http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/9/9/p2.htm


Orasi
Bagi Hasil tak Adil 
Pemerintah pusat selama ini memandang Bali sebagai anak manis yang memang tak 
terlalu banyak menuntut. Gejolak politik di Pulau Dewata ini boleh dikatakan 
tak sehebat daerah lain. Relatif sepi. Kondisi ini menjadikan Bali makin 
strategis di mata wisatawan mancanegara sebagai daerah yang paling aman dan 
memiliki daya tarik tersendiri.

Bali mempunyai adat-istiadat serta taksu budaya sebagai selling point bagi 
kedatangan wisatawan ke Bali. 

Atmosfer kehidupan masyarakat Bali merupakan intangible asset yang diharapkan 
menjadi bagian dari sumber daya lainnnya. Sumber daya lain inilah yang menjadi 
daya tarik pariwisata yang memberikan devisa bagi negara, visa on arrival 
(VoA), airport tax serta keuntungan BUMN di Bali. Bandara Ngurah Rai, misalnya, 
mampu menyusui sejumlah bandara di Indonesia dari keuntungan Rp 600 milyar 
lebih per tahunnya. Devisa pariwisata Bali yang disetor ke pemerintah pusat 
mampu menyumbang 30 persen dari devisa secara nasional.

Selama ini memang tidak ada data kongkret berapa keuntungan dari pariwisata 
yang masuk pemerintah pusat. Namun, diperkirakan mencapai trilyunan rupiah. 
Gampangnya, VoA dari Bali saat ini mencapai Rp 250 milyar, keuntungan dari 
sejumlah BUMN di Bali dan devisa yang disetor ke pemerintah pusat. Lantas 
berapa persen Bali kecipratan dari keuntungan pariwisata yang disetor ke 
pemerintah pusat? Wagub Kesuma Kelakan yang juga Wakil Ketua PDI-P Bali bidang 
pemerintahan mengakui belum ada. Ada ketidakadilan yang dirasakan karena 
kontribusi ke daerah dari pendapatan pariwisata yang disumbangkan ke pusat 
masih relatif kecil.

Di balik kecilnya sumbangan tersebut, pemerintah dan jajarannya dibebankan 
tugas yang sangat berat menjaga citra Bali, keamanan, memperbaiki infrastruktur 
pariwisata dan masalah kesehatan. Menjadi wajar Kapolda Bali Mangku Pastika 
mengeluhkan minimnya dana operasional yang tak sebanding dengan keamanan yang 
mereka jaga. Dari segi keamanan harus diakui, bahwa Kapolda Bali memang 
dibebankan tugas khusus menjaga citra Bali sebagai daerah teraman. Hanya dengan 
citra aman mampu menaikkan reputasi Bali di mata wisatawan mancanegara. Bukti 
lain, pascabom Bali Oktober 2002, wisatawan melorot drastis ke titik nadir 
lantaran Bali dianggap tidak aman. Itu berarti pariwisata sangat tergantung 
dari amannya suatu daerah. Berat memang tugas jajaran keamanan Bali mesti 
menjaga seluruh wisatawan asing yang berada di Bali. 

Alit Kelakan dapat memahami keluhan Kapolda Bali Mangku Pastika, mengingat 
anggaran untuk polisi di Bali relatif kecil tak sepadan dengan keamanan yang 
mereka mesti jaga. Porsi anggaran yang mereka terima dari pusat tak jauh 
berbeda dengan Polda lainnya di Indonesia. Inilah yang menyebabkan Polda Bali 
dengan lain tak jauh berbeda, padahal dari segi menjaga keamanan pertaruhannya 
sangat berat.

Persoalan lain yang sering mengganggu citra pariwisata adalah di bidang 
kesehatan. Wabah kolera beberapa tahun lalu sempat membuat wisatawan Jepang tak 
kunjung datang ke Bali. Kini penyakit flu burung menghantui. Jika ini tak cepat 
diantisipasi dengan melarang pengiriman ternak dari Jawa ke Bali jelas 
berdampak pada kunjungan wisatawan ke Bali.

Dari segi penjagaan citra pariwisata Bali dan beratnya persoalan untuk 
mengamankan Bali, amat layak devisa pariwisata dibagi-bagi antara pemerintah 
pusat dan daerah. Bali memang sudah pernah memperjuangkan hal itu lewat otonomi 
khusus, namun gagal. Ironisnya, kegagalan itu justru terjadi di saat PDI-P 
berkuasa dan presidennya Megawati.  Kesuma Kelakan, yang juga tim DPRD Bali 
periode 1999-2003 memperjuangkan hal itu ke pusat, mengakui kegagalan tersebut 
disebabkan karena keistimewaan yang diperjuangkan masih bersifat kasuistis. 
Perjuangan waktu itu hanya membuahkan hasil Rp 10 milyar berupa sumbangan pihak 
ketiga dari PAP I Ngurah Rai.

Kegagalan perjuangan di masa lalu akhirnya membuat strategi yang ditempuh 
sekarang berbeda. Kini saluran perjuangan melalui amandemen UU 33 tahun 2003 
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Perjuangan mesti sistemik, 
terencana, terarah, melibatkan semua komponen termasuk dari parpol. Terlebih 
lagi Badan Legislatif DPR-RI saat ini berencana mengamandemen UU 33 tahun 2003. 
Selama ini dalam UU 33 tahun 2003 itu hanya daerah yang memiliki sumber daya 
alam seperti hutan dan hasil tambang mendapatkan kontribusi. Sedangkan sumber 
daya lain dalam UU itu masih belum dijelaskan secara detail. Sumber daya lain 
inilah yang dipersoalkan dan diamandemen mulai tahun 2006. Bali sangat 
memungkinkan memasukkan daya tarik pariwisata budaya itu sebagai intingible 
asset. Sumber daya lain itu ciptaan Tuhan juga tercantum dalam UUD 45. 

''Ini yang mesti diperjelas melalui amandemen,'' katanya. Karena itu, perlu 
disusun sistem aturan serta regulasi bagaimana formulasi usulan perjuangan dan 
strategi perjuangannya. Semua formulasi itu akan dirumuskan pada lokakarya yang 
digelar 13 September mendatang dengan mengundang sekitar 90 tokoh dari Bali dan 
pusat.  

Soal formulasi bagi hasil pusat dan daerah yang tepat untuk Bali? Kesuma 
Kelakan menyebutkan dalam sejumlah UU disebutkan daerah penghasil bisa 
memperoleh 50 persen, propinsi 20 persen dan 30 persen pusat. Idealnya berapa 
Bali mendapatkan kontribusi bagi hasil, inilah yang mesti dirumuskan dalam 
lokakarya nanti. Satu data mendasar yang perlu dihitung adalah berapa 
sebenarnya sumbangan Bali dari hasil pariwisatanya kepada pemerintah pusat. 
Selama ini taksirannya mencapai trilyunan rupiah jatuh setiap tahunnya ke 
pusat. Kalau dari hasil pariwisata yang demikian besar itu, Bali lagi tak 
mendapatkan apa-apa jelas keterlaluan namanya. Mudah-mudahan Bali tak terantuk 
kedua kalinya.

* suana


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/ons1pC/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke