http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=6028

Rabu, 14 Des 2005,


Cegah Santri Belajar Perang 
Berdalih Jihad di Luar Negeri


JAKARTA - Anggota Tim Penanggulangan Terorisme (TPT) Departemen Agama Dr 
Azyumardi Azra mengimbau pimpinan pesantren agar melarang santrinya ikut 
program pendidikan perang di luar negeri. Keikutsertaan dalam program yang 
dianggap sebagai jihad seperti inilah yang dinilai menjadi bibit munculnya 
teroris-teroris baru.

"Mereka (santri, Red) harus dicegah untuk ikut perang-perangan di Mindanao atau 
Afghanistan," lanjut Azra. Menurut dia, beberapa pelaku teror bom di Indonesia 
adalah alumni pola pelatihan seperti ini luar negeri.

Dia menjelaskan, menjadikan seseorang sebagai teroris perlu waktu cukup 
panjang. Salah satunya mengikuti latihan militer di negara konflik. "Apa pun 
latar belakang pendidikannya, seseorang harus melalui tahap yang panjang dan 
rumit untuk menjadi seorang teroris," lanjutnya. 

Menurut Azra, memagari pesantren dari proses rekrutmen jaringan teroris adalah 
memberikan pengertian lebih tepat mengenai haramnya bunuh diri mengatasnamakan 
jihad. Dia menjelaskan, saat ini TPT menyusun konsep kontra wacana mengenai 
jihad dan bunuh diri. "Nanti ada bedah buku dan penerbitan buku atau 
selebaran," lanjutnya.

Azra juga meminta para santri mewaspadai hidden curriculum (kurikulum 
tersembunyi) yang biasa disampaikan di luar jam belajar. Sebab, beberapa materi 
pada hidden curriculum biasanya berisi pengetahuan di luar kurikulum yang 
dikeluarkan Depdiknas dan Departemen Agama.

Menurut Azra, hidden curriculum biasa diberikan selesai salat subuh atau di 
luar jam pelajaran lainnya. "Kalau pelajaran itu disampaikan oleh guru yang 
mempunyai pandangan sempit, bisa bahaya," ujarnya. Karena itu, perlu ada 
penyempurnaan kurikulum pendidikan, khususnya di pesantren.

Kurikulum yang dimaksud Azra adalah kombinasi buatan Depdiknas dan Depag. Dia 
menambahkan, sistem pendidikan di pesantren sudah cukup ideal. Namun, perlu 
beberapa penyempurnaan, khususnya oleh Depag sebagai suplemen tambahan dari 
materi yang disusun Depdiknas.

Penyempurnaan itu, menurut Azra, dilakukan agar para santri tidak melihat 
segala sesuatu dari sudut pandang agama saja. Apakah itu tidak akan menjadikan 
sistem pendidikan sekuler di pesantren? Azra menyatakan ilmu pengetahuan umum 
sangat diperlukan sebagai referensi intelektual para santri.

Tentang rencana sidik jari para santri, Azra menyatakan penolakannya. Menurut 
dia, langkah itu sangat reaksioner, eksesif, dan kontraproduktif. Akibatnya, 
umat muslim akan apatis karena merasa dicurigai. "Pendataan sidik jari akan 
berakibat penolakan luas dari masyarakat," jelasnya. (cak)

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/LeSULA/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke