http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=128711


            Idealisme Pendidikan dalam Iklim Bisnis
            Oleh Dewi Coryati 


            Sabtu, 3 Desember 2005
            Saat ini, di banyak kota bermunculan sekolah-sekolah unggulan. 
Untuk masuk dan mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah unggulan tersebut, 
diperlukan biaya yang sangat besar. Itu disebabkan sekolah-sekolah tersebut 
biasanya memberikan fasilitas, baik berupa perangkat keras maupun perangkat 
lunak, termasuk di dalamnya kurikulum pendidikan, yang mempunyai nilai lebih 
jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah konvensional dalam arti 
sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum nasional pada umumnya. 

            Muncul dan mulai menjamurnya sekolah-sekolah unggulan merupakan 
bentuk nyata dari kritik terhadap sistem pendidikan nasional negeri kita yang 
dipandang kurang memadai. Sesungguhnya banyaknya kritik terhadap sistem 
pendidikan nasional, menunjukkan adanya idealisme masyarakat dalam hal 
pendidikan. Ini positif untuk melahirkan sistem pendidikan baru yang lebih 
ideal dan dapat memenuhi tuntutan zaman yang sudah mengalami banyak 
perkembangan. 

            Di sekolah-sekolah milik pemerintah dan swasta dengan sistem 
konvensional, dengan perangkat lunak dan perangkat keras yang terbatas, 
termasuk sumber daya pengajar yang sering kali asal-asalan, apalagi jika tenaga 
pengajarnya adalah mereka yang berprinsip "daripada tidak mempunyai pekerjaan 
lain", tentu ini kurang memuaskan mereka yang mempunyai kelebihan finansial dan 
paham tentang perlunya sistem dan fasilitas pendidikan yang lebih baik bagi 
anak-anak mereka. Dengan fasilitas-fasilitas lebih tersebut, mereka berharap 
anak-anak mereka akan jauh lebih berkembang dan kemampuan mereka bisa 
benar-benar tersalurkan secara optimal. 

            Keinginan tersalurkannya kemampuan secara optimal bagi kalangan 
berduit ini dirasa sangat penting mengingat dunia sekarang sudah menjadi 
sedemikian kompetitif. Karena itu, anak-anak mereka perlu diberikan bekal 
pendidikan yang dapat menjamin masa depan mereka. Tentu saja jaminan itu akan 
ada jika anak-anak mereka mempunyai pengetahuan dan skill yang lebih jika 
dibandingkan dengan anak-anak dari masyarakat kalangan kebanyakan dengan 
kemampuan ekonomi biasa-biasa saja atau bahkan pas-pasan. 

            Singkatnya, sekolah unggulan didirikan untuk menciptakan sumber 
daya manusia yang mampu eksis dalam iklim kompetitif seperti sekarang. Dengan 
kemampuan yang andal, tentu mereka akan mampu tampil sebagai manusia-manusia 
siap pakai untuk berkiprah dalam kehidupan nyata nantinya yang penuh dengan 
persaingan yang sangat keras. Inilah yang kemudian ditangkap oleh mereka yang 
berinsting bisnis tajam sebagai sebuah peluang baru. Dengan mengembangkan 
sistem pendidikan baru yang menawarkan berbagai macam kelebihan dibandingkan 
lembaga pendidikan konvensional, ternyata berhasil menarik banyak orangtua 
untuk memasukkan anak mereka ke sekolah-sekolah unggulan tersebut, walaupun 
biaya yang dikeluarkan bisa mencapai belasan kali lipat daripada biaya di 
sekolah-sekolah negeri dan swasta konvensional. 

            Dominasi Orang Kaya


            Karena biaya yang sangat besar, tentu saja sekolah unggulan hanya 
bisa dinikmati oleh anak-anak dari kelas ekonomi atas perkotaan. Lalu, 
bagaimana dengan anak-anak dari kalangan menengah dan bahkan miskin serta yang 
berada di daerah-daerah pinggiran? Tentu mereka selamanya hanya akan menikmati 
pendidikan dengan sistem konvensional yang tentu saja akan berpengaruh terhadap 
kualitas sumber dayanya. Tentu tidak akan ada yang menyangkal bahwa perbedaan 
perlakuan dalam pendidikan akan melahirkan out put peserta didik dengan 
kemampuan yang berbeda pula. Dengan kata lain, perlakuan yang lebih baik, tentu 
akan menghasilkan out put yang lebih baik pula. 

            Jika berpikir lebih luas, pendidikan yang diperoleh di sekolah akan 
berpengaruh terhadap pendidikan anak-anak tersebut selanjutnya di jenjang yang 
lebih tinggi. Ketika memasuki masa kuliah, anak-anak dari kalangan ekonomi 
menengah ke bawah akan bersaing dengan anak-anak dari sekolah unggulan untuk 
memperebutkan kursi di perguruan tinggi. Sesungguhnya ini adalah persaingan 
yang sangat tidak fair, karena tidak mungkin semut dilawankan dengan gajah. 
Inilah sebuah pengibaratan yang sangat cocok untuk melihat realitas bahwa 
hampir bisa dipastikan anak-anak dari kalangan menengah ke bawah akan kalah 
dalam persaingan untuk memperebutkan kursi perguruan tinggi tersebut. 

            Dengan perlakuan yang berbeda, tentu saja anak-anak dari kalangan 
kaya akan lebih berpeluang untuk memperebutkan bangku kuliah di 
perguruan-perguruan tinggi negeri favorit karena potensi kemampuan mereka yang 
tersalurkan secara optimal. Apalagi, mereka biasanya masih mendapatkan 
pelajaran-pelajaran tambahan dari lembaga-lembaga kursus. Belum lagi, kalau 
kalangan kaya menggunakan kekuatan uang untuk membeli kursi perguruan tinggi 
yang sekarang terjadi karena berubahnya status perguruan-perguruan tinggi 
negeri ternama menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang kemudian dijadikan 
sebagai alat legitimasi untuk menarik berbagai macam bentuk dana sumbangan 
dengan jumlah yang tidak sedikit. Tentu saja, lagi-lagi anak-anak dari kalangan 
menengah-miskin tidak akan bisa berbuat apa-apa. 

            Realitas ini tentu sangat memrihatinkan. Pendidikan yang seharusnya 
melahirkan individu-individu penuh rasa empati, malah melahirkan para predator 
yang memangsa para pesaing yang sesungguhnya tidak "sekelas". 

            Pemerintah seharusnya mulai berpikir untuk menyelesaikan persoalan 
ini. Sebab kalau kondisi seperti ini dibiarkan, maka jurang kesenjangan sosial 
dalam masyarakat akan semakin melebar. 

            Walaupun sekarang ini banyak pengangguran terdidik, tetapi siapa 
pun pasti setuju, mereka yang lebih terdidik apalagi terdidik di 
lembaga-lembaga pendidikan ternama, tentu akan lebih berpeluang. Hal ini akan 
menimbulkan rasa frustrasi di kalangan mereka yang tertutup peluangnya. Dan, 
tentu saja ini akan berpotensi bisa menyebabkan kerawanan sosial. 

            Dalam skala ekstrem, ini akan dapat menyulut terjadinya gerakan 
yang menuntut revolusi sosial yang biasanya hampir selalu dibarengi dengan 
kerusuhan sosial. Tentu hal ini tidak diharapkan terjadi. Karena itu, 
pemerintah harus mulai mengambil kebijakan-kebijakan dalam bidang pendidikan 
yang lebih baik lagi yang bisa menunjukkan rasa empati kepada masyarakat kecil. 

            Dengan cara inilah, pemerintahan akan bisa dirasakan eksistensinya 
oleh masyarakat karena menjalankan fungsi-fungsi yang dibutuhkan oleh rakyat, 
terutama oleh rakyat kecil yang jumlahnya mayoritas. Jika tidak, tentu 
masyarakat akan bertindak semaunya sendiri, tidak akan ada kepatuhan kepada 
pemerintah karena kepatuhan mereka kepada pemerintah tidak mempunyai implikasi 
apa-apa pada kehidupan mereka sehari-hari. Wallahu a'lam. *** 

            Penulis staf ahli DPR-RI, peserta Program
            Pascasarjana Ilmu Politik UI.  
     
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/LeSULA/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to