Siapakah orang miskin yang berhak menerima kompensasi
BBM? Apakah per orangnya Rp 175 ribu per bulan,
sehingga kalau 1 keluarga terdiri dari 4 orang, maka
penghasilan bulanannya Rp 700 ribu. Atau 1 keluarga
penghasilannya hanya Rp 175 ribu per bulan?

Sebab kalau yang terakhir seperti disinyalir tulisan
di bawah, maka itu cuma dagelan belaka. Jangankan Rp
175 ribu per bulan, gaji Rp 800 ribu per bulan pun
untuk 1 keluarga dengan 4 anggota keluarga tidak
mencukupi.

Jadi, harga naik, dan warga dengan penghasilan Rp 1
juta ke bawah tapi di atas kriteria miskin semakin
tergencet.

Dana Kompensasi untuk Siapa? 


Oleh: MH SAMSUL HADI

Sulit rasanya menemukan keluarga miskin di Jakarta
dengan penghasilan Rp 175.000 per bulan. Lalu, siapa
yang akan menerima dana kompensasi BBM?

Ibing (43), sopir bajaj, terkekeh-kekeh ketika diberi
tahu bahwa orang miskin yang diakui pemerintah adalah
mereka yang berpenghasilan Rp 175.000 atau kurang dari
itu. Ia mengaku tidak habis pikir, bagaimana kriteria
orang miskin itu dibuat. ”Tidak masuk akal itu. Jika
ada (orang miskin seperti itu—Red), bisa makan apa
selama ini,” katanya.

Gugatan semacam itu dilontarkan pula oleh masyarakat
kelas bawah lainnya, seperti kuli panggul, pemulung,
pedagang air, penjual es beras kencur, tukang tambal
ban, pengojek sepeda, hingga para tukang sapu di
jalan. Dari penelusuran Kompas selama dua hari, Senin
dan Selasa (13/9), tak satu pun dari mereka
berpenghasilan Rp 175.000 per bulan, seperti
disyaratkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai
penerima dana kompensasi kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM).

Pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika
Sofyan A Djalil mengumumkan akan memberikan subsidi
langsung berupa uang tunai Rp 100.000 per bulan kepada
rakyat miskin sebagai bentuk kompensasi kenaikan harga
BBM dalam waktu dekat ini. Hanya saja, yang dianggap
”miskin” adalah mereka yang berpenghasilan Rp 120.000
atau Rp 150.000 atau Rp 175.000 per bulan (Kompas, 10
September 2005).

Damsiri (60-an), pemulung dengan lima anak di
Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara, yang tinggal di
gubuk tripleks di bantaran Kali Hitam, mengaku
berpenghasilan rata-rata Rp 500.000 per bulan.

Itu belum dari penghasilannya sebagai kru Dinas
Kebersihan yang memberinya upah Rp 400.000-Rp 600.000
per bulan. Mengacu kriteria BPS, keluarga pemulung itu
jelas tidak berhak atas dana kompensasi.

Damsiri sendiri tidak tahu, apakah ia dan keluarganya
termasuk miskin atau tidak. Yang jelas, ia tinggal di
gubuk ukuran sekitar 4 x 2 meter bersama tiga anak dan
istrinya. Dua anaknya yang lain tinggal di Kronjo,
Tangerang. Gubuknya penuh dengan karung berisi barang
bekas hingga meluber keluar. Nyamuk pun berkeliaran di
sana-sini.

Ade Tarsa (43), penjual air bersih, tak jauh dari
gubuknya, malah ”lebih sejahtera”. Meski tidak bisa
dipastikan, ia mengaku rata-rata mengantongi
pendapatan kotor Rp 125.000 per hari. Itu berasal dari
hasil dagangan 10 gerobak air dalam sehari.

Setiap gerobak menghasilkan uang Rp 12.500. Dikurangi
uang makan Rp 20.000 dan modal membeli air Rp 15.000,
pria beranak dua itu mendapat hasil bersih Rp 90.000
per hari. Jika dipukul rata, sebulan ia mampu
mengantongi Rp 2,7 juta. Sudah pasti, pria yang
mengontrak kamar Rp 100.000 per bulan secara
berpatungan dengan tiga penjual air lainnya itu tidak
berhak atas dana kompensasi BBM.

Begitu pula Mahmud (23), kuli panggul di Pejagalan,
yang mengaku, sebulan rata-rata berpenghasilan Rp
600.000; atau Adi Santoso (29), tukang tambal ban di
Jalan KS Tubun, Petamburan, Jakarta Pusat, dengan
pendapatan Rp 25.000 per hari; atau Ibing, sopir
bajaj, yang rata-rata mengantongi Rp 20.000-Rp 30.000
per hari.

”Kami yang berpenghasilan segini saja kocar-kacir,
bagaimana dengan orang yang berpenghasilan Rp 175.000?
Itu sama saja bohong. Persyaratan itu kayak cerita
dongeng saja,” kata Ibing, yang mengontrak kamar
sempit di atas lokasi MCK umum di Pasar Pintu Air,
Petamburan, Jakarta Pusat.

Beberapa tukang ojek sepeda di Jalan Yos Sudarso,
Tanjung Priok, Jakarta Utara, tercengang dengan
kriteria orang miskin versi BPS. Sunarto (35), Qosim
(39), Arif (40), dan Tohari (35), yang penghasilan
mereka sehari-harinya tidak pasti, pun mengaku
mendapat Rp 10.000-Rp 30.000 per hari.

Pendapatan para tukang sapu saja, kata Riana (46) yang
sehari-hari menyapu sebagian ruas Jalan Yos Sudarso,
berkisar Rp 330.000, Rp 345.000, Rp 450.000, atau Rp
700.000 per bulan. Ia sendiri mengaku bisa memperoleh
Rp 750.000 per bulan dari pekerjaan menyapu jalan
pukul 05.00-17.00.

Meski sudah ditunjang dengan pendapatan suaminya yang
juga tukang sapu (Rp 750.000 per bulan), Riana mengaku
kerepotan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mulai
dari membayar listrik dan air Rp 200.000 per bulan,
belanja keluarga yang Rp 25.000 per hari, dan biaya
sekolah anak.

Apa pun kesulitan hidup kaum marginal di atas (kuli
panggul, pemulung, pedagang air, tukang tambal ban,
sopir bajaj, pengojek sepeda, hingga penyapu jalan),
mereka tidak akan mendapat dana kompensasi jika
acuannya adalah penghasilan Rp 175.000 per bulan.
Lantas, di Jakarta ini untuk siapa lagi dana
kompensasi BBM dikucurkan?

Tidak tepat dan tidak adil

Menurut sosiolog Universitas Indonesia Prof Dr Paulus
Wirutomo, dana kompensasi seperti itu tidak tepat.
Bukan hanya karena kriteria yang tidak tepat, tetapi
program tersebut juga tidak ampuh meredam gejolak
akibat kenaikan harga BBM.

Sebab, katanya, yang diperlukan dan harus dilakukan
pemerintah adalah memberikan jaminan keamanan,
ketenteraman, dan kenyamanan berusaha bagi rakyat.
Juga penyediaan lapangan kerja bagi mereka. Bukan
sekadar dana karitatif yang ia sebut sebagai
artifisial.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/14/utama/2049589.htm

Ingin belajar Islam? Mari bergabung milis Media Dakwah
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/ons1pC/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke