--- In ppiindia@yahoogroups.com, Sandy Dwiyono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 06.10.2005
> 
> Turki Lega Setelah Kesepakatan UE
> 
> Oleh: Peter Phillipp
> 
> (Gedung Komisi Uni Eropa berdiri megah di Brussel)




----------------------

DH:  Benarkah??? nah bacalah:



SUARA PEMBARUAN DAILY
----------------------------------------------------------------------
----------

Turki, Awal Perjalanan Panjang Menjadi Bagian Eropa

Pengantar

PERJALANAN Turki untuk masuk menjadi bagian Eropa memasuki babak 
baru. Pemimpin Uni Eropa akhirnya bersepakat memulai pembicaraan 
keanggotaan Turki ke Uni Eropa (UE). Babak baru itu memang tidak akan 
berjalan mulus. Masih sangat panjang jalan yang harus ditempuh negeri 
berpenduduk 71 juta jiwa itu untuk diterima sebagai bagian dari UE. 
Wartawan Pembaruan Heri S Soba dan Willy Masaharu mengulas masalah 
tersebut dalam dua tulisan di bawah ini. 


AP/OSMAN ORSAL

MELAMBAI BERSAMA - Bendera Turki dan Uni Eropa berkibar di depan 
masjid di Istanbul, Turki. Uni Eropa menyetujui untuk memulai 
membahas keanggotaan Turki, ke dalam UE.

PERJALANAN panjang Turki menjadi bagian dari Eropa, memasuki babak 
baru setelah Senin (3/10) tengah malam lalu di Luksemburg. Dalam 
pertemuan petinggi Uni Eropa (UE), diraih kesepakatan memulai 
negosiasi keanggotaan Turki ke organisasi yang beranggotakan 25 
negara itu.

"Hubungan kami dengan Eropa dimulai pada 1963, suatu masa yang lebih 
dari 40 tahun. Kami harus tiba hari ini pada acara bersejarah," kata 
Menteri Luar Negeri Turki Abdullah Gul, yang terbang ke Luksemburg 
Senin malam itu juga untuk menghadiri upacara resmi yang menandai 
akan dimulainya negoisasi keanggotaan tersebut. 

Acara tengah malam itu hanyalah pembukaan resmi berupa upacara. Masih 
dibutuhkan beberapa waktu lagi untuk memulai perundingan. Sebagai 
permulaan, pegawai sipil Turki akan diundang ke Markas UE Brussels 
untuk mempelajari aspek hukum UE. Pada saat bersamaan, pejabat-
pejabat UE akan mempelajari secara detail perundang-undangan Turki, 
guna menentukan bidang apa saja yang bisa menjadi konsentrasi 
negosiasi pada fase pertama.

Diperkirakan negosiasi bisa makan waktu sepuluh tahun. Perundingan 
itu adalah proses yang terbuka dan hasilnya belum bisa dipastikan. 
Paling cepat Turki diterima pada 2014, karena anggaran 2007-2013 yang 
kini sedang diperdebatkan tidak mencakup biaya aksesi Turki. Waktu 
yang realistis bagi penerimaan Turki masih jauh, tahun 2020. Pada 
tahun itu, Turki harus sudah mengadopsi 80.000 halaman UU UE.

Niat Turki mendekatkan diri dengan Barat dimulai sejak kepemimpinan 
Mustafa Kemal Ataturk. Saat itu Turki mulai membangun diri dari 
kehancuran Kekaisaran Ottoman dengan mengikuti pola Barat yang 
sekuler. Perjalanan yang dimulai pada 1959 itu terhenti pada 1997, 
ketika UE menghapuskan Turki dari daftar kandidat anggota. Namun, 
pada 1999 nama Turki muncul lagi dalam pertemuan UE di Helsinki. 


Perundangan

Turki akan memasuki proses panjang. Ada berbagai "persyaratan" yang 
harus dibenahi seperti sistem perundang-undangan, demokrasi dan 
memperbaiki kinerja militer. 

Salah satu sistem perundang-undangan yang menjadi hambatan adalah RUU 
Perselingkuhan. Paket RUU yang akan menggantikan hukum pidana Turki 
yang berumur 78 tahun itu disambut positif kalangan UE. Di dalamnya 
terdapat hukuman yang lebih berat bagi yang melakukan penyiksaan 
maupun pemerkosa. Juga terdapat klausul soal genosida dan kejahatan 
terhadap kemanusiaan, yang untuk pertama kali diatur dalam undang-
undang Turki. 

Namun, RUU itu menimbulkan kontroversi karena meletakkan masalah 
perselingkuhan di bawah pengadilan sipil. Turki diancam tidak bisa 
menjadi anggota UE jika tetap mengegolkannya. RUU itu pun dikaji 
ulang seluruh paket hukum pidana tersebut agar memenuhi "kriteria 
Copenhagen dan kriteria Maastricht". Kriteria itu merupakan syarat 
bagi setiap negara yang ingin menjadi anggota UE.

Pada akhir September 2004 dalam kunjungan ke pemimpin UE di Brussels, 
Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan akhirnya menegaskan, 
RUU Perselingkuhan dibatalkan dan Turki akan mengadopsi paket hukum 
pidana baru. Kendati masih banyak yang skeptis, akhirnya pada 
pertemuan puncak UE pada Desember 2004 yang diikuti seluruh 25 kepala 
negara, masalah Turki mulai masuk agenda. 


Siprus

Friksi lain yang muncul adalah tuntutan Parlemen Eropa agar Turki 
mengakui membantai etnis Armenia pada 1915 yang dilakukan Ottoman. 
Masalah pembantaian itu merupakan isu signifikan bagi Prancis, 
khususnya dari pihak oposisi. 

Ganjalan lain terkait dengan Siprus yang sudah lebih dulu menjadi 
anggota UE. Padahal, Turki belum mengakui negara Republik Siprus 
Yunani. Siprus terbelah berdasarkan etnis pada 1974, ketika pasukan 
Turki menguasai wilayah utara Siprus. Saat ini hanya Siprus-Yunani di 
sebelah selatan yang menikmati keanggotaan UE sejak pulau itu 
bergabung pada 1 Mei 2004. 

Sejumlah ganjalan tersebut menyebabkan Austria dan Denmark pada 
awalnya hanya menginginkan Turki cukup mendapatkan status "mitra 
khusus", tak perlu menjadi anggota penuh UE. Turki menolak status 
itu. 

Masuknya Turki ke UE dianggap akan menyulitkan penyatuan politik dan 
ekonomi UE sendiri. Turki, juga dianggap terlampau besar dan karena 
itu akan memiliki lebih banyak kekuasaan di dalam UE. Turki dipandang 
miskin sehingga masuknya Turki akan menelan banyak dana UE.


Ekonomi

Turki yang berpenduduk 71 juta jiwa ini notabene lebih miskin 
dibanding rekan-rekannya di Barat juga dikhawatirkan menjadi ancaman 
bagi UE. Masuknya Turki akan menyulut gelombang imigran Turki ke 
negara-negara UE. Paling tidak membanjirnya tenaga kerja murah ke 
negara-negara Eropa Barat yang lebih makmur akan mempengaruhi 
perekonomian Eropa secara umum. Hal itu pula yang memunculkan 
kewenangan UE membatasi arus migrasi Turki sampai waktu tak terbatas, 
namun hal itu masih diperdebatkan. 

Ancaman tersebut sangat wajar jika dikaitkan dengan penolakan kaum 
pekerja Prancis terhadap konstitusi UE pada pertengahan tahun ini. 
Salah satu penolakan itu karena bergabungnya Prancis dalam UE justru 
meningkatkan angka pengangguran. Perusahaan-perusahaan lebih memilih 
tenaga kerja murah dari Eropa Timur. 

Para pendukung Turki mengatakan, sekalipun kekhawatiran akan tenaga 
kerja muda dan murah, Eropa harus melihat itu sebagai berkah yang 
dapat membantu mengatasi krisis demografi, di mana populasi penduduk 
dewasa Eropa meningkat dan tingkat kelahiran turun. Beberapa pekerja 
mengatakan hal itu menyangkut hal penting yakni membangun kompetisi 
seperti Cina dan India yang memasuki abad kekuatan ekonomi. 

Tanpa Turki, Eropa akan "gagal membiayai kebutuhan dari penduduk 
dewasa", kata analis luar negeri Cunyet Ulsever ketika berkomentar di 
Turkish Daily News. 


Prasangka

Memang panjang jalan yang harus dilalui Turki. Bahkan apabila 
negosiasi selesai, Prancis dan Austria sudah mengatakan akan 
menggelar referendum untuk menentukan meratifikasi atau tidak traktat 
aksesi Turki. Apabila ada di antara 25 negara anggota yang tidak mau 
meratifikasi traktat tersebut, Turki tidak akan bisa bergabung dengan 
UE.

Salah satu hambatan besar yang harus diselesaikan adalah yang 
menyangkut "kultur dan identitas Eropa." Turki yang merupakan negara 
Islam terbesar di Eropa dianggap bisa menjadi ancaman terhadap kultur 
dan identitas yang selama ini melekat dengan Eropa. Turki secara 
kultural dianggap bukan "Eropa." 

Pandangan bahwa UE sebagai klub orang Kristen masih melekat di tengah 
beberapa partai Demokrat Kristen di sekeliling Eropa. Presiden 
Perancis Jacques Chirac mengatakan, Turki harus melakukan "revolusi 
budaya" untuk diterima menjadi anggota UE. Chirac mengkhawatirkan 
berkembangnya fundamentalis Islam melalui Turki. 

Menyadari hal itu, Tayyip Erdogan menegaskan, dimulainya pembahasan 
keanggotaan Turki merupakan kemenangan atas prasangka agama. Dengan 
demikian anggapan UE merupakan "Klub Kristen" pun 
ditepis. "Kesepakatan yang dicapai pada 3 Oktober lalu adalah 
kesuksesan Turki. Dengan mulai membicarakan Turki membuktikan UE 
bukanlah sebuah Klub Kristen," kata Mehmet Ali Talat, Presiden 
Republik Siprus Utara (Turki). 

Bahkan Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengatakan, dimulainya 
pembicaraan itu sebagai jalan mendorong dialog antara 
kewarganegaraan. 

"Langkah ini meningkatkan rasa percaya diri dan keteguhan hati di 
antara negara-negara dari dunia Islam, untuk mengikuti proses 
demokrasi dalam mengonsolidasi perdamaian di kawasan dan dunia," kata 
Ketua OKI Ekmeleddin Ihsanoglu.

Hal senada diungkapkan editorial The Financial Times, yang 
membeberkan kepada pembacanya, dimulainya pembicaraan agenda Turki 
akan mengucurkan manfaat melimpah. "Itu menunjukkan UE bukanlah hanya 
eksklusif 'Klub Kristen' tetapi dapat menerima negara yang mayoritas 
penduduknya Muslim," tulis harian ekonomi berpengaruh tersebut. 

Seperti dikatakan Menlu Gul, apa yang baru terjadi bukan hanya 
kemenangan Turki, tetapi juga kemenangan Eropa! *

---------------
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Sandy Dwiyono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 06.10.2005
> 
> Turki Lega Setelah Kesepakatan UE
> 
> Oleh: Peter Phillipp
> 
> (Gedung Komisi Uni Eropa berdiri megah di Brussel)



> 
> Setelah Uni Eropa resmi membuka prosedur perundingan
> keanggotaan Turki, reaksi pertama di negara itu
> terlihat di lantai bursa. Indeks saham Turki mencapai
> nilai tertinggi setelah jelas bahwa Uni Eropa tetap
> akan memulai perundingan keanggotaan.
> 
> Dengan antusias reporter televisi Turki dari lantai
> bursa melaporkan, indeks saham sudah melewati 34 ribu
> poin dan mungkin menyentuh angka 35.000:
> 
> "Rekor baru – 34.300 poin. Mungkin juga indeks akan
> menyentuh angka 35.000 begitu perundingan keanggotaan
> benar-benar dimulai."
> 
> Turki bernapas lega. Kata-kata itulah yang mungkin
> bisa menggambarkan suasana umum di negara ini, setelah
> Uni Eropa menyatakan tetap akan melanjutkan
> perundingan keanggotaan. Memang tidak ada sorak-sorai
> kegembiraan. Sebab selama beberapa minggu, terjadi
> tarik-menarik antara anggota Uni Eropa dengan argumen
> yang tidak selalu enak didengar warga Turki. Perdana
> Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan berusaha
> menenangkan situasi dan memusatkan perhatian pada
> substansi keputusan Uni Eropa.
> 
> Erdogan: "Sekarang kita sudah melalui satu tahapan
> penting mencapai salah satu tujuan ideal pendirian
> republik ini, dan tujuan menjadi anggota Uni Eropa."
> 
> Pembicaraan mengenai keanggotaan Turki di Uni Eropa
> sebenarnya sudah dimulai 40 tahun yang lalu. Namun
> beberapa minggu terakhir, muncul banyak suara-suara
> yang menolak. Turki sendiri sudah hampir kehilangan
> kepercayaan pada Uni Eropa, terutama ketika Austria
> sampai saat-saat terakhir menuntut agar ada formulasi
> alternatif bagi Turki selain keanggotaan penuh.
> Kalangan konservatif Eropa juga di Jerman, menawarkan
> apa yang mereka sebut "kemitraan khusus". Tetapi
> akhirnya Austria mengalah.
> 
> Sekalipun perundingan keanggotaan Turki di Uni Eropa
> akhirnya bisa dimulai sesuai jadwal yang direncanakan,
> tidak berarti segala sesuatu sekarang akan berjalan
> lancar. Banyak sandungan bagi Turki yang masih harus
> diselesaikan, misalnya masalah Siprus, atau kasus
> pembantaian warga Armenia di masa lalu.
> 
> Prosedur selanjutnya adalah apa yang dinamakan
> "screening", dimana sistem hukum Turki akan diselidiki
> oleh para ahli dan dibandingkan dengan standar Uni
> Eropa. Setelah itu baru ada tuntutan penyesuaian
> sistem hukum. Ahli Uni Eropa asal Turki Tülug
> Gümüstekin menyatakan, status Turki sekarang lebih
> baik, tetapi Turki juga harus melakukan banyak
> perubahan.
> 
> Gümüstekin: "Status kami sekarang lebih baik. Dulu
> hanya calon anggota, sekarang perundingan keanggotaan
> resmi dimulai. Tetapi status ini tentu juga menuntut
> banyak. Sebagai negara yang melakukan perundingan,
> lebih banyak hal yang bisa dituntut."
> 
> Organisasi Konferensi Islam OKI, menyambut dimulainya
> perundingan keanggotaan Turki di Uni Eropa.
> Sekretariat Jendral OKI di Jeddah dalam pernyataannya
> menyebutkan, jika diterima di Uni Eropa, Turki bisa
> memainkan peran penting dalam dialog antar budaya.
> Semoga
> 
> 
> 
>               
> __________________________________ 
> Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005 
> http://mail.yahoo.com
>






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now.
http://us.click.yahoo.com/T8WM1C/KbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke