RIAU POS
Sabtu, 03 Desember 2005 

      Aneh, Jumlah RTM Bertambah 10,4 Juta Jiwa        

     
      JAKARTA (RP) - Kantor Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) 
menemukan keganjilan tambahan 10,4 juta Rumah Tangga Miskin (RTM). Selain 
jumlahnya hampir menyamai dengan jumlah RTM yang telah mendapatkan bantuan 
tunai langsung (BTL), juga keganjilan ini terlihat isian formulir yang sengaja, 
RTM mengaku-aku miskin. 


      ''Makanya hasil verifikasi nanti, jumlah tambahan penerima KKB ini tidak 
akan sama dengan jumlah pengajuan sebanyak 10,4 juta RTM,'' kata Menko Kesra, 
Alwi Shihab. Jumlah ini pasti berkurang. Sayangnya Menko Kesra belum dapat 
memastikan jumlah penerima KKB. Berdasarkan pantauan JPNN, kemarin, petugas 
kantor Menko Kesra dan Badan Pusat Statistik masih sibuk melakukan verifikasi 
penerima KKB. 


      Kata Shihab, proses verifikasi ini ditargetkan selesai pada akhir 
Desember ini. Hal ini setelah usulan pihak BPS atas tambahan dana sebesar 
Rp65,6 miliar terkabul. Sedangkan untuk pencairan KKB akan dilakukan pada 
Februari. ''Agar pelaksanaan pembagian BTL transparan serta dilakukan 
pengawasan langsung oleh masyarakat, 14 kriteria miskin akan dipampang pada 
setiap kantor kelurahan/desa, serta kantor kecamatan,'' tambah Sihab. 


      14 kriteria miskin tersebut di antaranya, RTM hanya makan dua kali 
sehari, mempunyai asset di bawah Rp750.000. Tidak itu saja, Menko Kesra juga 
menggandeng aparat kepolisian dalam penyaluran KKB. Sehingga warga yang 
benar-benar miskin saja yang berhak mendapatkan BTL ini. 


      Hingga 18 November, BTL yang sudah tersalurkan mencapai 85 persen, atau 
sebanyak 12.276.000 RTM, sedangkan uang yang tersalurkan sebanyak Rp3,7 
triliun. 


      Sedangkan penyaluran BTL paling rendah terjadi di Provinsi Papua, yakni 
hanya 16,98 persen. Hal ini disebabkan letak geografis yang sulit terjangkau 
dalam penyaluran BTL ini. Sedangkan di Aceh dan Pulau Nias, masih 0 persen. Ini 
disebabkan karena di dua wilayah ini sedang dilakukan sensus penduduk. 


      Sementara itu, Komisi VIII DPR RI menyarankan pemerintah membuat 
posko-posko pengaduan masyarakat hingga tingkat desa maupun kelurahan. Selain 
itu, Kantor Pos diharapkan membuka pusat-pusat pengambilan uang yang mendekati 
pemukiman penduduk di daerah pedalaman.


      ''Ini sebagai bentuk pertanggungjawaban publik, sehingga berbagai bentuk 
penyimpangan dapat cepat direspon dan ditindaklanjuti. Oleh karenanya, Dirjen 
Bantuan dan Jaminan Sosial Depsos bersama pihak terkait seperti pemerintahan 
kabupaten/kota perlu mendirikan pos pengaduan dan mengumumkannya kepada 
publik,'' tegas anggota Komisi VIII DPR RI, Asiah Salekan BA.


      Setelah dilakukan evaluasi, papar Asiah bahwa kendala dan permasalahan 
program BLT yang terjadi terutama pendataan yang sangat dipengaruhi luasnya 
daerah, prasarana transportasi terbatas untuk daerah pedalaman, sehingga harus 
melalui sungai, sepertiga kecamatan tidak ada pegawai BPS karena pensiun dan 
pemekaran kecamatan yang tentu sangat berpengaruh pada kinerja lembaga sensus 
ini. Selain itu waktu pendataan yang terbatas. 


      Asiah juga memaparkan ada 4 faktor yang menyebabkan kesalahan pendataan, 
yaitu ketua RT atau kepala dusun yang tidak jujur dengan mencantumkan nama 
kerabat, kenalan atau orang yang disenangi padahal tidak miskin. ''Kita juga 
menilai ada petugas pendata yang tidak cermat dalam mendata atau mungkin tidak 
mendatangi rumah tangga miskin untuk diwawancarai tetapi mengisi kuesioner 
berdasarkan informasi ketua RT atau orang lain,'' paparnya.


      Ada juga, kata Asiah kepala rumah tangga yang tidak jujur, ketika 
diwawancarai petugas pendata jawabannya cenderung salah seperti tidak mampu 
makan 3 kali, tidak mampu membeli pakain, tidak punya tabungan dan lainnya. 


      ''Data sebelumnya sebagai referensi ada yang salah seperti penerima 
raskin, askes atau pra sejahtera. Kita minta bersamaan dengan pendistribusian 
KKB dilakukan pencocokan dan penelitian (coklit). Jika ditemukan rumah tangga 
penerima KKB tidak layak miskin, maka KKB-nya ditahan dan dibatalkan. 
Sebaliknya jika ditemukan atau dilaporkan ada rumah tangga yang benar-benar 
sangat miskin belum terdata, maka akan segera diproses untuk memperoleh KKB,'' 
minta Asiah.


      Selain itu, kata anggota Fraksi Partai Golkar ini dalam penyaluran juga 
ditemukan kendala dimana rumah tangga miskin di pedalaman akan menemui 
kesulitan dalam mengambil bantuan tersebut karena biaya transportasi ke Kantor 
Pos atau Kantor Desa sangat mahal serta terbatasnya personil Kantor Pos untuk 
menjangkau daerah-daerah sulit. 


      ''Kita minta juga Kantor Pos harus bisa menyediakan pusat-pusat 
pengambilan uang BLT yang mendekati pemukiman penduduk di daerah pedalaman,'' 
sarannya.(unt/dek/jpnn)  


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/cRr2eB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to