Selesai diterjemahkan pada 6 Okt. 2005 / 3 Ramadhan 1426, dari risalah karya 
Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al Abbad berjudul “Kaifa Yuaddi Al Muwazhzhaf Al 
Amanah”. Saya persembahkan untuk saudara2 sekalian, terkhusus bagi Mbak Rudy 
dan mbak Wati, terima kasih untuk segalanya............ Selamat membaca

 

 

 

NASEHAT SYAIKH ABDUL MUHSIN 

UNTUK PARA PEKERJA

 



 

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, shalawat dan salam yang sempurna bagi pemimpin 
para rasul, imam orang2 bertakwa, nabi kita Muhammad shalallahu alaihi 
wasallam, juga para shahabatnya dan orang2 yang mengikuti mereka dengan 
kebaikan hingga hari kiamat.

Amma ba’d, risalah ini merupakan nasehat bagi para pekerja dan pegawai dalam 
menunaikan pekerjaan yang ditetapkan pada mereka. Diharapkan risalah ini dapat 
memberi manfaat dan menolong para pekerja dalam mengikhlaskan niat, semangat 
dalam bekerja, dan mengerjakan kewajibannya. Dan aku memohon taufik kepada 
Allah.

 
Ayat2 Seputar Kewajiban Menunaikan Amanat
Diantara ayat2 yang memerintahkan untuk menunaikan amanat dan larangan 
berkhianat adalah firman Allah:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak 
menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu 
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang 
sebaik-baiknya kepadamu, Sesunguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. 
(An Nisaa:58)”

Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya: Allah Ta’ala menjelaskan bahwa Dia 
memerintahkan untuk menunaikan menyampaikan amanat kepada yang berhak 
menerimanya. Dari hadits Al Hasan dari Samurah bahwasannya Rasulullah 
shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Sampaikan amanat kepada yang 
memberikannya kepadamu dan jangan khianati yang mengkhianatimu” riwayat Imam 
Ahmad dan ahli sunan.

Dalil ini mencakup seluruh amanat yang wajib ditunaikan setiap orang, yaitu 
hak2 Allah ‘Azza wa Jalla pada hambanya berupa shalat, zakat, puasa, kafarat, 
nadzar, dan lainnya yang diamanatkan padanya tidak datang amanat ini kepada 
seorang hamba.

Termasuk juga hak2 sesama manusia seperti titipan dan lainnya yang diamanatkan 
padanya tanpa melihat niatannya tersebut. Maka Allah ‘Azza wa Jalla 
memerintahkan untuk menunaikannya. Siapa yang tidak menunaikannya di dunia, dia 
akan diazab di hari kiamat.

Allah berfirman: “Wahai orang2 beriman, jangan kalian mengkhianati Allah dan 
RasulNya serta mengkhianati amanah kalian, padahal kalian mengetahuinya”. 
Berkata Ibnu Katsir: “Khianat disini mencakup semua dosa, baik dosa kecil 
maupun dosa besar, lazim ataupun muta’addi. Berkata Ali bin Abi Thalhah: 
“jangan mengkhianati amanah kalian”, amanah yang dimaksud adalah amalan2 yang 
diamanatkan Allah pada hambaNya berupa kewajiban fardhu. 

Dia berkata: “jangan mengkhianati” artinya jangan membatalkan amanat.

Dalam riwayat lain dia berkata: “jangan mengkhianati Allah dan RasulNya” yakni 
dengan meninggalkan sunnahnya dan mengerjakan maksiat.”

Allah berfirman: “Kami tawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung2, maka 
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan 
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu pada manusia. Sesungguhnya manusia 
itu amat zhalim dan amat bodoh”. (Al Ahzab 72)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah setelah mengungkapkan pendapat para ahli 
tafsir tentang tafsir amanat, yaitu makna diantaranya adalah ketaatan, 
kewajiban2, agama, dan hudud. Maka dia berkata: Semua pendapat ini tidak saling 
bertolak belakang, bahkan saling mendukung. Yaitu maknanya kembali pada beban 
taklif, ketundukkan, perintah dan larangan beserta syarat2nya. Maka siapa yang 
melaksanakannya mendapat pahala, adapun yang meninggalkan akan disiksa. Maka 
amanah tersebut dipikul oleh manusia padahal mereka lemah, bodoh, dan zhalim – 
kecuali orang2 yang menjalankan perintah Allah.

Allah berfirman: “Dan orang2 yang memelihara amanat2 (yang dipikulnya) dan 
janjinya.” (al Ma’arij:32).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, “Jika diberi amanat dia tidak mengkhianati, 
jika dia berjanji maka tidak mengingkari. Ini adalah sifatnya kaum mukminin. 
Berbeda dengan kaum munafik sebagaimana diriwayatkan dalam hadits yang shahih:

Ciri orang munafik ada tiga: “Jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia 
mengingkari, dan jika dipercaya (amanat) dia berkhianat”. Dalam riwayat lain: 
“Jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia meninggalkan, jika berselisih 
dia berbuat jahat,”.

 

Cukup banyak hadits2 rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam yang berbicara seputar 
menunaikan amanat dan ancaman meninggalkannya, diantaranya:

1.      Dari Abu Hurairah ÑÖí Çááå Úäå dia berkata: “Tatkala kami dalam suatu 
majelis mendengarkan Nabi berbicara bersama satu kaum, datang seorang arab 
badui. Dia berkata: “Kapan terjadinya kiamat”. Maka Rasulullah teus berbicara 
dengan kaum itu sampai sebagian mereka berkata: Nabi mendengar pertanyaannya, 
tapi membenci pertanyaan tersebut. Berkata yang lain: Bahkan Nabi belum dengar 
pertanyaannya. Sampai ketika beliau selesai bicara dengan mereka, dia berkata, 
“Siapa yang bertanya tentang hari kiamat?”. Dijawab, “saya ya Rasulullah”. Nabi 
berkata, “Jika amanat ditinggalkan, maka tunggulah waktunya kiamat”. Dia 
bertanya, “Bagaimana amanat ditinggalkan?” Nabi berkata, “Jika suatu perkara 
diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah waktunya kiamat”. (HR. 
Bukhari:59)

2.      Dari Abu Hurairah ÑÖí Çááå Úäå dia berkata, Rasulullah bersabda, 
“Sampaikan amanat kepada yang memberikannya kepadamu dan jangan khianati yang 
mengkhianatimu” (HR. Abu Daud: 3535, Tirmidzi: 1264, dia berkata, “Hadits Hasan 
Gharib”, lih. Silsilah Shahihah Al Albany:424)

3.      Dari Anas ÑÖí Çááå Úäå dia berkata, Rasulullah bersabda, “Pertama kali 
yang hilang dari agama kalian adalah amanat dan yang terakhir adalah Shalat”. 
(HR. Al Kharaithi dalam Makarimul Akhlaq:28, lih. Silsilah Shahihah Al 
Albany:1739)

4.      Dari Abu Hurairah ÑÖí Çááå Úäå dari Nabi berkata, “Ciri orang munafik 
ada tiga: “Jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika 
dipercaya (amanat) dia berkhianat”. (HR. Bukhari: 33, Muslim: 107).

 

Pegawai yang mengerjakan Tugasnya dengan Sungguh2 dan Ikhlas Mendapat Ganjaran 
di Dunia dan Akherat

Jika seorang pegawai menunaikan tugasnya sungguh2 dalam rangka mengharap pahala 
Allah, terlepaslah ikatan kewajibannya dan berhak atas pahala dari pekerjaannya 
di dunia dan akherat. Hal ini berdasarkan dalil2 yang menunjukkan pahala dan 
ganjaran yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dikerjakan dengan 
perhitungan dan mengharap wajah Allah. Allah berfirman:

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan2 mereka, kecuali bisikan2 dari 
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau 
mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian karena 
mencari keredaan Allah, maka kelak Kami memberikan kepadanya pahala yang 
besar”. (An Nisaa’:114)

Diriwayatkan dalam Al Bukhari (55) dan Muslim (1002) dari Abi Mas’ud bahwa 
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang menginfakkan hasil kerjanya kepada 
keluarganya maka hal itu merupakan sedekah”.

Beliau juga berkata kepada Saad bin Abi Waqash, “Tidaklah kamu infakkan nafkah 
dalm rangka mengharap wajah Allah kecuali akan diberi pahala sekalipun hanya 
suapan yang kamu suapkan ke istrimu” (HR Bukhari (5354), Muslim (1628)).

Dalil-dalil ini menunjukkan bahwa seorang muslim mendapat pahala jika 
melaksanakan kewajibannya semata-mata mengharap wajah Allah.

 

Menjaga Waktu Khusus untuk Bekerja Demi Lancarnya Pekerjaan

Wajib bagi setiap pekerja dan pegawai menyibukkan diri pada waktu kerja khusus 
pada pekerjaannya, maka tidak boleh melaksanakan urusan lain yang tidak 
berkaitan dengan kewajibannya. Tidak boleh pula menghabiskan waktu dalam urusan 
pribadinya atau urusan kawannya jika tidak ada hubungan dengan pekerjaannya. 
Hal ini karena waktu kerja itu bukan milik pegawai atau pekerja, tetapi untuk 
menyelesaikan tugas yang memang digaji untuk itu.

Syaikh Al Ma’mar bin Ali Al Baghdadi (wafat tahun 507 H) pernah memberi nasehat 
tentang aturan Kementerian Kerajaan:

“Wahai pemimpin Islam! Seorang kepala pemerintahan itu dipilih untuk suatu 
tujuan dan sebagai utusan. Maka jika mereka mau akan dipilih, jika tidak maka 
dipecat. Maka siapa yang dipilih sebagai kepala pemerintahan dia tidak boleh 
memilih tujuan dan untuk apa dia diutus. Karena dia adalah pemimpin yang 
sesungguhnya digaji, maka waktunya telah dibeli dan diapun menikmati gajinya. 
Maka tidak ada waktu siangnya yang bebas digunakan sekehendaknya sekalipun 
untuk shalat sunnah ataupun beri’tikaf. Karena hal itu sunnah, sedangkan 
menunaikan tugasnya adalah wajib.”

Kemudian dia berkata, “Maka diami kuburmu sebagaimana dulu kamu diami 
istanamu”. (Dzil thabaqatul hanabilah oleh Ibnu Rajab, I/107)

Sebagaimana orang yang ingin mengambil upahnya penuh, dia tidak mau upahnya 
dipotong. Jika demikian, maka tidak boleh pula dia menggunakan waktu kerjanya 
selain menyelesaikan tugas. Allah telah mencela al Muthaffifin (orang2 yang 
curang) dalam urusan takaran dan timbangan.  Mereka minta hak mereka dipenuhi 
tapi dengan mengurangi hak2 pihak lain. Maka Allah berfirman:

“Kecelakaan besarlah bagi orang2 yang curang. (Yaitu) Orang2 yang apabila 
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka 
menakar atau menimbang dari orang lain mereka mengurangi. Tidakkah orang2 itu 
yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, 
(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?” (QS.Al 
Muthaffifin: 1-6).

 
Memilih Pekerja dan Pegawai
Hal terpenting dalam memilih pekerja dan pegawai adalah hendaknya memilih yang 
kuat dan dapat dipercaya (amanah). Dengan kekuatan memungkinkan pekerja 
menyelesaikan tugasnya dan dengan melihat ke-amanatan menjadikan pekerja 
menyelesaikan tugas untuk lepas dari kewajiban. Sebab dengan sifat amanah maka 
segala sesuatu diletakkan pada proporsinya, sedangkan dengan kekuatan 
memungkinkan selesainya kewajiban. 

Allah menceritakan tentang kisah salah satu gadis dari kedua anak perempuan 
bapak dari negeri Madyan tatkala berkata pada ayahnya setelah Musa 
‘alaihissalam memberi minum ternak mereka ”Ya bapakku, ambillah ia sebagai 
orang yang bekerja pada kita, sesungguhnya yang paling baik untuk bekerja (pada 
kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Al Qashash:26).

Allah juga menceritakan tentang kisah Ifrit dari golongan Jin yang menyatakan 
kesanggupan membawa singgasana Bilqis pada Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, “Aku 
akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu 
berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar2 kuat untuk membawanya lagi 
dapat dipercaya”. (An Naml:39).

Maknanya, sesungguhnya Ifrit menggabungkan antara kemampuan untuk mengangkut 
dan mendatangkan singgasana dan isinya dengan utuh.

Allah juga menceritakan tentang kisah Yusuf ‘alaihissalam ketika berkata pada 
raja, “Jadikanlah aku bendaharawan negara, sesungguhnya aku adalah orang yang 
pandai menjaga lagi berpengetahuan” (Yusuf:55).

Lawan dari kuat dan amanah adalah lemah dan khianat, yaitu penyebab paling 
utama ketidakberesan kerja dan jadi alasan yang paling utama untuk memecat. 

Umar bin Kaththab ÑÖí Çááå Úäå memilih Sa’ad bin Abi Waqqash ÑÖí Çááå Úäå 
sebagai amir di Kufah. Tatkala sebagian orang yang dengki pada Sa’ad mengadukan 
hal2 dusta pada Umar, maka Umar berpandangan bahwa memecat Sa’ad lebih 
mashlahat demi menghindari fitnah dan supaya orang2 tidak menganiaya Sa’ad. 
Tetapi ketika beliau sakit yang menyebabkan kematiannya, Umar memilih 6 sahabat 
Rasulullah sebagai calon pengganti khalifah setelahnya, sedangkan Sa’ad 
termasuk salah satu kandidat. Beliau khawatir Sa’ad menyangka bahwa alasannya 
memecat Sa’ad dahulu karena ketidakberesan mengatur wilayah. Maka hilanglah 
persangkaan itu dengan perkataan Umar, “Jika Sa’ad terpilih menjadi pemimpin 
maka dia memang layak, tetapi jika tidak maka- wahai sekalian- mintalah 
bantuannya dalam dalam berbagai perkara, aku dahulu  memecatnya bukan karena 
dia lemah dan khianat” (HR Bukhari: 3700).

Dalam shahih Muslim (1825) dari Abu Dzar berkata, “Aku berkata, “Wahai 
Rasulullah, kenapa engkau tidak pekerjakan aku? Maka beliau menepuk pundakku 
dan berkata, “Wahai Abu Dzar, kamu itu lemah, padahal pekerjaan itu sebuah 
amanah dan pada hari kiamat nanti cuma akan menjadi penyesalan kecuali bagi 
yang menunaikan hak dan tanggung jawabnya.”

Dalam riwayat lain (1826) dari Abu Dzar bahwa Rasulullah shalallahu alaihi 
wasallam berkata, “Ya Abu Dzar, menurutku kamu itu lemah, sedangkan aku suka 
bagimu seperti apa yang aku inginkan bagi diriku. Maka jangan kamu memerintah 
diantara dua dan jangan pula menjadi pengurus harta anak yatim”.

 

Pegawai Senior Teladan dalam Kesungguhan dan Kemalasan

Jika pegawai senior mengerjakan tugasnya dengan sempurna maka ia akan diikuti 
yuniornya, bahkan para petinggi akan membicarakan prestasinya. Rasulullah 
shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan nanti 
akan ditanya tentang kepemimpinannya. Maka seorang penguasa dia menjadi 
pemimpin bagi rakyatnya dan dia akan ditanya. Adapun laki2 menjadi kepala rumah 
dan dia akan ditanya, sedangkan istrinya bertanggung jawab mengurus rumah dan 
anak2nya dan dia akan ditanya. Seorang hamba pemimpin atas harta majikannya dan 
dia akan ditanya. Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin dan dia akan 
ditanya akan kepemimpinannya.” (HR. Bukhari (2554), Muslim (1829) dari Abdullah 
bin Umar)

Jika para senior senantiasa konsisten sepanjang kerjanya maka akan menjadi 
teladan bagi yang lain. Dikatakan oleh penyair, “Jika engkau bolos engkau bukan 
lagi pemimpin suatu urusan, lenyap segala kepemimpinannya diganti oleh yang 
lain”

Maknanya jika kamu memerintah bawahanmu mengerjakan tugas, sedangkan kamu telah 
lebih dulu mengerjakannya, maka mereka akan menurut segala perintahmu.

 

Perlakukan Orang Agar Diperlakukan yang Sama

Nasihat memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam sebagaimana Rasulullah 
shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Agama itu nasihat, dikatakan, “Untuk 
siapa ya Rasulullah?” dijawab, “Untuk Allah, KitabNya, RasulNya, Pemimpin kaum 
muslim dan rakyatnya” (HR. Muslim (55) dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dari.

Berkata Jarir bin Abdullah Al Bajali, “Kami berbai’at pada Rasulullah untuk 
menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan menasehati setiap muslim” (HR. Bukhari 
(57), Muslim (56)).

Setiap pekerja jika sedang butuh bantuan orang lain maka dia ingin dilayani 
dengan baik. Demikian juga sebaliknya, dia juga harus melayani orang lain 
dengan baik. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang ingin 
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka datangilah takdirnya, yaitu 
beriman pada Allah dan Hari Akhir. Dan datangilah manusia sebagaimana kamu 
ingin didatangi olehnya”. (HR. Muslim (1844) dalam hadits yang panjang dari 
Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma). Maknanya perlakukanlah orang sebagaimana 
kamu ingin jika dilayani orang itu.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak beriman seseorang sampai 
dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya”. (HR. 
Bukhari (13), Muslim (45) dari Anas)

Allah mencela orang yang melayani orang lain dengan buruk tetapi inginnya 
dilayani sebaik2nya, sebagaimana firmanNya: “Kecelakaan besarlah bagi orang2 
yang curang. (Yaitu) Orang2 yang apabila menerima takaran dari orang lain 
mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang dari orang 
lain mereka mengurangi.” (QS. Al Muthaffifin:1-3)

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Allah Azza wa Jalla 
mengharamkan kalian mendurhakai ibu, mengubur bayi hidup2 dan sangat membenci 
tiga hal: mendengarkan kabar burung, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta” 
(HR. Bukhari (2408), Muslim (593) dari Mughirah bin Syu’bah)

Dalam hadits ini terkandung larangan mengumpul2 harta dan pelit, yaitu 
mengambil bagiannya tetapi tidak mau membaginya untuk sesama. Allah menyebutkan 
tentang penanggung anak2 yatim tentang kekhawatiran mereka untuk meninggalkan 
keturunan mereka yang masih kecil. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang2 
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak2 yang lemah, yang mereka 
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka 
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” 
(QS. An Nisaa:9).

Maknanya, sebagaimana mereka ingin mengurus keturunan mereka yang lemah dengan 
baik, maka begitu pula hendaknya dalam mengurus anak yatim yang mereka tanggung.

 

Dahulukan Antrian Paling Awal

Termasuk keadilan adalah tidak mengakhirkan permintaan pekerja yang datang awal 
atau sebaliknya, mendahulukan permintaan pekerja yang datang akhir. Hendaknya 
layani kebutuhan pekerja dari sisi antrian pertama sehingga ada kelapangan bagi 
para pekerja dan mereka yang sedang mengajukan permintaan. Hal ini dijelaskan 
dalam sunnah Rasul melalui sahabat Abu Hurairah, 

”Tatkala kami dalam suatu majelis bersama Rasulullah yang sedang berdialog 
dengan suatu kaum, datang seorang arab badwi sembari berkata, “Kapankah Hari 
Kiamat?”. 

Rasulullah terus melanjutkan dialognya sampai sebagian orang2 berkata, “Nabi 
dengar tetapi membenci pertanyaan tersebut”. 

Sebagian lain menyahut, “Bahkan sebetulnya Nabi tidak dengar”. 

Sampai ketika dialog beliau selesai, beliau berkata,”Mana yang tadi bertanya 
tentang kiamat?”.

Dijawab, “Saya, wahai Rasulullah”.

Maka Nabi berkata, “Jika sifat amanah telah disia-siakan maka tunggulah saatnya 
kiamat”

Penanya berkata, “Bagaimana bisa disia-siakan?”

Maka Nabi berkata, “Jika suatu urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya maka 
tunggulah saatnya kiamat” (HR. Bukhari (59))

Dari hadits ini disimpulkan bahwa Rasulullah tidak suka untuk segera menjawab 
penanya tentang Hari Kiamat kecuali setelah selesai urusannya berdialog dengan 
kaum lebih dahulu datang. Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar dalam penjelasan hadits 
ini, “Dari hadits ini diambil pelajaran tentang mendahulukan yang awal. Begitu 
juga dalam memberi fatwa, menetapkan hukum dan lain-lain”.

Dijelaskan pada riwayat hidup Imam Abu Ja’far Ibnu Jarir Ath thabari dalam 
Lisanul Mizan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar, “Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari 
jalan Abu Ma’bad Utsman bin Ahmad Ad Dainuri, dia berkata, “Aku menghadiri 
majelis Muhammad bin Jarir. Kemudian datang seorang Menteri bernama Al Fadhl 
bin Ja’far bin Al Furat, padahal dia sudah kedahuluan seseorang. Maka Ath 
Thabari berkata pada orang itu, “Kamu sudah membaca?”. Kemudian beliau 
berisyarat pada Menteri lalu berkata, “Jika sekarang giliranmu maka tidak usah 
pedulikan tentang Dijlah  maupun Furat”. 

Aku katakan, “Ini merupakan keutamaan dan kefasihan beliau yang tidak berpaling 
kepada anak-anak dunia”.

(Dijlah atau Tigris adl. nama sungai di Baghdad, begitu juga Furat. Ini adalah 
sindiran terhadap Menteri Al Furat-pent)

 

Keutamaan Sifat iffah (menjaga kehormatan diri) dan Anti Suap Maupun Hadiah 
bagi Pekerja

Setiap pekerja wajib menjaga kehormatan (iffah) dan kemuliaan diri, kaya hati, 
serta jauh dari sifat memakan harta manusia dengan cara batil. Hal ini 
contohnya seperti sogokan (risywah) sekalipun namanya diganti, jika diambil 
dengan cara yang tidak benar lagi batil maka menjadi sebab tidak terkabulnya 
do’a. Diriwayatkan dalam shahih Muslim (1015) dari Abu Hurairah bahwa 
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia!! Sesungguhnya 
Allah itu baik dan tidak menyukai selain kebaikan. Allahpun memerintahkan semua 
muslim sebagaimana memerintahkan para Rasul dalam firmannya, “Wahai Para Rasul 
sekalian, makanlah dari yang baik-baik dan beramal saleh. Sesungguhnya Aku Maha 
Mengetahui semua yang kalian kerjakan”

Allah juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik 
dari rizki yang Kami berikan”. Kemudian beliau menceritakan tentang seseorang 
yang dari perjalanan jauh dengan rambut acak-acakan menengadahkan tangannya ke 
langit sembari berkata, “Ya Tuhanku! Ya Tuhanku!. Padahal makanannya dari yang 
haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan dia tumbuh 
dari yang haram. Maka bagaimana mungkin dikabulkan?”

Dalil paling jelas yang melarang kita untuk memakan harta manusia dengan cara 
batil sebagaimana diriwayatkan Al Bukhari dalam shahihnya (7152) dari Jundub 
bin Abdullah berkata, “Sesungguhnya bau yang pertama muncul dari seorang 
manusia berasal dari perutnya. Siapa yang mampu untuk tidak memakan kecuali 
dari yang baik-baik maka lakukanlah. Siapa yang mampu untuk tidak memalingkan 
antara dirinya dengan  surga melalui dua telapak tangan penuh berisi darah yang 
dia tumpahkan maka lakukanlah”.

Diriwayatkan juga dari Bukhari (2083) dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda, 
“Akan datang suatu zaman tatkala manusia tidak peduli dengan asal harta yang 
dia dapatkan apakah dari yang halal atau haram”.

Bagi orang-orang ini, yang disebut halal itu jika bisa diraih, adapun Haram 
adalah apa yang tidak bisa sampai ke tangan mereka. Adapun menurut Islam, Halal 
itu adalah apa yang dihalalkan Allah dan RasulNya, sedangkan Haram adalah apa 
yang diharamkan Allah dan RasulNya.

Diriwayatkan dalam sunnah-sunnah Rasul tentang larangan bagi para pekerja dan 
pegawai untuk menerima apapun sekalipun dinamai “hadiah”. Diriwayatkan dari Abu 
Humaid As Sa’idi bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah 
memperkerjakan seseorang dari Bani Asad bernama Ibnu Latbiah untuk mengambil; 
sedekah. Maka tatkala kembali dari tugasnya dia berkata, “Ini bagian untuk 
kalian sedangkan ini bagian yang kuhadiahkan untukku”.

Kemudian Rasulullah naik mimbar dan memuji Allah kemudian berkata, “Apa hak 
pegawai yang aku utus untuk berkata “Ini bagian untuk kalian sedangkan ini 
bagian yang kuhadiahkan untukku”. Kenapa dia tidak duduk saja dirumah bapaknya 
atau ibunya sampai itu dihadiahkan ke dia atau tidak? Demi Yang jiwa Muhammad 
di tanganNya! Tidaklah salah seorang kalian mengambil sesuatu darinya kecuali 
akan datang hari kiamat nanti sambil menggotong unta di lehernya sambil 
melenguh atau sapi sambil melenguh atau kambing sambil mengembik. Kemudian dia 
mengangkat tangannya sampai terlihat ketiaknya lalu berkata, “Ya Allah, 
Bukankah telah aku sampaikan? Dua kali”  (HR. Bukhari (7174), Muslim (1832) dan 
ini lafazh Muslim)

Dan dalam shahih Bukhari (3073) dan Muslim (1831) dari lafazh Muslim dari Abu 
Hurairah berkata, “Pada suatu hari Rasulullah berdiri diantara kami, kemudian 
beliau menyebutkan tentang bahaya dan keburukan ghulul (tipu daya), dia 
berkata, “Akan datang salah satu dari kalian pada hari kiamat dengan membawa 
onta yang melenguh di pundaknya.” Seseorang berkata, “Ya Rasulullah, 
mintakanlah pertolongan untukku”. Rasulullah berkata, “Aku tidak bisa 
menolongmu, bukankah telah aku sampaikan. Akan datang salah satu dari kalian 
pada hari kiamat dengan membawa kuda yang meringkik di pundaknya.” Seseorang 
berkata, “Ya Rasulullah, mintakanlah pertolongan untukku”. Rasulullah berkata, 
“Aku tidak bisa menolongmu, bukankah telah aku sampaikan. Akan datang salah 
satu dari kalian pada hari kiamat dengan membawa kambing yang mengembik di 
pundaknya.” Seseorang berkata, “Ya Rasulullah, mintakanlah pertolongan 
untukku”. Rasulullah berkata, “Aku tidak bisa menolongmu, bukankah telah aku 
sampaikan. Akan datang
 salah satu dari kalian pada hari kiamat dengan membawa jiwa yang berteriak di 
pundaknya.” Seseorang berkata, “Ya Rasulullah, mintakanlah pertolongan 
untukku”. Rasulullah berkata, “Aku tidak bisa menolongmu, bukankah telah aku 
sampaikan. Akan datang salah satu dari kalian pada hari kiamat dengan membawa 
Riqa’ di pundaknya.” Seseorang berkata, “Ya Rasulullah, mintakanlah pertolongan 
untukku”. Rasulullah berkata, “Aku tidak bisa menolongmu, bukankah telah aku 
sampaikan. Akan datang salah satu dari kalian pada hari kiamat dengan membawa 
ash-shamit di pundaknya.” Seseorang berkata, “Ya Rasulullah, mintakanlah 
pertolongan untukku”. Rasulullah berkata, “Aku tidak bisa menolongmu, bukankah 
telah aku sampaikan.”

 Riqa dalam hadits ini artinya pakaian, sedangkan Ash Shamit adalah emas dan 
perak.

Dan aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar memberi taufik bagi para 
pekerja dan pegawai kaum muslimin untuk menunaikan tugasnya dengan cara yang 
diridhai Allah Tabaraka wa Ta’ala dan meraih pahala dan hasil yang baik di 
dunia dan akhirat.

Shalawat, salam, dan berkah untuk hambaNya dan RasulNya Nabi Muhammad, serta 
keluarga dan pengikutnya.

 

 

 


                
---------------------------------
 Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free.

[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke