Salam;
Jawaban saya hanya singkat Mbak:
Negara tidak perlu intervensi urusan ibadah; aturan ibadah; ritual; 
pengawasan khutbah-khutbah; pendirian rumah ibadah de el el Negara 
juga tidak punya hak menentukan klasifikasi "ibadah" yang "benar" 
atau "sesat".
Urusan negara adalah; itu loh rupiah yang semakin melorot, 
pengangguran, kesehatan, pendidikan, dan hal-ihwal yang 
menyangkut "kebijakan publik".
Masa negara masih mau ngurusai hal remeh-temeh...
..oh my god plz deh :)) 

-GuN-
 


--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "-GuN-" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Salam,
> > Mbak Dina yang baik;
> > Saya baru tahu kalau tulisan saya di posting di milis ini dan 
> > ditanggapi oleh Mbak Dina.
> > Saya ingin memberi beberapa klarifikasi:
> > 
> > 1. Tulisan saya tidak menyebut tentang "hukum Tuhan", saya hanya 
> > ingin menggunakan logika penyerang gereja itu. Selama ini mereka 
> > mengklaim sebagai "tentara Tuhan" (Hizbullah) atau Pembela Islam 
> > (FPI); oleh karena itu, saya ingin bertanya sedalam-dalamnya; 
> tolong 
> > tunjukkan pada saya; argumentasi-argumentasi bahwa Tuhan dan 
> > Rasulullah memerintahkan untuk menyerang, menutup atau 
> menghancurkan 
> > gereja? Dari Ayat 40 Surat Al-Hajj tadi; sudah memberi landasan 
> > teologis yang kuat untuk memelihara "semua rumah ibadah". Dan; 
> > Rasulullah serta para sahabatpun tidak pernah menyerang gereja. 
> Jika 
> > demikian halnya; Tuhan dan Nabi siapa yang mereka ikuti sehingga 
> > berani menyerang gereja? 
> 
> Lina: 
> 
> Kalau hanya ingin menggunakan logika penyerangan gereja kepada 
> Hizullah or FPI, tak usah bawa ayat AlQur'an. Pakai saja logika 
> bahwa kekerasan/anarkhis itu tidak diperkenankan oleh nilai agama 
> apapun dan dinegara manapun. Karena keberadaan awal Hizbullah 
atopun 
> FPI itu penuh nuansa politik, jadi jalan keluarnya juga harus 
> politis. Percuma bawa ayat. Kalau memang JIL ingin membangun 
> Indonesia menjadi lebih baik, bekerjalah lebih nyata ketimbang 
> membahas hal2 begini dengan membawa ayat. Duduk bersama-sama ormas 
> Islam dan agama lainnya dan berjuang disana dalam menciptakan hukum 
> utk kepentingan bersama. Berbesar hatilah menerima segala hasilnya.
> > 
> > 2. Untuk revisi hukum sungguh sangat perlu; logikanya begini; 
> kalau > UUD 45 saja bisa diamandemen; misalnya penambahan Bab 28E 
> tentang hak > asasi manusia yang saya kutip itu; apalagi hanya SKB 
> dua menteri yang > jelas-jelas bermuatan politis. Tahap pertama 
yang 
> perlu dilakukan > adalah; pencabutan SKB Dua Menteri itu baik 
> bernomor 01/BER/mdn-> mag/1969, SKB No 1 tahun 1979tentang tata 
cara 
> penyiaran agama dan > bantuan luar negeri, instruksi menag no 3 
> tahun 1995 serta pasal 156 > a dalam KUHP tentang "penodaan agama" 
> dengan alasan (a) bertentangan > dengan UUD 45 yang mengakui dan 
> menjamin kebebasan beragama. 
> > Logikanya sama seperti pendapat fikih yang bertentangan dengan 
> > Alquran; tidak bias diterima kan? (b) Pasal-pasal tersebut 
> berpotensi > menyeret umat beragama dalam konflik. Pasal-pasal 
> tersebut selama ini > dijadikan dalih untuk menyerang dan menyekang 
> kebebasan agama lain. > Seperti halnya fatwa MUI tentang Ahmadiyah 
> yang digunakan oleh FPI > untuk menyerang Jamaah Ahmadiyah.
> 
> Lina: Silakan revisi hukum tersebut. Tak perlu bawa ayat kan?
> Kalau SKB (dan peraturan lainnya) bermuatan politis itu hal wajar. 
> Kalau sudah tak sesuai dengan situasi politik sekarang silakan 
> revisi. Tapi mas GUN tidak menyinggung sama sekali tentang 
> perundangan pembangunan rumah ibadah itu seharusnya bagaimana?.
> 
> Soal hukum yang dijadikan alasan penyerangan oleh FPI, ya salahkan 
> FPInya. Hukum mau dibuat sebagus apapun kalau mental orang seperti 
> FPI.. tetep aja akan dicari hukum lainnya utk membenarkan 
> perbuatannya. 
> 
> Umat beragama, namanya masih manusia, akan terus ada konflik. 
Segala 
> pasal bisa berpotensi pada konflik. Ayat suci saja bisa jadi 
> konflik. Di Indoensia ini mudah mencari konflik. Jadi jangan 
> menambah konflik. Yang terpenting dalam bernegara adalah penegakkan 
> hukum. 
> 
> Dalam dunia maya, saya itu merindukan artikel2 dari JIL, ISFUN, 
> Islam moderat, FPI ato Islam apa saja tentang ide-ide mereka dalam 
> menegakkan hukum di negara ini. Itu lebih bermanfaat. [Mungkin dah 
> ada, cuma saya yang belon pernah baca]
> 
> Jadi, balik ke masalah awal: bagaimana ya sebaiknya perundangan 
> pembangunan rumah beribadah itu sebaiknya (bukan lagi soal 
> perundangan kebebasan beragama)? Biar teratur gitu? Yang melanggar 
> peraturan, ya dihukum.
> ?
> 
> wassalam,
> > 
> >  
> >  
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> 
> > wrote:
> > > Ouw rupanya ada disini SKB tsb...:-)
> > > 
> > > Mengenai pembangunan rumah ibadah, saya hanya ingin kemukakan 
> hal-
> > > hal sbb:
> > > 1)Sebagai negara yang berlandaskan hukum, Undang-undang 
> pembangunan 
> > > rumah ibadah perlu ada. Sebelum ada undang-undang baru, SKB 
> > tersebut 
> > > jangan dicabut dulu.
> > > 
> > > 2) Menanggapi tulisan dibawah ini, kita bisa lihat bagaimana 
JIL 
> > > tidak konsekwen. Saya pikir ini memang typicalnya JIL (yg tidak 
> > > konsekwen ato bermain ganda or mencampur baurkan segala hal 
> menjadi 
> > > blur).
> > > 
> > > Ada kalanya JIL mengatakan bahwa hukum Tuhan itu tidak ada, 
tapi 
> > > sekarang JIL mengatakan hukum Tuhan dengan mengutip QS22:40 
> tsb., 
> > > bahwa umat Islam harus mengikuti hukum Tuhan tsb. Padahal sudah 
> > > jelas masalah yang terjadi dengan pentutupan bbrp gereja adalah 
> > > masalah hukum yang mandul di BUMI PERTIWI ini. Jadi yang harus 
> > > ditegakkan adalah hukum BUKAN mencabut hukum yang sudah ada 
> menjadi 
> > > tidak berhukum. Yang mandul di jadikan tidak mandul.
> > > 
> > > Ada baiknya JIL bersama ormas2 Islam dan agama lainnya duduk 
> > bersama 
> > > memperbaiki hukum yang ada kini, bila dianggap hukum tsb perlu 
> > > direvisi.
> > > 
> > > Andaikan Islam pecah menjadi 73 golongan, Kristen 72 gol (belum 
> > lagi 
> > > yg berdsrkan suku di Indo), Yahudi 70 gol, Budha..brp gol, 
Hindu 
> > > berapa gol..kalo masing2 mengklaim mau mendirikan rumah ibadah 
> > > berdasarkan kebebasan....ya..gak perlu undang2 lagi kali ya? 
> Buat 
> > > aja dirumah masing2.
> > > 
> > > Solho Gitu What?..:-)
> > > 
> > > wassalam,
> > > 
> > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > > http://www.suarapembaruan.com/News/2005/08/29/index.html
> > > > 
> > > > SUARA PEMBARUAN DAILY 
> > > > 
> > > > Apa Alasan Mereka Menutup Gereja?
> > > > Oleh Mohamad Guntur Romli 
> > > > 
> > > > SAYA sebagai seorang muslim sangat terkejut dengan 
pemberitaan 
> > > penutupan secara paksa gereja-gereja di Jawa Barat yang 
> dilakukan 
> > > oleh sekelompok umat Islam. Kelompok itu menamakan dirinya 
> sebagai 
> > > Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan (AGAP). Tidak hanya sekadar 
> > > melakukan penutupan paksa, tapi juga disertasi dengan tindakan 
> > > kekerasan (Suara Pembaruan, 24/8). Terlintas dalam benak saya, 
> apa 
> > > alasan mereka menutup gereja? 
> > > > 
> > > > Bagi saya pribadi, citra gereja, seperti halnya masjid, pura, 
> > > wihara, dan tempat-tempat ibadah lainnya yang digunakan untuk 
> > memuji 
> > > dan menyembah Tuhan. Dalam pandangan Al-Quran, rumah-rumah 
Tuhan 
> > > tersebut, wajib dipelihara tidak hanya oleh pemeluk agamanya 
> saja, 
> > > namun juga oleh seluruh pemeluk agama. Pada prinsipnya Rumah 
> Tuhan 
> > > adalah "rumah bersama" yang wajib dilindungi. 
> > > > 
> > > > Allah Swt menegaskan hal ini dalam Surat Al-Hajj (22) Ayat 40 
> > yang 
> > > ditujukan pada kaum muslimin untuk memelihara tempat-tempat 
> > > ibadah, "Sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian 
> manusia 
> > > dengan sebagian yang lain, telah dirobohkan biara-biara 
Nasrani, 
> > > gereja-gereja, rumah-rumah ibadat Yahudi (sinagog) dan masjid-
> > masjid 
> > > yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah 
> > pasti 
> > > menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah 
> benar-
> > > benar Mahakuat lagi Mahaperkasa." 
> > > > 
> > > > Memelihara dan melindungi tempat ibadah merupakan 
implementasi 
> > > dari prinsip kebebasan beragama dalam Islam. Perlindungan 
> tersebut 
> > > dipertegas dalam ayat yang sangat populer lâ ikrâhâ fi al-
> > dîn "tidak 
> > > ada paksaan dalam beragama" (Al-Baqarah: 256). Seorang ahli 
> tafsir 
> > > (mufassir) klasik, Al-Thabari dalam karyanya Jâmi' al-Bayân 
> > > menuturkan kisah dari sebab-musabab (asbâb al-nuzûl) ayat 
> tersebut 
> > > turun. 
> > > > 
> > > > Seorang bapak beragama Islam yang berasal dari suku Salim bin 
> > Awf, 
> > > di Madinah memiliki dua anak yang memeluk Kristen. Ketika dua 
> > > anaknya datang berkunjung, sang bapak mengajak dua anaknya 
> memeluk 
> > > Islam. Namun keduanya menolak. Kemudian, sang bapak membawa 
> kedua 
> > > anaknya ke hadapan Rasulullah, dan meminta beliau turun tangan. 
> > > > 
> > > > Persis pada saat itulah, menurut Al-Thabari, Allah menurunkan 
> > > ayat "Tidak ada paksaan dalam agama". Sang bapak mematuhi 
> perintah 
> > > Rasulullah, dan memberi kebebasan pada dua anaknya memeluk 
> > agamanya. 
> > > Selain itu, untuk melindungi umat non-Islam juga, Rasulullah 
> telah 
> > > menjadikan dirinya sebagai jaminan. Dalam sabdanya, Man adzâ 
> > > dzimmiyan faqad âdzânî (barang siapa yang menyakiti non-muslim, 
> > maka 
> > > dia telah menyakitiku). 
> > > > 
> > > > Kebebasan beragama, tidak hanya menjadi wacana, namun juga 
> > menjadi 
> > > kebijakan publik Rasulullah sebagai panutan dan pemimpin 
> > masyarakat. 
> > > Kesepakatan Rasulullah dengan pelbagai suku dan agama di 
Madinah 
> > > yang dikenal dengan Piagam Madinah, Mîtsâq al-Madînah, dinilai 
> oleh 
> > > Muhammad Husain Haikal, penulis buku Hayât Muhammad (Biografi 
> > > Muhammad) sebagai implementasi dari kebebasan beragama. Lebih 
> dari 
> > > itu, masih menurut Husan Haikal, kesepakatan tersebut merupakan 
> > > dokumen politik yang patut dikagumi sepanjang sejarah. 
> > > > 
> > > > Diriwayatkan juga dalam sebuah hadis, "Ketika datang 
rombongan 
> > > Nasrani Najran berjumlah lima belas orang yang dipimpin oleh 
Abu 
> al-
> > > Harits, Rasulullah berdialog dengan mereka. Ketika mereka 
hendak 
> > > beribadah, beliau mempersilakan mereka untuk melakukan ibadah 
di 
> > > Mesjid Nabawi, sedangkan Rasulullah beserta sahabat salat di 
> bagian 
> > > lain". 
> > > > 
> > > > Cerita ini benar-benar menakjubkan. Umat Kristiani yang tidak 
> > > memiliki tempat ibadah, dipersilahkan oleh Rasulullah melakukan 
> > > kebaktian di masjid. Tidak seperti yang terjadi saat ini, 
> pendirian 
> > > gereja dipersulit dengan perizinan yang rumit, ketika berdiri 
> pun 
> > > malah ditutup! 
> > > > 
> > > > Kebijkan Rasulullah tersebut dilanggengkan oleh para pemimpin 
> > > sesudahnya. Ketika Umat bin Khattab menaklukkan Yerusalem pada 
> > tahun 
> > > 638 M, memberikan jaminan terhadap kaum Kristiani dan Yahudi 
> yang 
> > > diabadikan dalam Piagam Alia. Salah satu poin terpenting dari 
> > piagam 
> > > tersebut adalah, jaminan kehidupan, penghidupan, dan rumah-
rumah 
> > > ibadah yang tidak boleh diduduki, atau dihancurkan. 
> > > > 
> > > > Oleh karena itu, segala tindakan penutupan terhadap rumah-
> rumah 
> > > ibadah sama sekali tidak memiliki landasan dalam Islam. Dalam 
> > > kondisi perang pun, rumah-rumah ibadah merupakan daerah 
> terlarang 
> > > untuk diserang, seperti halnya terhadap anak-anak, perempuan, 
> orang 
> > > tua, orang cacat dan orang sipil. 
> > > > 
> > > > Namun, yang mengherankan bagi saya adalah alasan mereka yang 
> > > berasal dari Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan 
> > Menteri 
> > > Dalam Negeri No. 01/BER/mdn-mag/1969. 
> > > > 
> > > > SKB tersebut ditandatangani oleh KH Moh Dahlan sebagai 
menteri 
> > > agama dan Amir Machmud sebagai menteri dalam negeri di Jakarta 
> > > tanggal 13 September 1969. Aturan yang dimaksud dalam SKB 
> tersebut 
> > > adalah Pasal 4 ayat (1) "setiap pendirian tempat ibadah perlu 
> > > mendapatkan izin dari Kepada Daerah atau pejabat pemerintahan" 
> dan 
> > > ayat 2, "Kepala Daerah atau pejabat yang dimaksud dalam ayat 
(1) 
> > > pasal ini memberikan izin yang dimaksud, setelah 
> mempertimbangkan: 
> > > a. pendapat Kepala Perwakilan Departemen Agama setempat; b. 
> > > planologi; c. kondisi dan keadaan setempat." 
> > > > 
> > > > SKB tersebutlah yang menjadi pangkal persoalan ini karena 
> > memasung 
> > > kebebasan agama yang menjadi landasan utama konstitusi kita. 
> Dalam 
> > > UUD 45 Pasal 29 ayat (2) disebutkan, "Negara menjamin 
> kemerdekaan 
> > > tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan 
> untuk 
> > > beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu." 
> > > > 
> > > > Dalam Pasal 28E tentang Hak Asasi Manusia hasil amendemen UUD 
> > 1945 
> > > tahun 2000 disebutkan, (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan 
> > > beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, 
> > > memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat 
> tinggal 
> > > di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. 
> > > > 
> > > > (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, 
> > > menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (3) 
> > > Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan 
> > > mengeluarkan pendapat. 
> > > > 
> > > > Kesimpulannya, isi SKB tersebut bertentangan dengan prinsip 
> > > kebebasan dan kemerdekaan umat beragama untuk memeluk dan 
> beribadat 
> > > menurut agamanya masing-masing. Oleh karena itu, sudah 
> seharusnya 
> > > SKB tersebut dicabut. 
> > > > 
> > > > Dalam SKB itu juga, kebebasan dan kemerdekaan 
> > > beragama "ditertibkan" oleh kepada daerah setempat khususnya 
hal-
> > > ihwal pendirian rumah ibadah. Tidak hanya berkenaan dengan 
rumah-
> > > rumah ibadah; gereja, masjid, musola, dan lain-lain wajib 
> > > mengantongi surat izin. 
> > > > 
> > > > Dalam Pasal 3 ayat (1) juga disebutkan, "Kepala Perwakilan 
> > > Departemen Agama memberikan bimbingan, pengarahan, dan 
> pengawasan 
> > > terhadap mereka yang memberikan penerangan/penyuluhan/ceramah 
> > > agama/khotbah-khotbah di rumah-rumah ibadah..." 
> > > > 
> > > > Dalam SKB ini pemerintah telah melampaui wewenangnya yang 
> > > seharusnya memberikan jaminan kebebasan beragama bagi umat 
> > beragama, 
> > > bukan malah mencampuri dengan melakukan pengawasan hingga taraf 
> > > mengawasi khotbah-khotbah. 
> > > > 
> > > > Jika kembali ke pertanyaan awal, apa alasan mereka menutup 
> > gereja? 
> > > Surat-surat dalam Al-Quran, dan risalah Rasulullah, atau Surat 
> > > Keputusan Bersama (SKB) dua menteri itu yang kontroversial itu? 
> > Atau 
> > > mereka hanya mencari-cari alasan? 
> > > > 
> > > > Jika pun mengikuti aturan SKB tersebut dalam Pasal 5 ayat (2) 
> > > disebutkan, "jika dalam hal perselisihan/pertentangan tersebut 
> > > menimbulkan tindakan pidana, maka penyelesaiannya harus 
> diserahkan 
> > > kepada alat-alat penegak hukum yang berwenang dan diselesaikan 
> > > berdasarkan hukum." 
> > > > 
> > > > Dan tentu saja aksi kekerasan, penyerangan dan pemaksaan yang 
> > > dilakukan oleh kelompok itu ketika menutup paksa sejumlah 
> gereja, 
> > > merupakan tindakan pidana yang nyata. Wallahu A'lam. * 
> > > > 
> > > > 
> > > > Penulis adalah aktivis Jaringan Islam Liberal 
> > > > 
> > > > 
> > > > Last modified: 29/8/05 
> > > > 
> > > > [Non-text portions of this message have been removed]




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke