Ada satu tokoh JIL yang dulu besar di jalan Asem
Otista. Kata istri saya, orang itu sholat jum'at saja
tidak pernah.

Saya lihat yang mendukung JIL banyak dari non Muslim.
Dan JIL juga dapat dana dari LSM non Muslim macam Asia
Foundation. Jadi wajar seperti itu. Ada untuk merusak
Islam dari dalam.

--- Dandy79 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> JIL tu didikan dari mana sih..........???
> jangan-jangan bukan Islam lagi...........!!!!
> 
> ----- Original Message -----
> From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <ppiindia@yahoogroups.com>; "Indonesia Raya"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Wednesday, November 30, 2005 11:59 AM
> Subject: [ppiindia] IAIN Dikuasasi JIL? - Dr. Daud
> Rasyid: Diasingkan Karena
> Bela Prinsip-Prinsip Islam
> 
> 
> > Assalamu'alaikum wr wb,
> > Benarkah berita di bawah bahwa IAIN sudah
> dikuasasi
> > JIL (Jaringan Islam Liberal) sehingga dosen yang
> lurus
> > seperti Dr. Daud Rasyid disingkirkan?
> >
> > Jika benar, seluruh komponen ummat Islam seperti
> MUI,
> > menteri agama, dsb harus berusaha menyingkirkan
> JIL
> > dari posisi rektor dan dosen di IAIN agar ajaran
> Islam
> > Liberal tidak menyebar luas di masyarakat.
> >
> > Wassalam
> >
> > Dr. Daud Rasyid: Diasingkan Karena Bela
> > Prinsip-Prinsip Islam
> > 18/11/2005 13:34 WIB
> > eramuslim - Sudah menjadi sunnatulah dalam
> berdakwah,
> > setiap da'i yang melawan kebatilan akan mendapat
> > ujian-ujian maupun fitnah-fitnah. Adalah doktor
> Daud
> > Rasyid, jebolan Universitas Kairo, Mesir, yang
> > dideportasi oleh pihak Institut Agama Islam Negeri
> > (IAIN, sekarang UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta
> ke
> > IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Padahal sesuai
> > dengan permintaan Direktur Program Pascasarjana
> (PPs)
> > IAIN Jakarta Prof. Harun Nasution saat itu, Daud
> > diminta memberi kuliah di kampus yang terletak di
> > bilangan Ciputat, Tengerang itu.
> >
> > Melawan Liberalisme di Kampus
> >
> > "Secara logika tidak pas. Karena menurut rencana
> > semula, yang mendorong saya untuk menjadi PNS itu
> > almarhum Prof. Harun. Karena tenaga saya
> dibutuhkan di
> > IAIN Jakarta," ujarnya.
> >
> > Akibat peristiwa ini, Prof. Dr. Harun Nasution,
> yang
> > juga dikenal sebagai pembawa dan penyebar aliran
> > Mu'tazilah ke Indonesia, khususnya di dunia
> perguruan
> > tinggi, merasa terkejut dengan peristiwa itu.
> "Beliau
> > sendiri bingung dan kaget dengan kejadian itu.
> Kerjaan
> > siapa ini?" sambungnya.
> >
> > Maklum saja. Dalam pandangan Harun, Daud Rasyid
> adalah
> > tenaga pengajar "langka" saat itu. Alasannya, IAIN
> > sangat membutuhkan doktor ahli hadis untuk
> mengajar di
> > program pascasarjana. Karena itulah, ketika
> mendengar
> > Daud Rasyid pulang ke Indonesia, Harun pun
> memintanya
> > mengisi mata kuliah Ilmu Hadis.
> >
> > Menurutnya, pembuangan dirinya ke IAIN Bandung
> > bukanlah hal yang tiba-tiba. Tapi, jauh-jauh hari
> > sudah didesain oleh petinggi IAIN saat itu. "Ini
> bukan
> > tanpa rencana, tapi sengaja," katanya.
> >
> > Waktu pun terus berjalan. Selama tiga tahun
> menjadi
> > dosen di IAIN Jakarta, selama itu pula ayah tujuh
> anak
> > ini mendapat serangan balik dan "teror" dari
> sejumlah
> > dosen dan petinggi IAIN yang tak senang dengan
> > pemikiran dan gerakan Daud Rasyid. "Terutama dari
> > sarjana lulusan Barat atau AS," paparnya.
> >
> > Ia menuturkan, keberadaan Daud Rasyid rupanya
> telah
> > membuat sebagian alumni Barat/AS gerah dan gundah.
> > "Program pembaratan mereka di IAIN terganggu
> dengan
> > keberadaan saya. Selama mengajar di sana saya
> melihat
> > memang terjadi pertarungan pemikiran antara
> kelompok
> > Barat, yang meliberalkan pemikiran Islam. Itu saya
> > hadapi di perkuliahan," terangnya.
> >
> > Celakanya, ada pihak-pihak yang mengadu-domba
> antara
> > Harun Nasution dengan Daud Rasyid. Maksudnya, agar
> > mantan rektor IAIN Jakarta itu tak simpatik lagi
> > dengan laki-laki kelahiran Tanjung Balai, Sumatera
> > Utara ini. Tapi, syukurnya Harun tak terpengaruh
> > dengan wacana dan ulah nakal itu.
> >
> > Namun, di usianya yang semakin uzur, tak lama
> kemudian
> > Harun mundur dari jabatan direktur PPs, usaha
> > mendeportasi Daud Rasyid ke IAIN Bandung
> terlaksana.
> > Daud Rasyid menjelaskan, kondisi Harun yang
> melemah
> > itulah yang mereka manfaatkan. "Karena sejak Pak
> Harun
> > tak lagi memimpin PPs, langkah mereka lebih
> leluasa.
> > Sebelumnya mereka sungkan dengan Prof. Harun,"
> ungkap
> > alumnus IAIN Sumut ini.
> >
> > "Mereka kadang mendorong mahasiswa untuk protes ke
> Pak
> > Harun. Artinya keberadaan saya tak nyaman bagi
> mereka.
> > Ketika Prof. Harun ketemu dengan saya, itu juga
> > disampaikannya ke saya. Ada sekelompok orang yang
> > mendatangi dia melaporkan tentang saya. Maka saya
> > tahu. Saya itu tak akan dibiarkan leluasa
> menyampaikan
> > tentang pemikiran Islam yang lurus. Mereka lalu
> > menunggu titik limitnya ketika Prof. Harun
> meninggal
> > dunia," sambung Daud.
> >
> > Sejak itu, aktivitas mengajar suami dari
> Iskamaliati
> > di PPs IAIN Jakarta dipangkas habis. "Satu mata
> kuliah
> > pun saya tak diberi," katanya. Selain dihabisi
> > gerakannya di PPs, ia juga sering dikucilkan. Tapi
> > bagi Daud, tidak jadi masalah, dakwah membasmi
> virus
> > liberalisme dan sekularisme di perguruan tinggi
> adalah
> > mulia dan harus dilaksanakan.
> >
> > Setelah peristiwa ini, sejumlah dosen dan pihak
> > di-cross- chek. Ada yang mengatakan tak tahu-
> menahu
> > masalah itu. Tapi ada juga yang menyebutkan bahwa
> > pemberhentian paksa dilakukan atas kebijakan
> rektorat,
> > yang kala itu dipimpin Azyumardi Azra.
> >
> > Mendengar jawaban yang berbeda-beda itu, Daud
> Rasyid
> > pun lantas menelusuri "sanad" kasus ini. Selidik
> punya
> > selidik rupanya di balik semua rekayasa tak fair
> itu
> > adalah rektor sendiri, yakni, Prof. Dr. Azyumardi
> > Azra, MA. "Ya, dia itu. Dia adalah otaknya, yang
> ingin
> > menyingkirkan saya dari IAIN Ciputat," urainya.
> >
> > Ia menilai, langkah para liberalis itu adalah
> sikap
> > yang tidak jujur. "Mereka tak dewasa. Apa yang
> mereka
> > gembar-gemborkan mengenai dialog dan berbeda
> pendapat,
> > semuanya itu bohong. Itu cuma di mulut saja.
> Mereka
> > itu adalah diktator. Kalau disuruh memimpin negeri
> > ini, wah kacau negeri ini," jelasnya.
> >
> > Daud Rasyid mengungkapkan, sebenarnya tak semua
> > mahasiswanya alergi dengan gagasan yang dibawanya.
> > Sebab, dari ceramah, diskusi dan ide-idenya itulah
> > para mahasiswa/i PPs tahu mana pemikiran Islami
> dan
> > mana yang bukan. "Ada mahasiswa yang mengatakan,
> > setelah Pak Daud di sini pemikiran Barat tidak
> > menghegemoni pemikiran kita," katanya mengutip
> > pernyataan mahasiswa(i)nya.
> >
> > Dengan larangan mengajar di PPs IAIN Jakarta, maka
> > secara otomatis pula, Daud Rasyid tak bisa
> mengajar di
> > program strata satu (S1). Pasalnya, ia harus
> hijrah ke
> > IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
> >
> > Hijrah ke Bandung
> >
> > Sebagai orang yang biasa hidup dalam pertarungan
> > pemikiran, Daud tak pernah takut untuk menghadapi
> > model pemikiran apapun. Maklum saja, selain fasih
> > berbicara tentang Islam, dosen PPs Ibnu Khaldun
> ini
> > juga mengusai pemikiran Barat.
> >
> > Karena itu, ketika ia diasingkan ke IAIN Bandung,
> > baginya masalah itu adalah hal yang biasa. Ketika
> awal
> > masuk IAIN Bandung, sekitar satu tahunan ia masih
> > diberi kesempatan untuk mengajar di PPs IAIN
> Bandung.
> >
> > Namun setelah, direktur PPs-nya tahu 'bahaya' Daud
> > Rasyid bagi gelombang dan arus pembaratan di
> kampus
> > tersebut, akhirnya ia juga mengalami nasib serupa.
> > Tapi, kali ini tak separah di Jakarta. "Di sini
> saya
> > masih diberi kesempatan mengajar S1. Rektornya
> > mendukung. Direkturnya saja yang takut dengan
> > keberadaan saya," ujarnya.
> >
> > "Tapi, sambungnya, secara umum kondisinya sama.
> Mereka
> > sudah dikuasai oleh pemikiran Barat. Anehnya,
> mereka
> > belajar Islam, tapi rata-rata pengetahuan Islam
> dan
> > bahasa Arabnya rendah," tambahnya.
> >
> > Ke Mesir, Taubat dari Pemikiran Liberal-Sekular
> >
> > Semula, aku Daud, dirinya termasuk mahasiswa yang
> > gandrung dengan pemikiran tokoh-tokoh
> > liberalis-sekularis. Sebut saja, misalnya,
> pemikiran
> > almarhum Nurcholis Madjid, alias Cak Nur. "Iya,
> saya
> > pernah mengagumi pemikiran Cak Nur. Buku-bukunya
> saya
> > baca," katanya.
> >
> > Dijelaskannya, dirinya sempat menjadi peminat
> > pemikiran liberalis-sekularis lantaran saat
> menjadi
> > mahasiswa Fakultas Syari'ah IAIN Sumatera Utara
> > (Sumut), Daud adalah aktivis Himpunan Mahasiswa
> Islam
> > (HMI). "Dulu, yang namanya anak HMI pasti membaca
> > buku-buku Cak Nur," akunya.
> >
> >
> > Namun, episode ini tak berlangsung lama. Setelah
> lulus
> > dari IAIN Sumut, Daud lantas hijrah ke Mesir. Di
> > negeri Sungai Nil inilah, ia mengalami perubahan
> > paradigma secara drastis. Melalui kegiatan membaca
> > karya-karya tokoh-tokoh sekular dan tokoh-tokoh
> > Islamis Mesir dan dunia Arab, pandangan Daud
> berbalik
> > 180 derajat. Ia tahu dan sadar benar, ternyata
> > pandangan hidup dan pemikiran sekular adalah
> keliru.
> > Dari situlah Daud Rasyid mengikuti jejak Sayyid
> Qutb.
> > Yakni, kritis terhadap pemikiran dan gaya hidup
> Barat.
> >
> > "Saya baca buku-buku tokoh sekuler yang menjadi
> > guru-guru mereka seperti Ali Abdul Raziq, Thaha
> Husein
> > dan sebagainya," paparnya. Selain itu, Daud, yang
> kutu
> > buku sejak kecil juga melahap karya-karya
> tokoh-tokoh
> > Islam seperti Al-Maududi, Sayyid Qutb dan lainnya.
> Tak
> > hanya itu, ia juga berdialog langsung dengan tokoh
> dan
> > pemikir dari berbagai kalangan di Mesir.
> >
> > Cerdas dan Kritis
> >
> > Banyak orang cerdas, tapi sedikit orang yang
> kritis
> > terhadap masalah. Daud Rasyid kecil termasuk anak
> yang
> > cerdas. Dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan
> > tinggi, belajarnya selalu double, alias di dua
> tempat.
> > "Kebiasaan ini berlanjut sampai di perguruan
> tinggi,"
> > ujar alumnus Fakultas Hukum Universitas Sumut
> (USU).
> >
> > Menurutnya, belajar di dua tempat bukanlah hal
> yang
> > berat. Karena itu, ia menikmatinya. Prestasinya
> selama
> > belajar selalu gemilang. "Alhamdulillah saya juara
> > satu terus," kenangnya. Prestasi membanggakan,
> juga ia
> > raih ketika menyelesaiakan program S2 dan S3 di
> > Universitas Kairo. "Disertasi saya meraih predikat
> > summa cumlaude," terangnya.
> >
> > Dituturkannya, ibunyalah yang mendorongnya untuk
> > belajar tekun dan sungguh-sungguh. Karena itu
> pula,
> > sejak usia SD ia sudah terbiasa membaca kitab
> kuning.
> >
> > Inspirasi dari sang bundanya itu, kini ia wariskan
> > kepada tujuh buah hatinya. Ia bersama istri
> tecintanya
> > membiasakan anak-anaknya untuk dekat dengan
> Al-Qur'an.
> > Karena itu pula membaca dan menghafal ayat-ayat
> Allah
> > itu adalah menjadi kebiasaan keluarga ini.
> >
> > Bagaimana hasilnya? sudah bisa ditebak.
> Putra-putri
> > Daud Rasyid adalah para penghafal Al-Qur'an.
> "Sudah
> > ada yang hafal 30 juz. Tapi baru satu orang, yang
> > bungsu. Sekarang lagi kelas III Madrasah Aliyah,"
> > imbuhnya. (dina)
> > http://www.eramuslim.com/br/pr/5b/21889,1,v.html
> >
> >
> >
> >
> >
> > Tertarik masalah Ekonomi? Mari bergabung ke milis
> Ekonomi Nasional
> > Kirim email ke:
> [EMAIL PROTECTED]
> >
> >
> >
> >
> > __________________________________
> > Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005
> > http://mail.yahoo.com
> >
> >
> >
> >
>
***************************************************************************
> > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat
> Persahabatan. Menuju Indonesia
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
> http://www.ppi-india.org
> >
>
***************************************************************************
> >
>
__________________________________________________________________________
> > Mohon Perhatian:
> >
> > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA
> (kecuali sbg otokritik)
> > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg
> akan dikomentari.
> > 3. Reading only, http://dear.to/ppi
> > 4. Satu email perhari:
> [EMAIL PROTECTED]
> > 5. No-email/web only:
> [EMAIL PROTECTED]
> > 6. kembali menerima email:
> [EMAIL PROTECTED]
> >
> > Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 


Tertarik masalah Ekonomi? Mari bergabung ke milis Ekonomi Nasional
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]


        
                
__________________________________ 
Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005 
http://mail.yahoo.com


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving.
http://us.click.yahoo.com/BrzMLB/EbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke