Rabu, 23 November 2005
    Edisi Bahasa Indonesia

Saya Sudah di Surga, Ustad!    Oleh M. Guntur Romli    Editorial | 22/11/2005  
Rabu malam kemarin (16/11), di kediaman Wapres Jusuf  Kalla diputar film 
istimewa. Penontonnya pun istimewa. Film itu berasal  dari rekaman testimoni 
(pengakuan) para pelaku bom Bali II. Sedangkan  penontonnya, dua belas ulama 
yang didatangkan dari Jawa Timur. 
        Rabu malam kemarin (16/11), di kediaman Wapres Jusuf Kalla diputar  
film istimewa. Penontonnya pun istimewa. Film itu berasal dari rekaman  
testimoni (pengakuan) para pelaku bom Bali II. Sedangkan penontonnya,  dua 
belas ulama yang didatangkan dari Jawa Timur. 
    Ada empat wajah yang menyembul pada rekaman itu. Ekspresinya  beragam. Ada 
yang mengacung jari telunjuk, ada pula yang santai sambil  cengengesan. Tapi 
semua menyampaikan pesan tekahir dan alasan mereka  melakukan bom bunuh diri. 
Mereka sedang berfantasi sedang berjihad di  jalan Allah. 
    Seorang yang diduga bernama Salik Firdaus berpesan, “Untuk istri dan  
keluargaku, ketika kalian menyaksikan video ini, saya sudah berada di  dalam 
jannah (surga)!” Benarkah saat ini Salik Firdaus sudah berada di  surga? 
Wallahu a’lam! Tak seorang pun dari kita yang tahu  apakah angan-angannya 
tercapai. Kita tidak bisa meminta konfirmasi  Salik, baik lewat surat, telepon 
seluler, atau SMS. 
    Salik juga tidak lupa berpesan begini: “Jika saya punya hutang,  mohon 
dilunasi!” Tapi alpakah Salik, bahwa hutang uang bisa segera  dilunasi, tapi 
bagaimana dengan hutang lainnya? Ia telah meninggalkan  “hutang-hutang” yang 
lebih besar; hutang penderitaan bagi keluarganya,  kepada para korban bom, 
negara, dan agamanya. 
    Sementara dari liputan media elektronik, hati kita tersentuh  menyaksikan 
adik Dr. Azahari, Bani Yamin Husein, yang tampak berusaha  tabah, menanggung 
malu dan rasa bersalah akibat perbuatan kakaknya.  Berkali-kali ia menangis dan 
meminta maaf pada seluruh masyarakat  Indonesia. 
    Ibunya Misno, salah seorang pelaku bom Bali II, meraung-raung dalam  sebuah 
konferensi pers. Ia seakan tak habis pikir anaknya akan berbuat  hal yang jauh 
di luar perkiraannya. Hutang-hurang para teroris itu  tidak bisa terbayarkan. 
Hutang malu, penderitaan, ketakutan, dan  kebencian. 
    Para alim-ulama yang menonton film bersama Wakil Presiden  terkaget-kaget 
mendengar alasan-alasan “para tentara Tuhan” yang salah  medan perang itu. 
Mangapa kaget? Mungkin akibat ulah nekat anak muda  belia itu, atau mungkin 
juga karena Islam yang mereka yakini sebagai  agama damai, telah dibajak 
kawanan teroris sebagai amunisi pembunuh. 
    Tapi, apakah selama ini para ulama dan tokoh-tokoh agama kita  umumnya 
telah bersikap tegas terhadap terorisme? Mengutuk bom bunuh  diri mungkin 
sudah. Simaklah komentar Gus Muh, seorang kiai yang hadir:  “Bom bunuh diri 
haram hukumnya!” 
    Tapi lebih jauh, apakah mereka sudah sadar bahwa alasan-alasan para  
teroris itu, sesuai belaka dengan begitu banyak isi khutbah, pengajian,  dan 
pengajaran agama yang disampaikan kebanyakan dai yang kita anggap  tokoh agama 
selama ini? 
    Benar, sebab-sebab dan motif-motif terorisme memang beragam; dari  alasan 
politik, ekonomi, sosial-budaya, hingga frustasi. Namun, jika  mau jujur, 
doktrin agama yang sudah dimanipulasi, betul-betul menjadi  pendorong terkuat. 
Masing-masing telah memiliki alasan dan dorongan  dari doktrin agama. Dalam 
testimoninya, mereka mengumbar istilah jihad,  melawan orang kafir, merindukan 
mati syahid, dan sedang menjemput  surga. 
    Kita sadar, kematian Azahari, pemburuan Nordin M. Top, al-Faruq, dan  
jejaring teroris lainnya, tidaklah memadai untuk mememerangi terorisme.  Ada 
ancaman lain yang lebih berbahaya dari sekadar bom teror itu  sendiri. “Bom” 
itu sewaktu-waktu dapat saja meledak dan berdentum di  mana-mana. “Bom” itu 
bernama agama!
    Bagaimana agama menjelma menjadi sebuah bom? Ketika ia dirakit  dengan 
kepicikan, kebencian, ketertutupan, dan kekerasan. Jika ingin  tahu bagaimana 
“bom” itu dirakit, simaklah khutbah-khutbah dan  pengajian-pengajian yang 
dijejali kecaman, sumpah-serapah, makian, dan  hasutan. Inilah sesungguhnya bom 
setelah Azahari wafat.
    Karena itu, jika selama ini kita terlibat dalam perakitan “bom” itu  dan 
rajin menyebarnya, tak usah kaget jika ada pemuda belia yang  terpengaruh, lalu 
ia tiba-tiba “berjihad melawan orang kafir” dengan  membawa bom sesungguhnya. 
Kelak, ia kembali membawa pesan, “Ustad, kini  saya sudah di surga!” [Mohamad 
Guntur Romli].
 
    Referensi: http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=924
  
    
  
    
  
     
  
    
          Hak cipta ©2001-2005, Jaringan Islam Liberal (JIL). Kontak: [EMAIL 
PROTECTED]  
  
    


Memahami Perbedaan Menghilangkan Jarak dan Membentuk Ego Menjadi Empati yang 
Utuh
-GuN-
Tlp 081319174019
                
---------------------------------
 Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.  

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke