PUSAT DOKUMENTASI SOLOPOS Griya SOLOPOS Jln. Adi Sucipto 190 Solo 57145 Telp. 0271-724811 Fax. 0271-724833 E-mail : [EMAIL PROTECTED]
Edisi : Senin, 05 September 2005 , Hal.4 Berita negatif, fakta dan nasib wartawan... Raden Mas Suloyo Minggu kemarin mruput mendatangi kediaman Kangmas Wartonegoro. Sudah hampir dua pekan ini, Denmas Suloyo mengaku gelisah, bertanya-tanya bahkan "risih" karena isi koran yang dia baca, beritanya didominasi oleh informasi-informasi negatif. "Jan-jane koran sampeyan itu apa fungsinya untuk memuat berita yang jelek-jelek, ngelek-elek liyan ta Mas Warto?" tanya Denmas Suloyo setelah duduk di karpet ruang keluarga Kangmas Wartonegoro. Mak tratap, Kangmas Wartonegoro terhenyak mendapat pertanyaan yang tidak dia duga-duga seperti itu. "Sekedhap ta Denmas. Yang Anda maksud berita-berita negatif itu yang mana? Wong selama ini berita yang saya bikin itu ya sesuai dengan kenyataan, persis dengan fakta, tidak menyimpang dari kondisi yang sebenarnya," kata Kangmas Wartonegoro. "Wah lha itu saya kan tidak tahu. Yang saya pahami, berita-berita sampeyan itu menurut saya ya isinya banyak mengungkap hal-hal buruk dan bahkan mungkin membuat orang yang diberitakan kisinan, kehilangan muka, atau malah hancur berantakan," kata Denmas Suloyo nerocos. "Sebentar... sebentar Denmas. Apa sampeyan bisa memberi contoh, mana berita yang sampeyan bilang buruk, negatif atau ngisin-isini itu," jawab Kang Wartonegoro. "Tadi kan sudah saya bilang banyak. Berita wakil rakyat yang ditangkap sedang main judi itu, ontran-ontran Keraton, berita tentang orang-orang yang memakai gelar palsu itu atau para anggota Dewan yang dihukum karena dakwaan korupsi. Apa itu namanya bukan berita-berita negatif. Coba bayangkan, yang terkena imbas kan bukan yang melakukan perbuatan itu saja, tapi anak, isteri atau bahkan keluarga besarnya," lanjut Denmas Suloyo masih dengan makantar-kantar penuh semangat empat lima. "Ooo... berita-berita itu ta? Yang negatif itu kan bukan beritanya. Saya kan hanya menyampaikan informasi kepada masyarakat. Ya begitulah Denmas, salah satu tugas media massa adalah mendidik. Berita seperti itu, dari sudut pandang lain, sebenarnya kan justru mendidik. Bukan berita negatif," papar Kangmas Wartonegoro. Dalam teori jurnalistik, kata Kangmas Wartonegoro, media massa seperti koran itu setidaknya berfungsi memberi informasi, memberi hiburan, bisa mempersuasi pembaca, sebagai alat untuk transformasi budaya, mampu menjadi alat kontrol atau pengawas masyarakat, sebagai alat untuk menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya (korelasi) serta bisa pula berfungsi sebagai alat untuk pewaris sosial. "Maksudnya, media massa ini bisa berlaku sebagai pendidik formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai-nilai, norma, pranata sosial, etika dari satu generasi ke generasi berikutnya," kata Kangmas Wartonegoro yang kali ini giliran berapi-api. Dengan fungsi yang harus ditanggungnya seperti itu, lanjut Kangmas Wartonegoro, media massa harus mampu mengakomodasi semua pihak, bertanggung jawab, memegang teguh etika, etiket dan moral serta bertindak adil untuk semua orang. "Nah tugas seperti inilah yang membuat saya harus selalu membela kebenaran dan bersikap egaliter. Barangkali, hal seperti inilah yang kemudian dimaknai 'saya tak berperasaan' karena menulis berita-berita yang sampeyan anggap negatif tadi," jelas Kangmas Wartonegoro kepada Denmas Suloyo yang mulai manggut-manggut. "Lha sebagai manusia biasa, apa sampeyan tidak punya hati nurani? Tidak bisa berempati, kepada orang-orang yang sedang dirundung musibah," tanya Denmas Suloyo. "Itulah risiko saya Denmas. Profesi ini memang mengharuskan saya menjadi orang yang disukai atau tidak disukai. Sebab saya dituntut harus mampu merekam persitiwa benar-benar secara berimbang, transparan dan apa adanya tentu saja dengan mempertimbangkan sisi etika, etiket dan moralitasnya," tambah Kangmas Wartonegoro. Banyak orang, kata Kangmas Wartonegoro, menyebut wartawan adalah profesi unik. Dikatakan demikian, mungkin, karena pekerjaan seorang jurnalis sangat khas. Wartawan secara ideal sebenarnya bekerja bukan untuk "mencari uang", artinya, mereka secara langsung tidak memperoleh uang cash dari kegiatannya itu. Wartawan bekerja untuk mencari berita, satu-satunya kewajiban moral yang harus diemban seorang jurnalis adalah memihak kepada kebenaran universal dan nilai-nilai keadilan. Spesifikasi tugas seorang wartawan seperti itulah yang kemudian membuka beragam persepsi. Wartawan bisa dianggap sebagai musuh, sementara pada sisi yang lain dia bisa juga dianggap sebagai sahabat. Tabir yang memisahkan antara kedua hal itu sungguh sangat tipis. Artinya, tergantung pada suasana yang bagaimana? Kalau tulisan-tulisannya dinilai menguntungkan, tentu saja dia adalah sahabat. Tapi kalau merugikan, dia jadi musuh. Nah persepsi seperti itu semestinya harus diluruskan. Khalayak, mestinya memahami seorang wartawan adalah "sekadar" pekerja yang merangkai sebuah fakta, ketika pemburu berita itu menampilkan karyanya di media massa. Kalau pun ada pernyataan atau fakta yang kemudian merugikan atau bisa juga menguntungkan pihak-pihak tertentu, maka hal itu karena faktanya memang demikian. Kemunculan fakta tentu saja tidak bisa dilarang. Dan tugas wartawan adalah melaporkan adanya fakta itu kepada masyarakat. - Mulyanto Utomo, Wartawan Harian SOLOPOS [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now. http://us.click.yahoo.com/T8WM1C/KbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/