REPUBLIKA Selasa, 13 Desember 2005
Implementasi Hak Sosial Ekonomi Yuddy Chrisnandi Pengajar Universitas Nasional Jakarta, Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia Selama ini, disadari atau tidak, sebenarnya negara tidak pernah menghargai materi dan prinsip penegakan hak sosial-ekonomi-budaya. Justru di era neo-liberalisme, pemerintahan transisi dari BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, semakin menelantarkan hak sosial-ekonomi-budaya rakyat melalui berbagai kebijakan ekonomi-politik yang merugikan. Setiap 10 Desember beberapa kelompok orang yang dikenal sebagai aktivis human rights defender, kaum pembela hak asasi manusia, di sejumlah kota besar di Tanah Air merayakan Deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia. Perayaan itu mereka lakukan dengan berbagai cara. Yang paling sering dilakukan adalah seminar, diskusi, atau tindakan-tindakan yang pada esensinya adalah kata-kata. Waktu dan ruang pada setiap tanggal 10 Desember yang mereka ciptakan adalah ruang yang berisi dan diisi dengan kata-kata. Mereka saling mempertukarkan kata-kata di antara mereka sendiri. Ada juga kelompok yang sudah meninggalkan ruang mewah hotel berbintang sekian untuk turun ke jalan. Mereka berdemonstrasi. Tapi, yang didemonstrasikan adalah kata-kata --kali ini dalam bentuk protes yang diteriakkan atau ditulis dalam spanduk ataupun selebaran. Juga tak ketinggalan komentar yang bobotnya cukup berat. Mereka menganalisis bahwa situasi dan kondisi hak-hak asasi manusia di Indonesia belum ada kemajuan, atau malah semakin parah. Biasanya, disebutkan bahwa situasi dan kondisi tersebut karena para pelanggar HAM masih bertengger pada posisi kuasa, yang kini malah semakin kokoh saja. Artinya, yang dianalisis dan disebut sebagai penyebab adalah pihak lawan dari pihak pembela HAM. Dengan kata lain, sangat jarang, kalau bukannya malah tiada, disebutkan dan dianalisis kelemahan pihaknya sendiri, para pembela hak asasi manusia. Namun, meski seandainya pun disebutkan dan dianalisa kelemahan pihaknya sendiri, malah diutarakan sepatah dua patah kata usulan perubahan dan perbaikan, tapi biasanya, perbaikan dan perubahan itu tak kunjung tiba, kalau bukannya malah tidak dikerjakan. Atau, kalau pun dicoba untuk dikerjakan, biasanya, dihambat oleh teman-teman kerjanya sendiri. Aktivis alpa Tapi, sesungguhnya, aktivis human rights defender tersebut telah alpa akan realitas yang terjadi di masyarakat. Bahwa sebetulnya, yang mereka upayakan adalah rasa keadilan bagi kondisi HAM rakyat marjinal. Ironisnya, sepanjang sejarah negeri ini, hal tersebut kurang terperhatikan. Pada saat bangsa-bangsa sedunia merayakan peringatan Deklarasi HAM 10 Desember, ada catatan penting bagi bangsa ini menyangkut kondisi HAM rakyat marjinal selama 2005 ini. Catatan penting tersebut adalah: Pertama, bahwa selama ini pengakuan pemerintah dan masyarakat terhadap upaya penghormatan dan implementasi penegakan hak sosial-ekonomi-budaya masih sangat lemah. Padahal hak sosial-ekonomi-budaya merupakan salah satu korpus HAM selain hak sipil-politik, yang telah banyak diperjuangkan oleh berbagai komponen pegiat demokrasi. Kedua, sepanjang 2005 banyak sekali praktik pelanggaran hak sosial-ekonomi-budaya-khususnya rakyat marjinal- oleh negara dan kroni ekonomi-politik kekuasaan (negara). Praktik pelanggaran hak sosial, ekonomi, dan budaya ini antara lain adalah: pengurangan subsidi sosial (pendidikan, kesehatan) oleh negara dengan dalih mengurangi beban anggaran negara, penggusuran kaum miskin kota dari lokasi kerja untuk mempertahankan hidup (semacam penggusuran becak di Jakarta, penggusuran pedagang kaki lima, dan sebagainya), serta perampasan tanah oleh kekuatan modal yang didukung aparat negara. Belum lagi dua kali kenaikan harga bahan bakar minyak pada Maret dan awal Oktober 2005 yang makin memurukkan kesejahteraan hidup kelompok marjinal. Ujung-ujungnya, daya beli masyarakat merosot dan jumlah penduduk miskin pun makin bertambah. Selama ini disadari atau tidak sebenarnya negara tidak pernah menghargai materi dan prinsip penegakan hak sosial-ekonomi-budaya. Justru di era neo-liberalisme, pemerintahan transisi dari BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla semakin menelantarkan hak sosial-ekonomi-budaya rakyat melalui berbagai kebijakan ekonomi-politik yang merugikan. Kebijakan di sektor pendidikan, kesehatan misalnya semakin mengarah kepada arus komersialisasi atau kapitalisasi, sehingga biaya pendidikan dan kesehatan menjadi barang yang mewah bagi rakyat miskin. Akibatnya bidang kesehatan dan pendidikan tidak lagi bisa diakses oleh rakyat. Pangan impor Negara (pemerintah) juga tidak bisa melindungi usaha produktif rakyat dari arus perdagangan bebas, sehingga para petani menjerit oleh ''cekikan'' produk pangan impor. Keterjeratan pemerintah SBY-JK kepada resep pemulihan ekonomi IMF, juga mengakibatkan pemerintah tega menerapkan program-program dan kebijakan ekonomi-politik yang bernapaskan Structural Adjustment Policy (SAP), yang mengakibatkan pada pemiskinan kolektif rakyat yang tidak resistan terhadap dinamika ekonomi global. Kebijakan privatisasi BUMN menciptakan pengangguran yang signifikan, kebijakan penghapusan subsidi menciptakan kesulitan ekonomi bagi rakyat banyak, serta kebijakan penambahan utang luar negeri membuat rakyat terbebani pajak untuk mendukung penerimaan APBN. Dampak terabaikannya hak sosial-ekonomi-budaya rakyat, semakin jelas. Itu terbukti dari angka kemiskinan semakin meningkat dari tahun ke tahun, pengangguran semakin bertambah persentasenya, dan terjadi ketimpangan ekonomi yang ''menganga'' antara elite kuasa (modal dan politik) dengan rakyat kebanyakan. Hal inilah yang harus diprihatinkan dan menjadi agenda strategis dalam memeringati 57 tahun deklarasi HAM, bahwa kita bersama harus memberikan penyadaran politik bahwa saatnya sekarang martabat hak sosial-ekonomi-budaya rakyat harus ditegakkan. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/LeSULA/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/