MEDIA INDONESIA
Sabtu, 13 Agustus 2005

Cadangan Devisa Mengkhawatirkan



JAKARTA (Media): Cadangan devisa Indonesia dalam posisi mengkhawatirkan karena 
terus digunakan untuk menutupi impor minyak. Selama tujuh bulan terakhir, 
cadangan devisa turun US$4 miliar menjadi US$32 miliar.

Menteri Keuangan Jusuf Anwar menyatakan itu saat menanggapi terus melonjaknya 
harga minyak dunia yang sempat menyentuh posisi US$66 per barel.

"Kami khawatir, karena disedot terus untuk menutupi impor minyak. Devisa ekspor 
kecil, di sisi lain devisa impor besar," katanya, usai mengikuti acara 
pembukaan Pameran Potensi 60 tahun Indonesia Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Persoalan harga minyak, menurutnya, murni karena faktor eksternal yang tidak 
bisa dikendalikan. Dengan harga saat ini, ada kesenjangan antara devisa hasil 
ekspor dan devisa untuk impor. "Hal itu yang menggerogoti cadangan devisa."

Soal penurunan cadangan devisa tersebut, Direktur Direktorat Perencanaan 
Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Halim Alamsyah mengakui itu 
memang signifikan. "Tapi, posisi cadangan devisa masih cukup aman untuk 
membiayai impor nonmigas, dan utang luar negeri pemerintah selama lima bulan."

Sedangkan ekonom Universitas Gadjah Mada Revrisond Baswir berpendapat, 
kekhawatiran pemerintah atas cadangan devisa memiliki makna ganda. Yaitu, 
sebagai pembenaran untuk menaikkan harga BBM pada akhir tahun, dan sebagai 
sinyal akan terganggunya ketahanan ekonomi nasional.

"Pernyataan kekhawatiran pemerintah itu bermakna ganda. Bisa sebagai pembenaran 
agar kenaikan harga BBM dimaklumi masyarakat dan atau adanya gangguan terhadap 
ketahanan pangan," kata Revrisond.

Defisit membengkak

Menanggapi terus naiknya harga minyak dunia, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf 
Kalla mengatakan subsidi pemerintah terhadap harga BBM bisa membengkak dua kali 
lipat, dari Rp76,5 triliun menjadi Rp150 triliun.

Sedangkan defisit bisa mencapai Rp70 triliun atau 1,5%-2% dari produk domestik 
bruto (PDB).

Defisit tersebut berarti di atas target yang telah ditetapkan pemerintah dalam 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2005 sebesar Rp26 
triliun atau 0,8% dari PDB.

Oleh karena itu, pemerintah tidak dapat menaikkan subsidi. Sebab, sebagaimana 
dipaparkan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Aburizal Bakrie, dengan 
kenaikan harga minyak mencapai US$65 per barel, akan terjadi pengeluaran yang 
lebih besar dari pendapatan (financial gap) sebesar Rp20 triliun.

Mengenai upaya pemerintah untuk menambal defisit, Aburizal mengatakan hal itu 
belum diputuskan. Termasuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) belum 
diputuskan. Tetapi, kenaikan sudah dilakukan secara bertahap, terlebih dahulu 
terhadap industri, kecuali UKM.

Sedangkan Menkeu Jusuf Anwar mengatakan, untuk menambal defisit, pemerintah 
dapat menggunakan sisa anggaran lebih (SAL) yang saat ini mencapai Rp21 
triliun. Namun, penggunaan itu harus disetujui DPR.

Selain itu, pemerintah akan melepas sisa saham 5,02% di PT Bank Central Asia 
pada September 2005, yang diharapkan akan memberi pemasukan lebih dari Rp3 
triliun. (Sam/Faw/Ndy/Hnr/*/E-5)

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hskuk47/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1123893091/A=2896130/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail";>Give
 underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to 
life by funding a specific classroom project  
</a>.</font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to