Seorang bocah melipat tubuhnya kedinginan di sudut taman kota yang lusuh. Wajahnya, gelap tiada bersemangat. Mulutnya, nampak mengharapkan sesuatu di tengah malam seperti ini. Sudah seharian, orang-orang tiada mengulurkan tangannya. Ia, memang selalu kalah dengan anak-anak pemulung lainnya yang jauh lebih tinggi dan kekar. Badannya terlalu kecil untuk menjadi seorang pengemis jalanan. Air matanya menetes ke tanah, penuh kelelahan.
Saelan nama saya. Apabila turun hujan badan saya gemetar kedinginan, karena rumah maupun pakaian hangat tidak saya miliki. Satu-satunya pakaian yang saya miliki hanya kaos oblong yang melekat di badan saya, sepatu hanya merupakan impian yang tidak pernah tercapai sejak saya lahir. Tempat tidur kami adalah batu trotoir yang keras dan kotor. Sering kali kami harus tidur dengan perut kosong, karena tak ada makanan saya miliki, sehingga seringkali saya bertanya untuk apa saya dilahirkan di dunia ini? Saya hanyalah seorang anak jalanan yang tidak di inginkan, bahkan dianggap sebagai lalat maupun sampah, yang harus dijauhi bahkan kalau bisa dibuang. Sejak saya lahir tidak pernah saya mendapatkan belaian kasih, ataukan pelukan lembut dari seorang ayah maupun ibu, rasa lapar masih bisa saya tahan, tetapi dahaga akan kasih, siapa yang bisa dan mau memberikannya kepada kami anak jalanan? Satu-satunya manusia yang tertarik akan nasib kami, adalah seorang Romo, ia adalah pengganti keluarga kami, ia adalah pengganti ayah kami. Ia tidak menjejali saya dengan segala macam ayat, tetapi ia mempraktekan apa yang tercantum di dalam ayat, kami tidak membutuhkan agama, yang kami butuhkan ialah kasih dari seorang ayah, kasih seorang kakak, kasih seorang ibu yang tak pernah kami dapatkan dan Romo inilah satu-satunya manusia yang masih perduli akan nasib kami dan yang masih mau memberikan kasihnya kepada kami. Ia selalu menasehati dan menegor kami, agar kami bisa menghargai tubuh kami, karena itulah satu-satunya yang masih kami miliki seutuhnya, ia selalu menasehati agar kami tidak menjual tubuh kami. Kami memanggil dia Mo Gani, pakaiannyapun tidak beda jauh dengan kami, kaos oblong yang dekil dan sendal jepit, karena ia memberikan dan membagi semua yang ia miliki dengan kami. Hampir tiap hari ia makan bersama dengan kami dan ia makan apa yang kami makan. Bahkan tidak ragu-ragu ia turut mencari makanan dan makan dari tempat sampah di resto-resto mewah seperti Mc Donald. Cita-cita saya ingin menjadi seorang pemain sepak bola, tetapi bertepatan pada hari Natal kemarin, saya ditabrak oleh motor yang lagi ngebut dan setelah ia menabrak saya ia minggat. Ia tidak perduli bahwa saya luka parah dan darah mengalir tiada hentinya, untung ada si Udin kawan saya, yang membantu menitih dan membawa saya kerumah sakit. Walaupun saya menggerang kesakitan, tetapi tidak ada seorang Dr maupun perawat yang perduli akan nasib saya, dalam saat tsb saya berpikir kenapa anjing saja mendapatkan lebih banyak perhatian daripada kami anak manusia. Untung beberapa saat kemudian Mo Gani dtg sehingga timbul kembali harapan saya, tetapi rupanya ia juga tidak bisa menolong banyak. Bahkan ia juga dianggap seperti kami anak jalanan, karena penampilannya yang serupa dengan kami, sehingga pihak rumah sakit tetap bersikeras menuntut jaminan biaya terlebih dahulu. Apalagi biaya yang dibutuhkan sangat banyak sekali sekitar Rp 6 juta. Mo Gani tidak memiliki uang, karena apa yang ia miliki selalu diberikan dan dibagikan kepada kami anak-anak jalanan. Menurut Dr kalau kaki saya tidak segera di operasi, maka saya akan menjadi cacad seumur hidup. Saya harus jalan dengan tongkat seumur hidup, saya tidak akan bisa berlari-larian lagi, saya tidak akan bisa bermain lagi dan musnahlah harapan saya satu-satunya untuk bisa menjadi pemain sepak bola. Saya pikir menjelang Natal ini mungkin masih ada sedikit rasa kasih diantara sesama manusia, tanpa melihat agama apapun yang kita anut, adakah pembaca yang rela mau membantu saya? Saya tidak mengharapkan untuk mendapat pendidikan yang tinggi, satu-satunya harapan ialah saya bisa sembuh dan berjalan lagi. Apakah harapan saya terlalu tinggi? Ataukah saya sudah ditakdirkan untuk menjadi pincang dan cacad seumur hidup???? Apabila ada pembaca yang rela dan bersedia membantu saya untuk meringankan pergumulan Mo Gani harap bantuan dikirimkan ke rekening dibawah ini: Sumbangan mohon dikirimkan ke Rekening BCA 222 001 036 1 atas nama Robertus Agus Waskito Saya akhiri tulisan ini dengan ucapan banyak terima kasih sebelumnya berikut Ucapan Selamat Hari Natal Salam kasih dengan tabik jabat tangan erat Mang Ucup Email: [EMAIL PROTECTED] Homepage: www.mangucup.org ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Clean water saves lives. Help make water safe for our children. http://us.click.yahoo.com/YNG3nB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/