** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=202036

Rabu, 14 Des 2005,


Mewujudkan Demokratisasi di Ruang Publik 
Oleh Laili Ima Fahriani *


Realitas sosial saat ini telah membuktikan bahwa perempuan tak lagi seperti 
yang diasumsikan selama ini: makhluk yang lemah, lembut, kurang mampu mengemban 
tanggung jawab besar, emosional, dan tidak cerdas. 

Buktinya, pada era modern yang penuh kompetitif ini, banyak perempuan tak lagi 
mau mendekam di rumah untuk dan wajib bisa macak, masak, dan manak (berhias, 
memasak, dan melahirkan, Red). Perempuan saat ini terus bergegas agar menjadi 
mitra yang baik bagi suami, anak, masyarakat, bangsa, dan negara. 

Perempuan masa kini dituntut untuk terus dapat mengatur kehidupan rumah tangga, 
mendidik anak, berkarir, menghasilkan nafkah yang halal, berkiprah di 
masyarakat, memiliki dedikasi, dan kesetiaan sebagai esensi konsep kehidupan 
modern kaum perempuan. 

Peran perempuan pada era modern ini memang berada dalam persimpangan jalan 
antara peran publik dan peran domestik. Fenomena itu kemudian memunculkan 
dikotomi peran perempuan. Peran publik berkaitan dengan perempuan yang bekerja 
di sektor publik (karir) dan peran domestik yang berhubungan dengan kehidupan 
rumah tangga. 

Wacana dikotomi peran perempuan itu sebenarnya sangat terkait hak dan kewajiban 
perempuan itu sendiri, apakah perempuan harus berperan di sektor domestik 
(rumah tangga) atau di sektor publik (berkarir). Perdebatan tersebut 
memunculkan upaya solusi sebagai jalan tengah, yakni peran ganda perempuan, 
yaitu peran perempuan di sektor publik dan di sektor domestik sekaligus.

Namun, peran ganda perempuan itu juga memunculkan persoalan baru berkaitan 
dengan hak dan kewajiban perempuan itu sendiri. Sebab, dengan sendirinya, peran 
ganda akan memunculkan beban ganda pula bagi perempuan.

Implikasi dari pemisahan (dikotomi) berdasar gender adalah munculnya pembagian 
wilayah kehidupan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dianggap lebih 
tepat bekerja di sektor publik, sedangkan perempuan lebih cocok berada di 
wilayah domestik. Dikotomi seperti itu, rupanya, sudah dianggap pembagian yang 
benar dan adil oleh masyarakat umum. Dan, pembagian seperti itu didukung dan 
dilanggengkan pranata-pranata sosial di masyarakat yang memang masih sangat 
patriarkis.

Padahal, fenomena perempuan yang bergerak di wilayah publik pada dasarnya 
adalah upaya perempuan untuk keluar dari dominasi laki-laki. Selain sebagai 
upaya mencari identitas baru bagi dirinya, yaitu tidak hanya sebagai istri, hal 
itu juga sebagai perempuan karir (Abdullah, 1997).

Tetapi, upaya tersebut terbentur budaya atau kepercayaan masyarakat, bahkan 
kaum perempuan sendiri, bahwa perempuan memang seharusnya berada dalam ranah 
privat atau domestik. 

Menepis Stigma Negatif

Ketika perempuan bekerja di luar rumah atau yang disebut wanita karir, dia 
harus siap mental dengan berbagai cercaan. Sebab, publik mengasumsikan bahwa 
perempuan yang seperti itu dianggap ambisius, tidak peduli suami dan 
keluarganya, serta hanya mengejar kepentingan diri sendiri. Bahkan, bila ada 
perempuan mampu meraih pendidikan tinggi, dia boleh jadi dinilai sebagai 
perempuan aneh, egois, dan sebagainya. 

Stigma negatif seperti itu tampak tersirat dari berbagai lontaran dalam diskusi 
tentang keterlibatan perempuan di ruang publik. Bahkan, masyarakat kita 
memahami tentang gerakan emansipasi wanita yang selama ini terus dikampanyekan 
hanya akan bertekuk lutut pada aneka bentuk eksploitasi dengan berpayung pada 
jargon emansipasi itu sendiri. Ornamen-ornamen standar baku kontrol terhadap 
perempuan yang berlaku di mana-mana adalah terkait ketaatan kepada suami, 
larangan bekerja di wilayah publik, dan sebagainya. 

Padahal, Haideh Moghissi, feminis kelahiran Iran, sangat menolak pendapat yang 
menyatakan bahwa perempuan yang bekerja di wilayah domestik (rumah tangga) akan 
mendapatkan perlindungan dari hasrat seksual laki-laki atau bentuk eksploitasi 
lainnya. 

Dengan argumen yang mendasar, dia menyatakan bahwa aturan yang sangat ketat 
selama ini tidak mampu melindungi perempuan dari aneka bentuk eksploitasi. 
Jadi, wilayah domestik bukan solusi dan yang menjadi solusi adalah pemikiran 
dan obsesi seseorang mengenai tubuh perempuan (Feminisme dan Fundamentalisme 
Islam, 2005).

Karena itu, bagi perempuan modern, yang harus terus diperjuangkan ialah 
mewujudkan demokratisasi di ruang publik (public sphere) dengan terus mendorong 
perempuan memperoleh akses seluas-luasnya. Sebab, hanya di ruang publik itulah 
setiap individu mempunyai kedudukan yang setara. Oleh karena itu, perempuan 
harus benar-benar mengusai dan mampu melakukan apa yang disebut Gramsci sebagai 
counter hegemony terhadap dominasi ideologi patriarki. 

Itu merupakan suatu pekerjaan dan tantangan tersendiri bagi kaum perempuan. 
Feminis Prancis Anne Leclerc dalam bukunya, Parole de Femme (1974), mengatakan 
bahwa serangkaian gerakan pembebasan bukanlah merupakan perlawanan terhadap 
kaum laki-laki, tapi bertujuan menghapus segala bentuk diskriminasi dan 
ketidaksetaraan menuju tata dunia yang lebih beradab.

*. Laili Ima Fahriani, mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam UIN Sunan Kalijaga, 
Jogjakarta


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help the victims of the Pakistan/India earthquake rebuild their lives.
http://us.click.yahoo.com/it0YpD/leGMAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Kirim email ke