** Mailing List Nasional Indonesia http://www.ppi-india.org ** ** Situs milis nasional: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia ** ** Info Beasiswa Indonesia http://informasi-beasiswa.blogspot.com **
saya cuma ganti thread........ At 05:58 PM 10/18/05 +0200, you wrote: >http://www.tempointeraktif.com/hg/mbmtempo/free/utama.html > >Tempo Edisi. 34/XXXIV/17 - 23 Oktober 2005 > >Laporan Utama > >Kesaksian Seorang Teroris Freelance > >Generasi baru teroris menyulitkan polisi mengungkap bom Bali II: mereka >independen dan tak selalu taat struktur organisasi. Dari kesaksian >tersangka teroris Abdullah Sonata, terungkap rencana pembunuhan terhadap >bekas Koordinator Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla. > >DARI Bali serta beberapa tempat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa >Tenggara, informasi itu berkelebatan seperti bayang-bayang. Kadang >tegas, kadang samarlalu menghilang. Soal pengejaran pelaku bom Bali II >yang meledak di Jimbaran, Bali, 1 Oktober silam memang bikin pusing >aparat. Hingga Sabtu lalu, identitas tiga pelaku bom bunuh diri belum >juga terungkap. Juru warta hanya mendapat informasi sepotong-sepotong. >Sebentar diungkap beberapa sumber, lalu secara resmi dibantah petugas >hubungan masyarakat Polri. > > >Polisi habis-habisan mengejar pelaku bom kedua di Bali ituyang pertama >terjadi di Legian, Kuta, Oktober 2002, dan menewaskan 202 jiwa. Tak >mungkin pelakunya cuma bertiga, pasti ada yang merencanakan, ada yang >membiayai, ujar Kepala Polda Bali, Inspektur Jenderal I Made Mangku >Pastika, di Denpasar berulang-ulang. Bom Bali II sendiri menewaskan 23 >orang, tiga di antaranya diduga keras adalah pelaku. > > >Di Pulau Jawa, hampir setiap hari ada cerita polisi merangsek sampai ke >kampung-kampung. Polisi juga menyisir ulang jaringan para pelaku teror >sebelumnya, semisal Amrozi dan Ali Imron. Mereka pelaku bom dahsyat di >Legian, Bali, tiga tahun lalu. Tapi, kata Made Pastika, dari mulut >mereka polisi belum banyak mendapat keterangan. Di Surakarta beredar >kabar bahwa salah satu pelaku adalah Gareng, yang kata Kepala Polwil >Surakarta Komisaris Besar Abdul Madjid, Menghilang sejak pertengahan >2004. Belakangan, malah diketahui Gareng masih hidup meski tak lagi >tinggal di Solo (lihat Misteri Tiga Kepala). > > >Polisi bermain di dua lini: memastikan identitas tiga kepala, juga >mengejar dua buron kakap, Azahari dan Noordin M. Top. Mereka dituding >berada di belakang bom Kuta dan Jimbaran. Puluhan polisi dari Detasemen >Khusus AntiTeror Markas Besar Polri, plus kekuatan polisi setempat, >dikerahkan mengejar dua buron itu. Ribuan selebaran bergambar kedua >buron ditumpahkan aparat dari helikopter. Sepekan pengejaran, polisi >mengendus keberadaan Noordin M. Top di Jawa Tengah. Sayangnya, dia luput >dari tangkapan aparat di satu desa di Wonogiri, dua pekan lalu (lihat >Mengenal Jejak Noordin-Azahari). > > >Jumat lalu Tim Reserse Polda Nusa Tenggara Timur dan Tim Detasemen 88 >menggelandang dua warga yang diduga Azahari dan Noordin M. Top di Pulau >Rote, Nusa Tenggara Timur. > > >Dua orang itu diketahui bernama Jejen Ahmad Zaelani dan Fahrudin. >Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kepolisian NTT, Kompol Marten >Raja, kedua warga ini akan diambil sampel darahnya guna pemeriksaan DNA. >Kata Marten, sekilas wajah Jejen mirip Azahari, dengan ciri-ciri berkaca >mata, rambut lurus pendek dan berkulit sawo matang. > > >* * * > > >SATU hal yang menyulitkan polisi mengungkap bom 2005 ini, pelaku >ditengarai generasi baru jaringan teror bom, yang dituduh masih terkait >dengan jaringan Jamaah Islamiyah. Yang menarik, Kepala Polwil Surakarta >Komisaris Besar Abdul Madjid mengatakan pelaku bom Bali jilid dua adalah >generasi ketiga. Ini adalah generasi turunan di bawah Zulkarnaen, yang >dikenal sebagai Panglima Laskar Asykari selain Dr Azahari sendiri. > > >Dari bom Jimbaran-Kuta, sebetulnya bisa ditarik satu pelajaran bahwa >jaringan pelaku teror bom punya banyak sumber radikalisme yang sulit >padam. Kantong radikalisme itu bisa tumbuh dan terpisah dari organisasi >radikal, tapi masih berada di satu garis ideologi jihad versi Jamaah >Islamiyah. > > >Satu riset yang dibuat Sidney Jones, Direktur Asia Tenggara >International Crisis Group, menyebut ada kelompok yang disebut Thoifah >Muqatilahunit tempur yang masih belum jelas kedudukannya dalam Jamaah >Islamiyah. Sidney termasuk peneliti garda depan soal gerakan radikal >Islam di Asia Tenggara. > > >Menurut Sidney Jones, sayap garis keras lama kembali muncul tiga atau >empat bulan belakangan. Mereka berusaha membentuk kembali Laskar Khos >yang hancur karena banyak aktivisnya yang dicokok polisi. Tujuan mereka, >kata Sidney, semacam proyek istimata, brigade pengebom bunuh diri. Meski >begitu, informasi tentang kelompok ini masih sangat minim (lihat >wawancara Sidney Jones, Sayap Garis Keras itu Bernama Thoifah Muqatilah). > > >Ada indikasi, tutur Sidney, dalam beberapa bulan belakangan mereka sudah >merencanakan operasi. Tapi saya tidak tahu di mana dan siapa saja >mereka, ujarnya. Mengutip keterangan seorang bekas pimpinan Jamaah >Islamiyah dari Mantiqi III, Nassir Abbas, Sidney mengatakan istilah >Thoifah Muqatilah sudah lama dipakai Jamaah Islamiyah, persisnya sejak >bom Bali pertama. > > >Penelusuran Tempo ke jaringan bekas anggota Darul Islam (DI) di Jawa >Tengah menemukan Thoifah Muqatilah menabalkan dirinya penerus perjuangan >Imam Samudra. Kelompok ini tampaknya terinspirasi pada semangat jihad >Dr Azahari, kata sumber yang tak ingin disebutkan identitasnya. >Semangat itu adalah berjihad melawan nonmuslim di luar daerah >konfliksesuatu yang sebenarnya tak disetujui Jamaah Islamiyah. > > >Seorang bekas anggota JI di Jawa Tengah juga mengaku pernah mendengar >nama Thoifah Muqatilah. Namun dia tidak mengetahui bagaimana >strukturnya. Dia juga tidak yakin bahwa unit tempur itu berada di dalam >struktur Jamaah Islamiyah. Meski mengaku tidak tahu persis soal Thoifah, >di belakang unit itu berhimpun anak-anak muda dan generasi baru. >Bedanya, kelompok ini punya semangat militan dan tak terikat dengan >ketentuan organisasi seperti Laskar Khos. > > >Masih di Jawa Tengah, sumber Tempo yang lain menyebutkan Thoifah muncul >setelah Laskar Khos atau Laskar Asykari bubar, akibat Mustofa, >panglimanya, ditangkap polisi dua tahun lalu. Meski begitu, panglima >brigade bom bunuh diri, Zulkarnaen alias Arif Sunarso, mengaktifkan >kembali Laskar Khos. Karena jaringan ini sudah terbongkar aparat, >beberapa anak muda itu membangun kelompok sendiri. Jaringan personelnya >pun belum dikenal, kata sumber itu lagi. > > >* * * > > >SELAIN Thoifah Muqatilah, ada pula kelompok lain yang tak pernah >menyebut dirinya dengan nama tertentu. Mereka kebanyakan bergabung dalam >kelompok cair yang percaya jihad harus dilakukan warga muslim di daerah >konflik untuk mempertahankan Islam. Mereka orang muda yang punya >pengalaman tempur di Filipina dan kerap mempraktekkan taktik gerilya >militer di daerah konflik beraura pertentangan agama seperti Ambon dan Poso. > > >Tersebutlah Abdullah Sonata, 27 tahun, yang ditangkap polisi sekitar 6 >Juli lalu di Jakarta. Dia ditangkap karena mengirimkan sejumlah pemuda >Indonesia ke Filipina untuk belajar militer dengan bergabung bersama >Moro Islamic Liberation Front (MILF), gerakan bersenjata yang menentang >pemerintah Filipina di Mindanao, Filipina Selatan. Meski masih muda, >Sonata tampaknya punya pengaruh besar di lingkaran gerakan radikal Islam. > > >Lewat tangan dia, para kader mujahidin Indonesia bisa berlatih di >Filipina. Kepada polisi, Sonata mengaku mengirimkan sepuluh orang kader >ke Filipina atas permintaan Umar Patek alias Daud, buron kakap bom Bali >I yang melarikan diri ke Filipina. Pengakuan itu disampaikan kembali >oleh asisten juru bicara Mabes Polri, Komisaris Besar Polisi Saut Usman >Nasution, kepada wartawan dua bulan lalu. > > >Dalam pengakuan itu, Umar Patek sangat khawatir dengan semakin >menyusutnya kader mereka akibat tertangkap polisi antiteror. Dia meminta >Sonata mengirimkan 10 orang ke Filipina untuk berlatih militer. Maka, >pada Desember 2004, tiga kadernya, Faiz Saifuddin, Nasir, dan Deddi >Resdiana, berangkat ke Filipina. Namun ketiganya tertangkap di >Zamboanga, Filipina, sesaat setelah turun dari kapal feri. Berikutnya, >diberangkatkan ke Filipina tiga orang lagi, namun tertangkap di Tawau >oleh polisi Malaysia. > > >Dalam dokumen pemeriksaan Faiz, data tentang gerakan anak-anak muda ini >cukup mengejutkan. Disebutkan, Faiz pergi ke Filipina untuk bertemu >Dulmatin, buron kakap bom Bali I yang lolos dan berada di kawasan >Filipina Selatan. Dia membawa duit sekitar US$ 21 ribu, yang dititipkan >Sonata kepada Dulmatin guna membeli senjata. Duit itu, berdasarkan >pengakuan Faiz, diberikan seorang Arab kepada Abdullah Sonata untuk >diteruskan kepada Dulmatin. Pertemuan dilakukan pada November 2004 di >sebuah restoran Mesir di Jalan Tambak, Jakarta Pusat. > > >Saksi lain yang diperiksa atas kasus Sonata adalah Purnama Putra alias >Usman atau Ipung. Umurnya masih muda, 24 tahun. Warga Sukoharjo ini >pernah kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lima tahun lalu, >bersama sebuah lembaga swadaya masyarakat penanggulangan krisis di Solo, >dia sempat pergi ke Ambon. Tujuannya memerangi musuh Islam di sana. > > >Di Ambon, Purnama mengenal Azahari dan Noordin M. Top. Azahari memakai >nama Zuber, sedangkan Noordin pakai nama Aiman. Mereka sempat bertemu 12 >kali dalam berbagai kesempatan, termasuk sebelum aksi bom di depan >Kedutaan Besar Australia, Kuningan. Mereka sempat bertemu di Surabaya, >Pekalongan, dan Wonogiri. Waktu itu, Noordin menawarkan kerja sama >dengan Abdullah Sonata. Saat bertemu di Salatiga, Noordin sudah berpisah >dengan Azahari. Setelah hampir tertangkap polisi di Bandung tahun lalu, >keduanya tak lagi bersembuyi bersama. > > >Uniknya, Sonata tak setuju dengan gaya jihad Azahari dan Noordin yang >melakukan aksi serangan bunuh diri di luar daerah konflik. Karena itu, >kata Purnama, Sonata menolak bekerja sama dengan Noordin. Purnamalah >yang menyampaikan pesan Sonata itu. Abdullah Sonata telah menyatakan >putus hubungan dengan Antum (Anda), ujar Purnama, saat terakhir bertemu >Noordin, Januari lalu. > > >Meski begitu, mereka sepakat berjihad ke daerah perang. Dalam berita >acara itu juga mereka mengakui mampu merakit rangkaian bom. Purnama dan >Usman, misalnya, pernah menitipkan bom kepada rekan mereka, Danny, untuk >diserahkan ke Abdullah Sonata. Pada Desember 2004, mereka menyimpan >sekitar lima rangkaian bom berbahan potasium klorat. > > >Menurut sumber Tempo, Abdullah Sonata adalah tipe generasi baru di >jaringan radikal Islam ini. Dia tak mau meledakkan bom laknat di tengah >keramaian kota yang tak sedang berperang. Dia menyebut dirinya sebagai >mujahid freelance, ujar sumber itu. Yang membuat Sonata disegani adalah >pengalaman tempurnya di Filipina. Di Jawa Tengah, seorang bekas anggota >JI mengakui Sonata benar bukan anggota Jamaah Islamiyah. Sampai Juli >lalu, polisi berhasil menggulung kekuatan Sonata. Sekitar 18 orang dari >kelompok freelance ini sudah ditahan polisi. > > >Satu hal yang mengejutkan adalah Sonata pernah pula merencanakan >membunuh bekas Koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL), Ulil Abshar >Abdalla. Adalah Iqbal Husaini alias Ramly yang membeberkan kisah ini >kepada polisi, Juli 2005 lalu. Iqbal, pemuda 25 tahun asal Lampung, >bertemu Sonata hari kedua Lebaran 2004. Dalam pertemuan itu Sonata >meminta Iqbal mencari informasi tentang Ulil. Sebulan kemudian, Sonata >memberi uang Rp 7 juta untuk membeli sepeda motor Yamaha RX King yang >akan digunakan untuk operasional rencana jahat itu. > > >Rencana membunuh Ulil dilakukan setelah Forum Ulama Umat Islam (FUUI), >sebuah organisasi yang berpusat di Bandung, menjatuhkan vonis mati >kepada menantu kiai NU KH Mustafa Bisri tersebut. Selain menggerakkan >JIL yang aktif menyuarakan sekularisasi dan liberalisasi Islam, Ulil >juga dipandang bersalah setelah menulis kolom berjudul Menyegarkan >Kembali Pemikiran Islam di sebuah surat kabar nasional. Artikel itu >dipandang mendiskreditkan Islam. > > >Setidaknya tiga kali Iqbal dengan dibantu oleh beberapa kawan melakukan >survei di kawasan Utan Kayu, tempat JIL berkantor. Dua survei yang >pertama dilakukan dengan memarkir motor di dekat lokasi. Iqbal tak masuk >ke kantor JIL melainkan hanya duduk di motor yang disandarkan di pinggir >jalan. > > >Dalam survei ketiga, Mei 2005, Iqbal mendatangi Masjid Sunda Kelapa. Di >sana kala itu berlangsung diskusi tentang sepak terjang JIL. Dari >seorang ulama yang menjadi pembicara, Iqbal mendengar bahwa eksekusi >mati hanya boleh dilakukan oleh negara dan bukan perorangan atau >kelompok. Iqbal tergetar. Ia kembali kepada Sonata dan melaporkan >temuannya tersebut. Berdasarkan diskusi dengan Sonata, akhirnya >disepakati, rencana pembunuhan dibatalkan. > > >Sayangnya, Sonata serta tersangka lain yang kini meringkuk di sel polisi >tak dapat diwawancarai Tempo. Untuk beberapa bulan ke depan, semua tokoh >itu adalah kunci penting bagi polisi untuk mengungkap teror bom yang >terjadi di Tanah Air. Karena itu akses untuk mencapai mereka kini >digembok aparat rapat-rapat. > > >Terseraknya orang dan organisasi yang berpotensi melakukan teror bom >berikutnya di Indonesia inilah yang membuat polisi bekerja ekstrakeras. >Semua orang kini harus waspada: di luar Noordin dan Azahari, masih ada >orang lain yang bersiap menjadi pengantin. Yang terakhir ini adalah >istilah bagi mereka yang siap melumatkan diri sendiri dengan bom yang >menggantung di punggung. > > >Nezar Patria, Nurlis E. Meuko, Imron Rosyid (Solo), Sohirin (Semarang), >Rofiqi Hasan (Denpasar), Maria Ulfah (Jakarta) > ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a difference. Find and fund world-changing projects at GlobalGiving. http://us.click.yahoo.com/j2WM0C/PbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.org ** ** Beasiswa Indonesia, http://informasi-beasiswa.blogspot.com **