLALU LAMA, dengan kecerdasannya, Yohanes mampu meraih
beasiswa. "Waktu itu saya dapat beasiswa Supersemar. Besarnya Rp300.
Dulu, uang segitu aja berat banget buat saya," sebutnya sambil
tertawa. Lulus dari UI pada 1986 sempat membuatnya terdiam dan merenung
sejenak. "Saya terus berpikir dan merenung. Whats next. Saat itu saya
berpikir, bagaimana memajukan Indonesia dari fisika," kata ayah dari
tiga putri itu.

BINTANGNYA DI BIDANG FISIKA mulai bersinar. Nasib mujur yang banyak
disebut orang sebagai perpaduan antara persiapan dan kesempatan, juga
berlaku untuk Yohanes. Seorang profesor Amerika berkunjung ke Indonesia
saat kuliahnya di UI rampung. Tanpa prosedur bertele-tele, pria yang
besar di Klender, Jakarta Timur dinyatakan berhak mendapatkan beasiswa
untuk pendidikan S-2 di Amerika. "Saya betul-betul merasa mendapat
berkah dan tertolong. Bayangkan, bisa kuliah di Amerika untuk anak dari
keluarga miskin seperti saya," sebut putra ketujuh dari sembilan
bersaudara itu.

SELANJUTNYA, IA MENGAKU merasa harus berbuat sesuatu untuk siswa lain,
seperti ia dulu dibukakan jalan. "Dulu saya bisa belajar ke Amerika
karena pertolongan orang. Sekarang saya juga harus membuka jalan untuk
orang lain. Saya harap, mereka juga bisa seperti itu, membuka jalan
untuk orang yang lain lagi. Dengan begitu, akan semakin banyak siswa
yang punya kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik," sebut
pria yang hingga kini telah membukakan jalan bagi sekitar 30 sarjana
cemerlang Indonesia untuk belajar ke Amerika.

TINGGAL DAN BEKERJA di Virginia, Amerika Serikat tak lantas membuatnya
lupa dengan niatnya semula. Memajukan Indonesia melalui fisika. Di akhir
tahun masa studinya, ia memulai sepak terjangnya dalam mempersiapkan tim
olimpiade fisika Indonesia. "Saat itu, saya melihat olimpiade sebagai
salah satu jalan untuk mengharumkan nama bangsa. Pembentukan citra
sebuah bangsa melalui intelektualitas itu penting. Hal itu bisa membuat
kita dihargai dan diperhitungkan di dunia internasional, bukan cuma
sekedar nasib TKI yang suram," sebut suami dari Christina yang
ditemuinya 16 tahun silam di gereja.

DARI SITULAH, KETERLIBATAN INDONESIA sebagai peserta olimpiade fisika di
mulai tahun 1993. Bersama rekan-rekannya sesama mahasiswa Fisika tingkat
doktoral di College of William & Mary (Virginia Amerika Serikat), ia
mengundang lima pelajar terbaik SMA dari Indonesia ke Virginia untuk
menjalani training selama 2 bulan penuh sebelum berlaga di Olimpiade
Fisika Internasional ke-24 (International Physics Olimpiad) yang
diadakan di kampus itu. Kurangnya sponsor memaksa beberapa siswa
terpaksa membayar sendiri penerbangan mereka ke Amerika. Bersama
rekannya, Agus Ananda, ia mengajari para siswa tersebut sekaligus
menanggung makanan untuk menghemat biaya.

PERSIAPAN SINGKAT yang penuh keprihatinan itu ternyata tak sia-sia.
Indonesia meraih medali perunggu melalui Oki Gunawan yang kini tengah
digodok di Princeton University untuk meraih gelar PhD-nya, sedangkan
Jemmi Widjaya mendapatkan penghargaan khusus.

HASIL ITU MEMANTAPKAN KEYAKINAN Yohanes untuk terus melanjutkan misi itu
di dunia pendidikan fisika. Setahun berikutnya, tim Indonesia tidak
mendapatkan apa-apa. Yohanes sadar, persiapan yang matang mutlak
diperlukan untuk membentuk tim yang solid. Akhirnya, ia memilih kembali
ke Indonesia. Padahal, saat itu penghargaan yang didapatkannya bisa
dibilang cukup layak. Bahkan ia membuang green card yang diberikan
untuknya.

SELAIN KELAS SUPER yang kini menjadi fokus perhatiannya, ia juga telah
mempersiapkan tim olimpiade untuk tahun depan. Di sela-sela
kesibukannya, ia masih menangani riset-riset fisika. "Saya tidak terjun
langsung, cuma mengarahkan para peneliti muda saja. Kalau tidak begitu,
yang lain nanti tidak bakal kepegang," ucap fisikawan yang kini
berkecimpung di bidang ekonofisika dan nanoteknologi itu.

KESIBUKAN YANG PADAT, tak lantas membuatnya lupa membaca buku. Waktu
tidurnya hanya tiga sampai empat jam per harinya, menyisakan waktu untuk
membaca banyak buku. "Saat ini saya senang membaca sejarah, perang,
'kisah sam kok dan sun tzu.' Dari situ, saya banyak belajar strategi,"
sebutnya



*Harapan Meraih Nobel*

KONSENTRASI YOHANES SURYA kini tengah terfokus pada satu hal. Kelas
super yang akan dimulai pertengahan Agustus mendatang diharapkan dapat
membuka jalan bagi sesuatu yang lebih besar. Bukan cuma harapan meraih
Nobel pada 2020, tapi lebih dari itu. Sebuah kebangkitan Indonesia
melalui ilmu pengetahuan. "Yang kita coba tahun ini baru 30 orang. Tahun
depan kita usahakan bisa jadi 10 kelas di seluruh Indonesia. Artinya,
kita punya 300 orang yang sengaja dididik khusus tahun depan," sebut
pria yang lekat dengan /image/ Olimpiade Fisika di Indonesia itu.

KELAS SUPER yang disebutnya itu akan mengakomodasi kebutuhan anak-anak
berbakat. Seorang anak yang pada dasarnya mampu menerima banyak materi,
akan terpuaskan di kelas tersebut. Sistem pendidikan yang berbeda dengan
kelas biasa di sekolah menengah umum (SMU) pada umumnya itu diharapkan
dapat mencetak siswa-siswa unggul yang mampu bersaing di dunia
internasional. Saat mereka lulus kelak, akan terbuka jalan masuk ke
universitas top di luar negeri dan memiliki kesempatan untuk dibimbing
langsung oleh para peraih Nobel.

KELAS TERSEBUT TERBUKA bagi 30 siswa yang tersaring dari 3.000 lulusan
sekolah menengah pertama (SMP) negeri di Jakarta. Gratis, karena gaji
pengajar bakal ditanggung pihak produsen otomotif BMW. Sedangkan
kebutuhan operasional ditanggung sekolah yang "ketempatan" kelas super
tersebut. Dari tahun pertama, kepada anak-anak itu sudah diajarkan
dasar-dasar ilmu pasti yang biasanya diajarkan di tahun pertama kuliah.
Pelajaran di tingkat dua dan tiga saat kuliah, akan diajarkan saat
mereka duduk di kelas dua. Sementara itu saat mereka kelas tiga, fokus
sudah terarah pada olimpiade.

*Ilmu sosial dan bahasa juga akan diajarkan.*

BERBEDA DENGAN KELAS BIASA, para pengajar akan mengarahkan
pelajaran-pelajaran tersebut dengan kemajuan teknologi. "Kita ajarkan
mereka sejarah. Tapi kita fokuskan bagaimana teknologi dapat mengubah
suatu bangsa. Bagaimana pengetahuan berkembang dari masa ke masa. Kita
mau mereka mengerti bagaimana ilmu pengetahuan berperan banyak dalam
sejarah bangsa-bangsa yang besar. Begitu juga dengan ekonomi, misalnya.
Bagaimana teknologi memengaruhi perekonomian sebuah negara. Jadi
semuanya memang diarahkan ke science," terang fisikawan alumnus
Universitas Indonesia 1986 itu.

BAHASA INDONESIA JUGA DIAJARKAN di kelas satu. Tapi pelajaran itu sudah
diarahkan agar mereka dapat menulis artikel, karangan ilmiah, bahkan
cerita pendek dan novel. Demikian juga bahasa Inggris. Siswa kelas super
itu akan mendalami percakapan bahasa Inggris di kelas satu. Saat mereka
naik ke kelas dua, materi bahasa Inggris yang diajarkan sudah diarahkan
untuk memahami bacaan dalam berbahasa Inggris dan mampu membuat sebuah
karya ilmiah. Begitu juga dengan pelajaran komputer. Siswa diarahkan
untuk mampu mencipta sebuah game. "Dengan begitu, logika matematikanya
juga terasah," tambahnya.

PELAJARAN ILMU PASTI seperti fisika, matematika, kimia, dan biologi akan
diajarkan bergilir setiap minggu. "Dalam satu minggu, siswa akan diajari
khusus fisika selama empat hari berturut-turut. Minggu depannya biologi,
selanjutnya matematika dan kimia. Hari Jumat dan Sabtu, kita variasikan
dengan mata pelajaran bahasa dan sosial," sebut peraih PhD dari Jurusan
Fisika College of William and Mary, Virginia, AS (1994) dalam bidang
fisika nuklir yang ditekuninya.

TAK DAPAT DISANGKAL, kelas super itu terkesan mengerikan dengan jadwal
padat dengan materi yang sulit. "Bakat saja tak cukup. Bagaimanapun
harus kerja keras. Kalau dua hal itu dapat dilakukan, hasilnya tentu
bisa optimal. Bagus kan, kalau begitu lulus mereka punya kemampuan luar
biasa untuk diterima di universitas top di luar negeri. Jika sudah
kuliah di sana, mereka bisa bersaing dan disenangi profesornya. Beasiswa
terbuka lebar untuk pendidikan sampai jenjang doktor. Mereka bisa jadi
profesor di universitas terkenal dan bisa mendapat grant. Kalau sudah
begitu, mereka bisa menarik lebih banyak siswa Indonesia untuk belajar
di sana dengan biaya yang ditanggung mereka," jelasnya.

EFEK BERANTAI ITULAH yang membuatnya optimistis, target Nobel pada 2020
mendatang sebetulnya bukan hal yang mustahil. "Saya optimistis, meskipun
misalnya target Nobel meleset, kita akan punya ratusan ilmuwan andal
yang berkualitas setara peraih Nobel dan dapat membangun Indonesia. Kita
butuh sumber daya manusia hebat," tegasnya dengan senyuman optimistis.



(Tulisan ini disajikan - di tengah tantangan membentuk karakter manusia
Indonesia yang tangguh dan kompeten - untuk mendukung semangat "Menuju
Indonesia yang Lebih Baik" – BRN).





__________________________________oOo_________________________________
Ayat Of The Day:

"Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik,
dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat."
(QS. AlAraaf 204)
__________________________________oOo_________________________________








Yahoo! Groups Links












test'; ">
            
---------------------------------
Start your day with Yahoo! - make it your home page 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS 
Indonesian languages Indonesian language learn Cultural diversity Indonesian 

---------------------------------
YAHOO! GROUPS LINKS 


    Visit your group "ppiindia" on the web.
  
    To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


---------------------------------




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hi9i21f/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1123885867/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com
">Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research 
Hospital</a>.</font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to