Message-ID: <[EMAIL PROTECTED]>
User-Agent: eGroups-EW/0.82
MIME-Version: 1.0
Content-Type: text/plain; charset="ISO-8859-1"
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable
X-Mailer: Yahoo Groups Message Poster
X-Yahoo-Post-IP: 134.91.200.14
X-Yahoo-Newman-Property: groups-compose
Sender: [EMAIL PROTECTED]
X-Yahoo-GPoster: UGoWreWIIQpsWcR3



Membaca resonansi yang ditulis pak Ahmad Syafiie
Ma'arif ini memang bisa saja mengundang senyum,
but a very sour, sour smile ...

***

di jaman pak Harto dulu, sebetulnya yang "menyamun"
negeri ini juga sudah banyak. Para penyamun ini berlindung
di bawah suatu struktur kroni yang dikepalai oleh pak Harto
sendiri. Kendati kelompok-2 penyamun di jaman pak Harto
masing-2 punya semacam "otonomi" terbatas, tetapi the
*Godfather*, yang paling di "takuti", tetaplah pak Harto.

Jadi mungkin juga tidak terlalu salah, jika utk. segala macam
masalah, bundet-ruwet yang terjadi selama masa pemerintahan
orde baru, tanggung jawab tertinggi-nya tetap dibebankan
di pundak pak Harto.

***

Tetapi sejak * konon-kabarnya * jaman re-POR-masi, praktek
penyamunan/penjarahan sumber daya negeri ini berubah sifatnya,
menjadi lebih "distributed", baik secara "geografis-regional",
maupun secara "organisasi-struktural". Pada sistem penyamunan
plat merah yang berjalan sekarang ini tidak ada seorang
"Godfather" lagi. Teori "Trias Politika" yang a.l. digagas
oleh Montesquieu beberapa puluh tahun sebelum Revolusi
Perancis (1689-1755)

<http://encyclopedia.laborlawtalk.com/Charles_de_Secondat%2C_Baron_de_Monte=
squie\
u>

oleh pengemban struktur pemerintahan
di Indonesia dewasa ini telah di tafsirkan, dan diberi
"muatan lokal" khas "nGindo" yang amat-sangat kreatif.

Prinsip pembagian/distribusi kekuasaan di dalam teori
Trias Politica yang asli ditafsirkan sebagai *-pembagian
kekuasaan untuk menyamun-* juga ;-). Jadi di dalam sistem
riil penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, kelompok
eksekutif, legislatif dan yudikatif "berbagi kekuasaan
untuk menyamun negara" ;-).

Kasus lolosnya kebijakan menaik-kan tunjangan untuk
anggota DPR yang Rp 10 juta ini ditanggapi sebagian
kalangan, di samping dengan mata geram, juga "curiga";
om JK (Jusuf Kalla) ketika di tanya pers mengelak, bahwa
itu kebijakan tsb. sepenuhnya merupakan urusan DPR; dan
pemerintah (eksekutif) tidak ada "sangkut paut" nya dengan
kebijakan tsb. Lho, tetapi masyarakat Indonesia yang
puluhan tahun "dibesarkan" di dalam kultur yang "korup"
tentu sudah kenal segala macam trick yang mungkin dilakukan
di dalam suatu "penyamunan berjama'ah".

Kan bisa saja kelompok eksekutif sengaja "membiarkan"
kelompok Legislatif menaikkan "tunjangannya sendiri"
tanpa akan di otak-atik, dengan harapan para anggota
DPR ini akan lebih "tenang", "tenteram", dan "khusyuk"
di dalam "menjalanken daripada tugas dan fungsinya",
dengan kata lain, itu uang "penenenang mulut". Kasarnya:
"lo boleh ambil itu duit, tapi lo jangan ribut lagi ame
kerjaan/agenda gua ya ... !"

***

Saya melihat hal yang lebih mengkhawatirkan lagi
melihat praktek penyamunan yang "berdasarkan Pancasila"
dan berbasis * Trias Politica * versi nGindo dewasa
ini. baik di sengaja atau tidak, by design, atau
mungkin juga accidently, 7 tahun ini terasa citra
lembaga Legislatif (DPR) di mata rakyat semakin
merosot. Ataukah ini memang "by design". Kelompok
Eksekutif sengaja membiarkan proses *-Self Devil-*
isasi lembaga DPR berjalan, sehingga "kekuatan moral"
lembaga DPR sebagai Pengawas Pemerintah semakin lemah
(karena dukungan masyarakat kepada mereka semakin lemah),
sehingga pihak Eksekutif menjadi lebih leluasa lagi?

Gampangnya pihak Eksekutif mungkin saja telah secara 
"sistematis" sebetulnya "menyuap" lembaga DPR dengan
2 tujuan sekaligus: 

(a) supaya lembaga DPR tidak terlalu "galak" mengawasi 
kiprah mereka, dan 

(b) pada saat yang sama "menjatuhkan" citra lembaga 
ini di mata rakyat, supaya mereka semakin lemah lagi ...

Na'udzubillahi min dzalik ...

=3D=3D=3D( IM )=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D

http://encyclopedia.laborlawtalk.com/Charles_de_Secondat%2C_Baron_de_Montes=
quieu

< http://www.republika.co.id >

Selasa, 25 Oktober 2005

Rubrik Resonansi Surat Kabar Republika

=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D
Iblis Minta Pensiun?
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Pada 19 Oktober 2005, pukul 01.57.43 dini hari, saya menerima
SMS dari seorang pengamat sosial politik yang juga pengusaha
sukses yang bunyinya sebagai berikut (bahasa sedikit saya ubah):
"Iblis minta pensiun muda. Allah bertanya: 'Wahai Iblis, kenapa
kau kembali kepada-Ku, padahal engkau sendiri yang minta untuk
menggoda manusia?' Iblis menjawab: 'Hamba yang ahli fikih mencuri
dana umat, Mahkamah Agung yang seharusnya adil dan bijak malah
memeras, terima sogok. Hamba khawatir justru kami yang tergoda
oleh manusia. Maka kami minta pensiun dini saja'." Astaghfirullah
al-'adzim.

Terus terang saja, saya geli tetapi terkagum-kagum membaca SMS
yang cukup sinis dan tajam dalam menggambarkan kondisi masyarakat
kita sekarang ini. Luar biasa hebat penciptanya. Sebenarnya,
sebagaimana pernah saya katakan, kita hampir kehilangan kosa kata
untuk melukiskan moral bangsa yang semakin memburuk dari hari ke
hari. Apalagi aparat penegak hukum telah turut berperan untuk
menjadikan keadaan semakin runyam, sekalipun kita belum tahu pasti
apakah benar "orang-orang terhormat" itu telah menyalahgunakan
posisinya untuk meraup benda haram.

Kutipan di atas adalah di antara cara kreatif bagaimana rakyat
kita yang punya kepekaan batin menciptakan ungkapan-ungkapan
sarkastik karena sudah tidak tahan menonton kondisi bangsa ini
yang dirusak terus-menerus tanpa rasa dosa dan malu, sampai-sampai
Iblis pun putus asa melihat kelakuan manusia karena telah
mengalahkannya dalam perlombaan berbuat jahat, sehingga mohon
pensiun muda.

Sarkasme semacam ini akan terus bermunculan setiap saat bilamana
belum juga terbayang tanda-tanda positif dari pemerintah dan kita
semua yang masih siuman untuk benar-benar berjibaku memperbaiki
keadaan yang telah bobrok ini. Saya tidak tahu lagi apa sebenarnya
yang dicari oleh kaum elite ini. Ada percaloan untuk mendapatkan
dana untuk musibah, ada kerja berebut proyek (jika perlu dengan
ancaman) dari sejumlah anggota DPR terhadap dirjen-dirjen basah
agar diberi jatah.

Beberapa dirjen menyampaikan kepada saya, kelakuan mereka ini sama
sekali tidak lagi menghiraukan sisi profesionalisme dalam membuat
usul minta proyek. Itulah sebabnya saya pernah menulis, "Dalam
kelakuan, tidak ada lagi bedanya mereka yang mengaku percaya kepada
wahyu dan mereka yang tidak hirau kepada agama." Semuanya disikat
habis, asal ada peluang untuk itu.

Itu belum lagi kita berbicara tentang proses pembuatan undang-
undang, berapa upeti yang harus dikeluarkan oleh seorang menteri
agar anggota DPR yang terhormat itu menjadi tenang dan enak tidur.
Pokoknya minta diberi jatah untuk dirinya dan untuk partai. Kita
bisa membayangkan betapa perihnya keadaan kita, dan jangan menyesal
nanti jika yang tersisa dari harta negeri ini tinggal tulang
belulang yang berserakan karena dagingnya telah dilahap habis.

Alangkah buruk dan malang nasibmu wahai Indonesiaku. Anak-anakmu
sendiri semakin tidak tahu diri. Filosofi mumpungisme telah menjadi
agama mereka, sehingga Iblis menjadi tidak tahan dan kemudian minta
undur diri karena sudah kalah bersaing dengan makhluk yang bernama
manusia!

SMS di atas sampai kepada saya pada jam-jam menjelang sahur pada
bulan yang serbasuci ini. Semula saya tidak mau bereaksi karena
sudah jenuh mengkritik, tetapi saya ulang membacanya, batin saya
tergerak lagi untuk mengulasnya. Siapa tahu dimulai bulan Ramadhan
ini petualangan jahat oleh sejumlah pihak yang membuat kondisi
bangsa babak belur akan berkurang. Dan tidak mustahil para petualang
ini juga mahir memberikan ceramah tarawih, menasihati para jamaah
agar hidup lurus, bermoral, dan jangan mencuri harta negara karena
dapat berakibat runtuhnya bangsa ini.

Di sinilah peliknya situasi kita: Terjadi keretakan yang semakin
parah antara kata dan laku. Kata bertutur agar orang berbuat baik,
laku menempuh jalan menyimpang, semakin lama semakin larut dalam
kubangan dosa dan dusta. Namun, Alquran masih menghibur kita. Kita
salin misalnya makna ayat 53 dari surat al-Zumar: ''Sampaikan
(Muhammad), 'Wahai hamba-hambaku yang telah melampaui batas atas
diri-diri mereka [berkubang dalam dosa dan dusta], janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya [kecuali dosa syirik, lht. Al-Nisa: 48].
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Penyayang.''

Allah senantiasa membuka pintu tobat bagi mereka yang sungguh-
sungguh menyesali kesalahan dan mau kembali. Dan bangsa yang
sedang gerah ini menanti perubahan sikap itu dari kita semua.
Siapa tahu akan ada hikmah Ramadhan tahun 1426 ini. Semoga.







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke