Dear all;

Azahari sudah dihabisi. Nordin kabarnya akan segera ditangkap.
Adakah itu nanti akhir dari ancaman adanya teror istimata (bom bunuh diri) di 
negeri kita?

Tampaknya jawaban atas pertanyaan yang penuh harap itu masih akan negatif, jika 
kita baca tulisan yang saya kutip dari TEMPO ini. Ada jenderal teroris yang 
lebih tinggi yang menentukan akan berakhir atau tidaknya teror istimata. 
Pasukan istimata rupanya hanya salah satu saja dari pasukan teroris yang 
beroperasi di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) sekarang ini. Jadi, harapan 
akan amannya negeri kita dati teror masih jauh!

Silahkan baca tulisan yang saya kutip dari TEMPO di bawah ini.

Ikra.-
======


JENDERAL LASKAR ISTIMATA


RUMAH tua itu terletak persis di belakang Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, 
Sukoharjo, Jawa Tengah. Ada dua boneka kecil mainan anak-anak tergeletak di 
depan pintu. Di sebelah kiri ruang tamu, ada garasi kosong berdebu. 
Langit-langitnya banyak yang jebol. Di setiap sudut, jaring laba-laba penuh 
menjuntai. Pada suatu sore pertengahan September silam, dari dalam rumah itu 
terdengar suara tangis bayi. Merengek-rengek.

Sudah setahun lamanya Rahayuningtyas, si nyonya rumah, menunggu kabar suaminya, 
Aris Sumarsono. Perempuan bercadar berusia 32 tahun itu?dia akrab disapa 
Ning?terakhir bertemu dengan suaminya pada Lebaran tahun silam. Aris, kata 
Ning, suka ke luar kota untuk urusan berdagang kain. Kadang sepekan, paling 
lama sebulan. Tapi kepergian yang terakhir tak menyisakan jejak. "Dia hanya 
pamit ke Sragen, setelah itu tak kembali lagi ke rumah," ujarnya. 

Aris Sumarsono tak lain adalah Zulkarnaen, yang disebut-sebut sebagai komandan 
tertinggi sayap militer Jamaah Islamiyah (JI). Kini, anak Desa Gebang, Sragen, 
itu menjadi buron penting. "Zulkarnaen salah satu tokoh penting JI yang lagi 
kita uber," ujar Inspektur Jenderal Polisi Ansyaad Mbaai, Kepala Desk Antiteror 
di Kantor Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.

Posisinya di pucuk itu makin terungkap setelah polisi menangkap Achmad Roihan 
alias Saad, tokoh teras Markaziyah (pimpinan pusat) JI di Palu, April silam. 
Roihan mengaku Zulkarnaen hadir dalam pertemuan Markaziyah di Tawangmangu, 
Solo, setelah bom Bali meledak. 

Zulkarnaen punya nama lain: Daud. "Orangnya bertubuh kecil dan pendiam," kata 
Mualif Rosidi, bekas guru Zulkarnaen di Pondok Pesantren Ngruki. Dia masuk 
pondok itu sejak 1975, dan belajar di sana selama enam tahun. Lulus dari 
pondok, Zulkarnaen, yang kerap masuk peringkat lima besar di sekolahnya itu, 
masuk ke Jurusan Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. "Sejak mondok, 
dia jarang pulang," ujar Mualif. 

Tak jelas sejak kapan Zulkarnaen mulai terlibat dalam gerakan militan itu. Yang 
terang, namanya kini disebut-sebut sebagai salah satu arsitek bom Bali. Dari 
persidangan kasus bom Bali, melalui kesaksian Nasir Abbas, kakak ipar Muchlas 
yang merupakan salah satu pelaku utama lainnya, terungkap posisi Zulkarnaen 
memang cukup penting di organisasi JI.

Nasir, yang kini ditahan di Markas Besar Polri, adalah veteran pejuang 
Afganistan. Dia terjun ke medan jihad Afganistan sejak 1987 sampai 1993. 
Setelah itu, dia bergabung dengan gerilyawan Moro Islamic Liberation Front 
(MILF) di Moro, daerah selatan Filipina. Dia mengangkat senjata ke Moro atas 
perintah Mustofa alias Pranata Yudha, salah satu pentolan JI yang tertangkap di 
Semarang. "Mustofa meminta saya, atas perintah Zulkarnaen dan atas saran 
Abdullah Sungkar," kata Nasir Abbas. Sungkar adalah pemimpin besar JI sebelum 
Abu Bakar Ba'asyir. 

Perintah pengiriman pasukan jihad ke Moro, yang diberikan Zulkarnaen kepada 
Mustofa, membuktikan Zulkarnaen memang berada di pucuk struktur. Mustofa saat 
itu menjabat Ketua Mantiqi III, struktur operasi JI yang meliputi wilayah 
Filipina Selatan, Serawak, Sabah, Brunei, dan Kalimantan. Posisi Zulkarnaen, 
kata Nasir, adalah Ketua Bidang Askari (militer) Markaziyah, yang dulunya 
langsung berada di bawah Abdullah Sungkar. Mustofa kini meringkuk di sel 
Kepolisian Daerah Metro Jaya, setelah dicokok petugas pada Juli silam. 

Bagi para mujahidin asal Indonesia, Zulkarnaen mereka hormati sebagai senior. 
Dia termasuk angkatan pertama lulusan akademi militer di Afganistan. Seorang 
veteran mujahidin, Abi Sholeh (nama samaran), mengaku satu angkatan dengan 
Zulkarnaen, saat terjun ke Afganistan pada 1985. Waktu itu mereka dikirim oleh 
almarhum Abdullah Sungkar, pendiri JI. 

Abi Sholeh tak mau menyebut jumlah pasti berapa orang yang berangkat pada 
gelombang pertama itu. Yang jelas, kata dia, mereka mendapat pelatihan di Kamp 
Saddah, akademi militer milik Syekh Abdurrasul Sayyaf, tokoh legendaris 
mujahidin Afganistan. "Kamp itu letaknya di Khumran Agency, di dekat 
Parachinar, perbatasan Pakistan dan Afganistan," kata Abi. 

Di sana mereka menimba ilmu perang, dari teori sampai praktek. Juga soal perang 
gerilya, termasuk gerilya kota, meracik bom, dan artileri. Para mujahidin itu 
juga lihai membaca peta dan teknik pengintaian musuh. "Mereka latihan aneka 
macam senjata, seperti AK-47 dan M-16," ia berkisah. 

Di Afganistan, Zulkarnaen adalah lulusan terbaik. "Dia ahli dalam semua 
pelajaran militer," tutur Abi lagi. Bahkan, sebelum lulus, Zulkarnaen sudah 
diminta mengajar di Kamp Saddah?di mana Syaikh Sayyaf memberikan tempat khusus 
bagi mujahidin asal Asia Tenggara. Zulkarnaen ditunjuk sebagai kepala akademi 
militer itu, untuk melatih mujahidin asal Indonesia, Filipina, Malaysia, dan 
Singapura. 

Pengalaman tempur Zulkarnaen, kata Abi, juga di atas rata-rata. Dia pernah 
terlibat pertempuran selama tiga pekan di Jaji (Joji), pada April 1987. Saat 
itu tarung senjata berlangsung hebat antara pasukan mujahidin dan tentara 
pendudukan Uni Soviet. Tak semua mujahidin asal Asia Tenggara dilibatkan di 
garis depan. Kata Sayyaf, seperti dikutip Abi, tujuan latihan militer bukan 
untuk berjihad di Afganistan. "Yang penting, menyiapkan diri berjihad di negeri 
sendiri," begitu pesan sang Syekh. 
Achmad Roihan alias Saad, anggota Markaziyah, pun mengaku seangkatan dengan 
Zulkarnaen ketika terjun ke Afganistan. Saad, sama seperti Abi, mengakui 
Zulkarnaen menjabat posisi ketua dewan militer di Markaziyah JI. "Tapi sekarang 
saya tak tahu apa posisinya," ujar Saad kepada TEMPO, kala ditemui di Penjara 
Krobokan, Bali, beberapa waktu lalu.

Tapi, menurut seorang bekas pemimpin JI (dia menolak disebut namanya karena 
alasan keamanan), posisi Zulkarnaen saat ini belum tergantikan. Dialah pemegang 
tongkat komando pasukan jihad, yang menjadi inti gerakan JI. Sebagai Ketua 
Dewan Askari, Zulkarnaen adalah jenderal bagi para laskar JI itu. "Ada tiga 
kategori laskar," ujar sumber itu. Pertama laskar biasa, yang anggotanya pernah 
ikut latihan militer selama empat sampai enam bulan. Lalu, kedua, Laskar Khos, 
yaitu satuan khusus yang punya kemampuan perang dan senjata, minimal ikut 
latihan militer tiga tahun. Ketiga adalah Laskar Istimata. 

Yang paling militan adalah Laskar Istimata. Mereka yang masuk satuan itu siap 
melakukan amaliyah istishadiyah (bom syahid). Anggotanya bisa saja direkrut 
dari luar JI. "Contohnya adalah kasus Iqbal Arnasan, yang menjadi martir dalam 
bom Bali," ujar sumber itu. Dia melanjutkan, dalam aksi bom di Hotel Marriott, 
JI pun menggunakan salah satu kader Laskar Istimata, yaitu Asmar Latin Sani. 
"Ketiga jenis laskar itu berada di bawah komando Zulkarnaen." 

Sebagai panglima, Zulkarnaen punya wewenang besar. Dia bertanggung jawab atas 
operasi intelijen dan "operasi pembangunan kekuatan". Lingkupnya antara lain 
pelatihan militer, baik kursus singkat enam bulan maupun memimpin "akademi 
militer" yang makan waktu tiga tahun. Selain itu, di tangan Zulkarnaen pula 
wewenang "operasi penggunaan kekuatan", semisal bom Natal dan bom Bali bisa 
dijalankan. "Untuk operasi seperti itu, Zulkarnaen harus mendapat izin dari 
Majelis Fatwa Markaziyah JI," ujarnya. 

Keterangan itu dibenarkan oleh Saad. Semua aksi memang harus melewati forum 
fatwa dulu, agar tindakan jihad menjadi sah secara organisasi. Namun, sejak 
Abdullah Sungkar meninggal pada November 1999, forum fatwa tak lagi berjalan. 
"Banyak operasi sekarang yang tidak diputuskan organisasi," ujarnya. Dia 
mencontohkan, bagaimana order dari Mantiqi I (wilayah Singapura dan Malaysia) 
justru dilakukan di Mantiqi II dan sama sekali tak diberitahukan lebih dulu 
kepada pemimpin struktur setempat. Mantiqi II berpusat di Solo, dengan wilayah 
operasi seluruh Indonesia, kecuali Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Menurut Saad, kecakapan militer Zulkarnaen tergolong biasa saja. Tapi dia ahli 
dalam soal taktik tempur. Satu lagi, Zukarnaen juga kuat dalam soal 
komandaniyat (bahasa Afganistan berarti kepemimpinan?Red.). Lalu, apa yang 
menjadi tugas utama komandaniyat itu? "Manajemen organisasi tempur," ujar Saad 
mantap. 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/LeSULA/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to