** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.gatra.com/artikel.php?id=92124


Tebar Pesona Numpang Al-Qaeda

LABELNYA galak: Tandzim Qaedatul Jihad. Artinya, Organisasi Penegak Jihad. 
Pucuk pimpinannya Noor Din Moh. Top, gembong teror bom paling top yang kini 
terus diuber polisi. "Organisasi ini menempatkan Indonesia, Malaysia, Brunei 
Darussalam, dan Filipina sebagai wilayah operasinya,'' kata Kapolri Jenderal 
Sutanto.

Kabar terbaru ihwal sepak terjang Noor Din dari balik tirai persembunyianya itu 
disampaikan Sutanto dalam rapat kerja dengan Komisi Hukum dan Hak Asasi Manusia 
DPR di Senayan, Jakarta, Senin pekan lalu. Meski sudah kehilangan tandemnya, 
Dr. Azahari, sang arsitek bom, agaknya teroris asal Malaysia itu tak surut 
menebar ancaman maut. Ia terus mengonsilidasi kekuatan. Satu di antaranya, ya 
itu tadi, membuat organisasi baru dan memperluas wilayah ancaman.

Sutanto mengatakan, keterangan tentang "badan" baru gerakan teror bom itu 
didapat dari kesaksian 11 anggota kawanan Noor Din yang tertangkap di berbagai 
tempat di Jawa Tengah. Dari mereka, ada yang berperan sebagai agen propaganda, 
perekrutan pelaku bom bunuh diri, perekam videoklip ancaman Noor Din, serta 
kesaksian tiga anggota kawanan bom Bali II, Oktober 2005. Dari rumah seorang 
tersangka, polisi juga menemukan setumpuk dokumen yang menerangkan keberadaan 
organisasi anyar itu.

Sebetulnya, menurut Komisaris Jenderal Polisi Makbul Padmanegara, Kapala Badan 
Reserse dan Kriminal Mabes Polri, organisasi atau kelompok baru Noor Din itu 
cuma sejenis organ taktis. Jaringannya tetap. Layaknya di polisi, tutur Makbul, 
dalam satu kegiatan, misalnya, ada istilah Operasi Lilin. Maka, Tandzim 
Qaedatul Jihad pun hanyalah istilah dan sandi. ''Sekadar untuk menentukan 
strategi dan arah gerakan,'' kata Makbul. Artinya, nama organisasi boleh 
berganti-ganti, tapi pelaku aksi terornya tetap itu-itu saja. Nama Qaedatul 
yang dipakai tak serta-merta menunjukkan kaitannya dengan Al-Qaeda.

Maksud mengubah-ubah nama organ taktisnya itu, menurut Brigadir Jenderal Polisi 
Anton Bahrul Alam, juru bicara polisi, untuk mengelabui penyelidikan Polri dan 
menyesatkan masyarakat. ''Pada dasarnya, karena ketakutan!" ujarnya kepada Deni 
Mulya Barus dari Gatra. Anton yakin, dalam persembunyian, Noor Din terus 
mencoba menyusun rencana untuk aksi lanjutannya. Tentu dengan taktik, strategi, 
dan pola berbeda. Targetnya tetap tidak bergeser, yakni aksi kekerasan dengan 
pesan melawan Amerika Serikat dan sekutunya.

Chairuddin alias Muhammad Nasir Abbas, orang yang pernah jadi bagian dari aksi 
teror bom, membenarkan adanya konsilidasi oleh Noor Din. ''Saya sudah melihat 
dokumen itu,'' kata bekas Ketua Mantiqi III Al-Jamaah-al-Islamiyah ini. Ia 
sendiri mengaku tak kaget dengan apa yang dilakukan bekas anak buahnya itu.

Sejak dulu, tutur Nasir, Noor Din punya ambisi besar untuk jadi pemimpin. ''Dia 
suka mengatur-atur, jadi lebih pada unsur memaksa kalau jadi pemimpin,'' tutur 
Nasir, yang sama-sama asal negeri jiran Malaysia. ''Kalau anak buah tak 
menuruti perintah atau aturannya, dia akan marah sekali,'' Nasir menambahkan. 
Untuk bisa terus jadi pemimpin, Noor Din selalu membuat organisasi baru.

Nasir mencontohkan, ketika bom Kuningan, nama kelompok pelakunya Brigade 
Firaqul Maut. Sebelumnya, pada bom Bali I (Oktober 2002) serta Hotel Marriott 
(Agustus 2003), namanya Anshorul Muslimin. Terakhir, kala aksi bom Bali jilid 
II, muncul nama Tandzim Qaedatul Jihad. Soal nama ini, kata Nasir, menurut tata 
bahasa Arab, bila kata Jihad dihilangkan, maka jadilah Al-Qaeda. Apakah 
pemilihan nama kelompok anyar Noor Din ini ingin menegaskan ada hubungan dengan 
Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden? ''Saya tidak tahu," ujar Nasir.

Ada tidaknya keterkaitan kelompok Noor Din dengan Al-Qaeda memang sulit dicari 
jawabannya. Hasil penyidikan polisi terhadap orang dekat Noor Din yang 
ditangkap pun belum mengarah ke sana. Namun, berdasarkan pengamatan Sidney 
Jones, Direktur International Crisis Group Asia Tenggara yang intens mengkaji 
gerakan teror di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, nama versi Noor 
Din itu tidak terkait dengan jaring Al-Qaeda. ''Ia cuma omong besar,'' katanya 
ketika dihubungi Gatra lewat sambungan telepon.

Menurut Sidney, nilai strategis pembuatan nama itu semata-mata untuk 
membesarkan diri Noor Din dan kelompoknya. Sebagai kelompok sempalan yang 
kecil, menurut dia, Noor Din ingin menunjukkan pada dunia bahwa dirinya orang 
hebat yang bisa mendirikan organisasi-organisasi seperti di Irak. "Dia 
sepertinya ingin memberitahu bahwa dirinya benar-benar memimpin kelompok 
internasional. Bukan kelompok kecil yang hanya ada di Indonesia,'' ujar Sidney.

Bagi kepentingan perjuangan kelompoknya sendiri, pemilihan nama itu tidak lebih 
sebagai bahan jualan dalam mencari pengikut-pengikut baru, untuk tebar pesona. 
Menurut Nasir Abbas, langkah ini mendesak, mengingat Noor Din sudah 
ditinggalkan oknum-oknum yang pernah menjadi pendukung Jamaah Islamiyah dan 
para pendukung gagasan Negara Islam Indonesia.

Hasilnya cukup efektif. Dengan mendompleng nama Al-Qaeda, kelompok ini berhasil 
merekrut anggota baru dari warga masyarakat kebanyakan. Mereka tak hanya yang 
berpendidikan rendah dan miskin. ''Tapi orang-orang yang menerima paham Osama 
bin Laden,'' kata Nasir. Toh, anggota baru itu tak bakal mengecek ada tidaknya 
hubungan kelompok Noor Din dengan Al-Qaeda.

Pilihan nama baru organisasi yang nyerempet-nyerempet ke Al-Qaeda pun tak lepas 
dari motivasi duit. Menurut Sidney, dengan cara ini, Noor Din berharap 
memperoleh kucuran dana dari luar negeri, khususnya donatur yang simpati pada 
perjuangan Al-Qaeda dan kelompok sejenis. Sidney yakin, kemampuan finansial 
gerakan teror ini sudah mengempis. Sukses-tidaknya taktik ini, menurut dia, 
sangat bergantung pada kontrol Pemerintah Indonesia atas lalu lintas uang yang 
masuk ke Indonesia. ''Tapi saya nggak yakin,'' katanya meragukan Noor Din.

Sidney boleh jadi benar. Pasalnya, Pemerintah Indonesia --lewat kerja sama 
polisi dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan-- sudah lama 
memperketat pengawasan aliran dana yang mencurigakan. Hasilnya, terenduslah 
bahwa para teroris itu mendapat dana dari satu jaringan di Arab Saudi. Uang itu 
dikirim bukan lewat transfer bank, melainkan dititipkan ke tenaga kerja 
Indonesia. ''Mereka memanfaatkan kurir yang terputus. Sekali pakai, ganti,'' 
kata Sutanto.

Pertengahan tahun lalu, aliran dana itu dapat diputus. Polisi menangkap sang 
pelaku, Abdullah Sonata. ''Akibatnya, keberadaan mereka melemah,'' ujar 
Sutanto. Sejak itu, kelompok Noor Din mencari sumber dana dari dalam negeri. 
Mereka berjualan voucher telepon genggam yang keuntungannya, menurut Sutanto, 
mencapai Rp 5 juta per bulan. Selain itu, mereka juga mencari duit dengan 
merampok orang-orang yang mereka anggap kafir. ''Seperti pernah dilakukan 
kelompok Imam Samudra lewat perampokan toko emas,'' kata Sutanto, menyebut 
salah satu gembong bom Bali I yang dibekuk bisa polisi itu.

Aksi perampokan itu pernah dibongkar oleh Kepolisian Daerah (Polda) Jawa 
Tengah. Satu di antaranya adalah peristiwa perampokan toko ponsel Modern, 
Semarang, Oktober tahun lalu. Polisi membaui bahwa aksi perampokan ini tak 
dilakukan oleh kawanan kriminal biasa.

Ternyata, tutur Inspektur Jenderal Polisi Dodi Sumatyawan, Kepala Polda Jawa 
Tengah, pelakunya ialah Subur Sugiarto alias Abu Mujahid dan seorang kawannya 
yang kini diketahui sebagai Joko. Keduanya termasuk dalam 11 orang yang kini 
diringkus polisi.

Subur disebut-sebut pernah menampung Noor Din untuk bersembunyi, sedangkan Joko 
adalah pemilik Rumah Makan Padang Selera, tempat pembuatan klip video ancaman 
Noor Din dan kesaksian pelaku bom bunuh diri pada peristiwa bom Bali II. 
''Dalam aksi perampokan ini, mereka berhasil menggondol enam telepon genggam 
dan uang Rp 35 juta,'' katanya kepada Imung Yuniardi dari Gatra. Apakah uang 
itu telah menjadi bom?

Hidayat Gunadi, Luqman Hakim Arifin, dan Alexander Wibisono
[Nasional, Gatra Nomor 13 Beredar Senin, 6 Februari 2005] 



[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Kirim email ke