http://www.sinarharapan.co.id/berita/0512/15/opi02.html

"Reshuffle" Tidak Melihat ke Laut   

Oleh
Robert Mangindaan

Reshuffle kabinet rupanya cuma mengutak-atik mesin ekonomi. Padahal pada 
tataran stratejik, ada tiga pilar yang bekerja sinerjik yaitu politik, ekonomi, 
dan keamanan. Masuknya tiga pendekar (baru) ekonomi ke dalam kabinet, tentunya 
dengan perhitungan mereka mampu memperkuat sektor ekonomi nasional.


Namun mereka toh akan bekerja di lingkungan sosial politik yang sama dengan 
sistem birokrasi yang sama, serta aspek etika, moral dan kualitas sumber daya 
manusia (SDM) yang itu-itu juga. Ibaratnya, seorang kapten baru sebuah 
kesebelasan sepakbola, ia memimpin kesebelasan dengan pemain-pemain yang lama. 


Perombakan kabinet nampaknya tidak usah jauh-jauh melihat ke laut dan wilayah 
periferi kita. Apa arti reshuffle bagi masyarakat di Miangas-Marore, di Nias, 
di Natuna, dan di pulau-pulau terpencil di batas wilayah republik ini? 
Jangankan ganti menteri, sudah berapa presiden pun, kehidupan mereka yang nun 
jauh di sana masih demikian memperihatinkan. 


Indonesia punya kurang lebih 17.508 pulau dan kekayaan ini pasti membuat banyak 
pihak di luar sana merasa cemburu. Alasannya sederhana, yaitu setiap pulau 
pasti ada nilai politik, ekonomi, dan stratejik militer. Realita lainnya yang 
kurang disadari yaitu dislokasinya sangat stratejik, tetapi stratejik untuk 
siapa? 


Ada sea lane of communication ada pula sea lane of oil transportation, tetapi 
Indonesia tidak memperoleh keuntungan dari situasi tersebut. Jangankan 
keuntungan dibidang ekonomi, keuntungan di bidang politik pun tidak kebagian. 

Tak Punya Visi Maritim?
Kalau mau buka-bukaan, pasti banyak pihak dapat menunjuk negara mana di Asia 
Tenggara ini yang (mampu) mengeduk keuntungan besar dari keadaan geografi 
tersebut. Data tersebut sudah pasti diketahui oleh para pembuat kebijakan 
stratejik di negeri ini, akan tetapi hanya sampai di situ, yaitu sekadar tahu. 
Faktanya, belum ada rencana makro atau kebijakan nasional yang dirancang untuk 
memanfaatkan dislokasi geografi yang dituangkan dalam hitungan ekonomi. 


Padahal realita geografi yang terdiri dari dua komponen yaitu dislokasi dan 
kandungan nilai pada pulau beserta airnya, memiliki potensi ekonomi yang sangat 
melimpah dan sebagian besar tidak akan habis. Memang ada tiga faktor yang 
dibutuhkan untuk mengelola kekayaan tersebut, yaitu teknologi, modal, dan 
manajemen. 


Teknologi dan modal merupakan unsur yang sangat penting akan tetapi unsur 
manajemen merupakan kuncinya. Manajemen tentunya bicara mengenai kualitas SDM, 
kultur dan seterusnya. Namun kesemuanya itu berangkat dari visi nasional. Di 
sinilah letak masalahnya yang sangat krusial, yakni apakah bangsa Indonesia 
memiliki visi maritim? 


Apa benar Indonesia tidak punya visi maritime? Ada baiknya masyarakat luas ikut 
mencermati, sejauh mana Indonesia yang luas lautnya sekitar 5,8 juta km2 sudah 
memiliki ocean policy (makro) atau belum. Bagaimana pula dengan penataan ocean 
governance? Barangkali saja (mudah-mudahan keliru), Indonesia belum punya 
pemahaman bersama mengenai apa arti laut bagi bangsa dan negara. 
Wacana ini sudah dikemukakan oleh banyak pakar, misalnya Nusantara sebagai 
benua maritim, ruang hidup (lebensraum), tali kehidupan NKRI, dan seterusnya. 
Arti laut menyangkut tiga kepentingan: sebagai (i) sumber nafkah bangsa, (ii) 
pemersatu bangsa, (iii) medium pertahanan negara. 

Seantero Tanah Air 
Apabila Indonesia mengembangkan ocean policy, cakupannya akan meliput ketiga 
kepentingan tersebut secara komprehensif. Bertolak dari pendekatan tersebut, 
maka pada poin pertama, sebagai sumber nafkah, merupakan lahan yang perlu 
digarap oleh ketiga pendekar baru. 


Pihak Departemen Kelautan dan Perikanan bisa cerita mengenai significant loss 
yang terjadi di laut, dan banyak pula pihak yang bisa memberikan angka pasti 
mengenai potensi yang dapat dikembangkan dari laut.


Pada kepentingan kedua, yaitu pemersatu bangsa, ada langkah maju dari 
pemerintah dengan terbitnya Inpres No 5/2005 (intinya menerapkan azas 
cabotage), yang akan menopang perekonomian nasional. 
Premisnya adalah pelayaran nasional harus menjadi tuan di rumahnya sendiri, dan 
andalannya adalah armada niaga domestik, industri maritim domestik beserta 
semua unsur pendukungnya. 


Skenario yang diinginkan ialah jaringan transportasi nasional dapat menjangkau 
semua pelosok di tanah air, dan terobosan ini diharapkan menjadi multiplier 
effect bagi pembangunan ekonomi nasional. 
Lalu masyarakat maritim terutama "kelas papan bawah" dapat diberdayakan dan 
diberi peran dalam pembangunan ekonomi nasional dengan memanfaatkan potensi di 
lingkungan mereka berada. Langkah konkret dan efektif dari Jakarta penting demi 
meredam berkembangnya aspirasi lokal yang ingin berpaling kepada para 
"dermawan" dari luar yang punya ular di balik baju. 


Kenyataan lainnya yang tidak dapat diabaikan ialah pada era otonomi daerah 
semakin menguat, peta negeri ini memperlihatkan ada 440-an kabupaten/kota yang 
memiliki DAU, PAD, atau kekuatan finansial lainnya yang sangat berbeda-beda. 


Ada kabupaten yang memiliki brankas berisi uang triliun rupiah, tetapi ada pula 
yang cuma puluhan miliar, dan (cilakanya) lokasi mereka berada di serambi 
negeri ini, yang berhadapan langsung dengan etalase pihak lain yang bergemilau 
kemakmuran. 

Penulis adalah purnawirawan Angkatan Laut


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/t7dfYD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to