Mungkin hal yang baru dari kasus potensi pandemi
flu burung ini adalah karena vector penyebarannya
melibatkan "komunitas" burung liar (mis. angsa/
bebek terbang) yang mempunyai mobilitas tinggi
dan daya jelajah yang luar biasa jangkauannya.
Konon spesies-2 burung ini setiap tahun, pada
setiap pergantian musim - secara naluriah -
melakukan hijrah/migrasi, sebagai bagian dari
ritme hidupnya. Jarak ribuan kilometer melintasi
samodera bagi mereka bukan halangan. batas-batas
politik antar negara mereka abaikan. Lebensraum
mereka tidak dibatasi oleh selembar dokumen seperti
paspor dan visa. Para petugas pabean, tentara
dan polisi perbatasan (seperti Bundesgrenzschutz)
yang biasanya disegani, juga mereka abaikan.

***

Jadi siapa kira-2 yang diharapken bisa "mengendalikan"
manuver terbang mereka ini? how about "Pawang Burung" ? :)

Bukankah di sekitar kita sudah cukup banyak para ahli
/pawang yang mampu menjinak-kan atau mengendalikan
hewan ( yang biasanya liar ), seperti pawang gajah,
pawang harimau, pawang ular ...

Pawang hewan kelompok Aves sudah ada, tetapi masih
terbatas pada jenis-2 burung tertentu seperti: burung
Pinguin, dan jenis Papagai/Parrot/Kakatua ... dan itu
biasanya buat atraksi circus atau sejenisnya ...

Secara tradisional, para petani juga sudah lama punya
cara "mengendalikan" manuver kawanan burung dengan
cara menakut-nakuti mereka, supaya tidak menyerang tanaman
padi/jagung mereka. Upaya yang serupa, dalam bidang
aplikasi yang lebih modern adalah di sewanya "bird snipper"
penembak jitu burung (sebetulnya tidak harus jitu) di
sekitar pelabuhan-2 udara/bandara untuk menakut-nakuti
burung, untuk mengurangi resiko tertabraknya kawanan
burung oleh pesawat terbang yang take-off, karena bisa
membahayakan keselamatan pesawat yang sedang mengudara
< bukan keselamatan burungnya, Emangnya Lo Gua Pikirin
om-om Burung, ... hehehe :) >.

Nah, dalam rangka upaya mengendalikan penyebaran vektor
virus flu burung, apakah bisa dikembangkan profesi baru
Pawang Burung - jika perlu make bantuan "tenaga dalam"
kayak profesi pawang hujan itu :) - yang bisa mempengaruhi
"jalur terbang/migrasi" om-om dan tante-tante burung ini,
supaya bisa di isolasi di pulau-pulau yang kosong/tidak
berpenghuni misalnya.

Kalau menggunakan cara yang berbasis ilmu pengetahuan,
mungkin kita bisa "mempengaruhi" persepsi navigasi
kawanan burung itu dengan "mengacau" orientasi medan
magnet bumi yang (konon) juga digunakan para burung
di dalam bernavigasi. Caranya, pada saat melihat
kawanan burung, kita ON kan peralatan yang menghasilkan
medan magnet yang magnitude nya agak lebih besar dari
medan magnet bumi, dan orirntasinya sedemikian rupa
sehingga membuat kawanan burung ini "memutar arah" ...
mungkin emang masih sulit di bayangkan ... :)

***

Ide yang mungkin lebih "cemerlang" :) :

Saya pernah melihat reportage di TV: Ada kelompok
peneliti yang sudah lama sekali mengamati perilaku
migrasi tahunan burung angsa terbang itu. Ternyata
mereka mengamati, di samping menggunakan navigasi
medan magnet, kawanan burung itu juga ada "pemimpinnya",
mungkin burung yang paling senior dan yang paling
berpengalaman yang dipilih sebagai navigator.

Nah, dalam pengamatan kadang-2 para peneliti ini
menggunakan/menumpang pesawat kecil Ultralight (ini
semacam Layang gantung yang diberi mesin dan baling-2
sehingga bisa take-off, terbang lama dan mendarat
dengan mudah). Konon secara kebetulan mereka pernah
mengamati ketika "mengawani" terbang sekawanan burung
/angsa tersebut, kadang-2 kawanan tersebut lalu
justeru mengikuti / mengekor manuver terbang pesawat
ultralight. Mungkin mereka menganggap pesawat Ultralight
tersebut sebagai "pemimpin/navigator" yang pantas di
ikuti, atau mungkin juga karena ada alasan yang lebih
"fisik": secara aerodinamis atau "ekonomi terbang",
mereka mengalamai hambatan udara lebih kecil kalau
formasi terbang mereka ada di sekitar si pesawat
Ultralight - konon formasi terbang kawanan burung
yang berbentuk "V" itu penjelasannya juga demikian.
sang Pemimpin/Navigator yang dianggap paling kuwat
posisinya di letakkan di ujung tombak formasi "V"
tersebut. Burung-2 lain yang relatif merasa lebih
lemah tenaganya menempatkan dirinya di sepanjang
"lengan" formasi huruf "V" tersebut.

Kecenderungan "ekonomi terbang" semacam itu nampaknya
juga mirip dengan yang kita amati dengan kawanan
lumba-lumba yang sering terlihat "mengiringi" kapar
yang sedang berlayar. jadi di sini alasannya adalah
"ekonomi berenang" sebagai analogi dari ekonomi
terbang, untuk menghemat tenaga ...

Klimaks yang paling menarik dari reportage ini,
kelompok peneliti di atas lalu "mengkader" sekelompok
generasi baru angsa ( yang ditetas kan sejak dari
bentuk telur nya), lalu mereka pelihara sejak
itu, dan mereka berlaku seolah-2 "induk" dari
anak-anak angsa terbang itu (Pada saat memberi
makan mereka berpakaian dan mengenakan topeng
berparuh panjang seperti angsa). Sampai suatu
saat anak-2 angsa tersebut sudah cukup dewasa,
mereka mengajari dan memimpin mereka terbang
menggunakan pesawat Ultralight tersebut. Karena
anak-2 angsa memang mengira bahwa manusia (peneliti)
tersebut memang "induk" nya, mereka juga terbang
mengikuti ultralight ini kemana saja.

Memperluas ide ini mungkin kita bisa menciptakan
robot angsa terbang yang bisa berperan sebagai
"pemimpin" yang akan "menggiring" burung-2 lain
agar mendarat di pulau-2 yang tidak ada penghuninya
tetapi cukup sumber dayanya buat menopang kehidupan
kawanan burung tersebut ...

====( IM )==========================================

Wed Oct 26, 4:08 AM ET

=========================================
Bird Watchers Sought As Bird Flu Sentries
=========================================

By CHRIS TOMLINSON, Associated Press Writer Wed Oct 26

LAKE NAIVASHA, Kenya - Most mornings James Njenga launches
his motorized canoe on Lake Naivasha to show tourists some
of the most spectacular birds in East Africa. These days he
has a second duty: serving as a sentry against bird flu.
ADVERTISEMENT

In addition to looking for African spoonbills, fish eagles
and marsh harriers, Njenga now looks out for three kinds of
migratory ducks suspected of carrying avian flu: the northern
pintail, the garganey and the northern shoveler.

"They come every year, though I haven't seem them yet this
year," said Njenga, a top bird guide for the Great Rift Valley
Lodge with a decade of experience on Kenya's lakes. "But they
are coming, they always do."

The ducks, which normally arrive in Africa in October and stay
through March, are believed to have brought the H5N1 strain of
bird flu to Europe. The H5N1 outbreak began in 2003 in Asia,
where it has devastated flocks and infected humans, killing
more than 60 people.

Experts worry that bird flu outbreaks in Africa, with its
strained infrastructure, are likely to be poorly reported and
poorly managed. They want to keep a close eye on H5N1, fearing
it could mutate into a virus that could be passed easily between
humans and trigger a deadly global human flu pandemic.

East Africa is of particular concern, U.N. experts have said.
In Kenya, authorities say they are making the most of what
infrastructure they have — starting with bird watchers like
Njenga — but acknowledge the task is daunting.

Njenga knows where the migratory birds like to settle after
their long flight from Europe, past Turkey and Israel and
then down the Nile to reach Kenya's lakes for the winter.

Guiding his boat through shallow water by using a pole,
carefully avoiding hippopotamuses submerged to their eyes
and nostrils, he points out lesser black-backed gulls and
ospreys that have already arrived from northern Europe. He
knows the danger the bird flu virus poses.

"Those species are coming from Asia and here they will mix
with the European ducks and the they will distribute the
virus all over," Njenga said. "If I see them, I will report
them immediately."

On the other side of that phone call will be Dr. Muchane
Muchai, the head of the ornithology department at the National
Museums of Kenya, which the government depends on for scientific
monitoring and advice.

Muchai has been working to get the word out to people like
Njenga, who observe birds regularly, to serve as a trip wire.
Once the birds are seen, as some have been in other parts of
Kenya, Muchai will send out a team to collect fecal samples
and test them for the virus.

"We need to get out and collect as many samples as possible,"
he said, adding that their are hundreds of bird watchers in
Kenya. "We have an Internet program where people log on and
tell us where they have found particular species."

Muchai is also warning poultry farmers to keep their stock
away from wild birds, and he is planning visits to rural
areas to raise awareness.

Most Africans are subsistence farmers who may own a few
chickens that roam freely around mud huts, where children
play, Muchai said, warning that Africa could be a prime place
for the virus to evolve into a human strain.

The problem is not new. South Africa experienced an outbreak
of another bird flu strain, H5N2, in ostriches in 2004 in the
Eastern Cape Province.

The department of agriculture there culled 26,454 ostriches,
but no chickens tested positive. The government has put in
place an extensive surveillance program, which includes
migrating shore birds.

Uganda, Rwanda, Tanzania, Ethiopia and Sierra Leone have
also taken steps to keep bird flu from spreading, generally
by banning poultry imports from areas stricken by the disease.

Warning of the possible consequences of an outbreak in Africa,
the U.N. Food and Agriculture Organization appealed last week
for the international community to help East Africa to increase
its ability to tackle a possible outbreak.

"If the virus were to become endemic in eastern Africa, it
could increase the risk of the virus to evolve through mutation
or reassortment into a strain that could be transmitted to and
between humans," said Joseph Domenech, Chief Veterinary Officer
for the agency.

____

On the Net:

< Bird reporting site http://www.worldbirds.org/kenya >







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke