pernah baca atau dengar tidak, ada pendeta/ pastur memperkosa jemaatnya? ada pegawai gereja mencuri uang ibadah? guru ngaji memperkosa santri? pemimpin gereja yg korup? menteri agama yg korup?
itu banyaaaakkkkkkk sekali!!! jadi mau UU itu jalan atau tidak, kita sudah punya KUHP tentang perkosaan, pencurian, dan tata susila... dan tidak bisa kita mengatas namakan satu agama untuk melegalkan UU ini... sebaiknya KUHP yg sudah ada dimaksimalkan kekuatannya... getuuuu..... kelahiran UU ini bisa jadi bumerang bagi pemerintah dan si perumus.... trust me... --- In ppiindia@yahoogroups.com, andi mala <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > sangat menarikkk menanggapi orang orang yang pro dan kontra dengan UU Pornografi... > Apakah indonesia negara yang moralnya rusakkkk?? jawabnyaaa IYA.. > Salah satu indikator kerusakan itu adalah ketidakterimaan kita akan UU pornografii.. > Pertanyaan saya adalah knapa sih kita takut kalo undang-undang pornografi itu ada?? > karena kebebasan kita akan terbatass, ato karena sebagian artis ga bisa foto setengah telanjng/telanjang, ato sebagian kecil manusia di Bali tidak bisa mandi pake bikini dan ciuman,ato karena takut sebagian seniman tidak bisa melukis telnjangg lagi..kita bukanlah amerika, bukan eropa dan bukan juga arab. kita ini negara anehh, dimana negara kita mengakui adanya agama tapi agama tidak boleh memperbaiki moralll. negara aneh... > apakah kita tidak berpikir berapa banyak remaja, anak kecil dan lainnya diperkosa..apakah kita masih menganggap merka adalahsebagian rakyat kecil yang tidak perlu kita perhatikannn..ato kah kia maih beralasan bahwa anak kita mauk ke klab malam dan manri-menari, dipegang-dipageng.. > kawan marilah kita setujui UU pornografi iniii...setidaknya satu harapan kita sebagai bangsa yang beragama...yaitu akan terjadi satu perubahannnn...apakh kita tidak merasa monoton dengan khidupan yang itu-itu ajaaaa > jangan lah takuuutttt..kamu agama kristen, agama budha, hindu dan isalmmmmm... > kalo kiota baikkk maka kebaikannlah yang akan kita petikkk..percayalahhh > he he he > AKU PRO UU PORNOAKSIIIIIIII > > > indonesia bukan islam, atau agama manapun! > > indonesia adalah milik orang hindu, budha, kristen, islam, > ahmadiyah, konghucu, tao, kejawen, spiritualism, dan atheis! > > indonesia tidak bisa dibentuk menjadi negara agama, silahkan > lihat reaksi keras penolakan RUU porno itu, toh dari kalangan > umat islam sendiri, meskipun bali juga ikutan. > > baru UU yang sekecil itu, bisa bikin negara heboh bagaikan > kenaikan harga BBM!! > bayangkan kalau sampai ada UU lain yg lebih menekan > ke-bhinnekaan negeri ini...menjadi indoslavia, alias mirip > pecahan yugoslavia... > > indonesia seharusnya menjadi negeri mandiri, dengan jumlah 6 > agama, 300 kepercayaan, 700 bahasa daerah, dan 13.000 > pulau. > tidak akan ada satu hukum adat atau agama manapun yg bisa > mendikte negeri ini... > > negeri ini harus tetap menjadi Jamrud khatulistiwa, tetap > bersinar bukannya berdarah... > > > > > > > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ikranagara" <ikra@> wrote: > > > > Dear all; > > > > Menarik bicara tentang pandangan heidegger yang dipakai > sebagai > > titik tolak oleh Bung Samsul Bachri ini. Meskipun menurut saya > > fikiran-fikiran Martin Heidegger ini sudah kedaluwarsa. Yang > masih > > berjaya dari generasi filsufnya itu hanyalah Nietzche saja. > > Karenanya saya akan menggunakan genealogi saja dalam > membahas hal > > ini. > > > > Sistem nilai "Indonesia" yang ditawarkan oleh Samsul Bachri > ini > > dengan jelas mengungkapkan ke-Indonesia-an yang berawal > dari Hamzah > > Fansuri seorang penyair sufi kita. Tapi, bukankah kesufian > Hamzah > > Fansuri itu impor dari Timur Tengah, kalau tidak mau disebut > dari > > budaya Islam Arabiah? Dan dari nama Anda, Bung Samsul > Bachri, saya > > kira tidak akan salah jika saya menduga Anda penganut > agama islam, > > bukan? Tidak heranlah jika Anda menyangka ke-Indonesia-an > yang ada > > itu hanyalah yang seperti Anda bayangkan itu. > > > > Cobalah mundur ke belakang lebih jauh kalau mau melacak > genealogi ke- > > Indonesia-an kita, Bung Samsul Bachri! misalnya saja ke > zaman Hindu > > kita yang melahirkan Mpu-mpu yang karya sastranya tinggi itu. > Hal > > ini bisa dilihat pada candi-candi, atau datanglah ke Bali. Anda > akan > > menemukan ke-Indones-an yang lain dari yang Anda > bayangkan itu. > > Tentu, Anda akan berkata: Lha itu kan impor dari India! Yang di > > Menado bagaimana, kan di sana ada jelas impor dari Barat, > sama > > seperti yang ada di Ambon, bukan? > > > > Jadi, ke-Indonesia-an kita ini memang gado-gado, apalagi > kalau Anda > > banyak Kalimantan dengan Dayaknya yang beraneka rupa. > Atau ke > > Toraja. Ke Papua. Ke Nias. Ke Batak. Ke Sumba. Ke Flores. > Ke Ambon. > > dst. Dst. > > > > Bahkan kalau Anda mau datang ke Bali saja, ke tempat > kelahiran saya > > itu, akan Anda temu ke-Hindu-an orang Bali itu tidaklah sama > dengan > > yang di India lagi. Karena itulah mereka menyebutnya sebagai > "Hindu > > Bali." Di luar ini, masih di Bali lho!, ada komunitas Bali Aga > > (=Bali Mula), yang sudah ada sebelum Hindu masuk ke Bali. > Bahkan > > komunitas itu kemudian terbentuk karena menghindari > Hinduisasi. > > Ditambah lagi ada gerakan agama yang lain yang mengaku > aseli ajaran > > nenek moyang Bali: salah satu ritualnya adalah dilakukan di > suatu > > lewat tengah malam tertentu dengan mengenakan topeng > saja sebagai > > penutup bagian tubuh yang bernama wajah, sedangkan > bagian-bagian > > lainnya dalam keadaan polos tanpa busana selembar benang > pun. > > kenakan. > > > > Oleh karena itulah para pendiri bangsa kita ktika menyusun > UUD 45 > > itu pada akhirnya sepakat bahwa Piagam Jakarta yang isinya > tugas > > negara adalah menjalankan syariat Islam bagi para > pemeluknya > > akhirnya ditiadakan, demi kesatuan dan persatuan bangsa. > Jadi, > > negara kita bukanlah negara Islam, dan bahkan bukan negara > agama, > > melainkan "Indonesia adalah Negara Kesatuan berbentuk > Republik > > berdasarkan Pancasila." Jadi, kata NKRI itu ada di dalam > undang- > > undang dasar kita. Dan Pancasila kita itu dalam makna > budayanya > > adalah "Bhineka Tunggal Ika," bukan? > > > > Karena itu, ke-Indonesia-an yang ditawarkan oleh Bung > Samsul Bachri > > itu hanyalah salah satu aspek realitas budaya kita, tetapi > bukanlah > > satu-satunya, sebab aspek-aspek lainnya masih banyak dan > harus > > mendapat tempat dalam mozaik ke-Indonesia-an kita. Dan kita > sebagai > > pewaris bangsa ini, sebagai generasi penerus, berhak > memilih salah > > satu dari tatanan nilai budaya yang ada untuk kita pakai, tanpa > > harus menafikan orang lain memilih yang lain. Malah, kita bisa > > membuat gado-gado yang sedap rasanya! Dan gado-gado > inilah dasar > > dari proses penciptaan saya, tapi tentulah dengan target > > menghasilkan yang sebisa mungkin adalah ke-saya-annya > lebih kental > > ketimbang gado-gadonya itu. > > > > Ikra.- > > ====== > > > > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Samsul Bachri" > <samsul@> wrote: > > > > > > > Seni Tidak Bebas Nilai > > > > > > > > http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=16 > > > > > > > > Ismail F Alatas > > > > Mahasiswa Sejarah di University of Melbourne, Australia > > > > > > > > Indonesia tengah diguncang perdebatan publik seputar > pornografi > > dan > > > pornoaksi. Perdebatan yang dipicu Rancangan > Undang-undang (RUU) > > > Antipornografi dan Pornoaksi, telah mengundang berbagai > pendapat, > > baik pro > > > maupun kontra. > > > > > > > > Di tengah maraknya antusias publik atas isu yang > kontroversial > > ini, hadir > > > suara-suara --baik dari kalangan budayawan, artis maupun > praktisi > > media-- > > > yang menyerukan kebebasan berekspresi serta > mengingatkan bahwa > > kesenian akan > > > menderita akibat RUU tersebut. Menurut mereka, dalam > ranah > > kesenian, karya > > > seni yang bersifat pornografi sah-sah saja. Oleh sebab itu, > karya- > > karya seni > > > harus diselamatkan dari RUU Antipornografi dan Pornoaksi. > Namun, > > satu hal > > > yang mereka telah lupa, bahwa seni tidak pernah dan tidak > akan > > pernah bebas > > > nilai. > > > > > > > > Kesenian bukan sekadar seputar keindahan dan > kenikmatan > > inderawi. Ia bukan > > > pula benda yang disuntikkan nilai-nilai estetika. Karya > > pornografis yang > > > diberikan nilai estetika melalui pencahayaan, permainan > gaya, > > maupun > > > pelukisan tidak lantas menjadikannya sebuah karya seni. > > > > > > > > > > > > > > > > Kebenaran > > > > Seni, seperti kata filsuf Jerman, Martin Heidegger, adalah > > sesuatu yang > > > menyodorkan kita sebuah kebenaran tentang ''Ada''. > Kebenaran yang > > tidak > > > bersifat teoretis maupun praktis. Sebuah kebenaran tentang > konflik > > antara > > > alam (earth) dan dunia (world). > > > > > > > > Bagi Heidegger, alam adalah entitas-entitas azali yang ada > di > > alam semesta > > > ini dalam arti sebenarnya, tanpa adanya > pemaknaan-pemaknaan > > manusia. > > > Sedangkan dunia dapat diterjemahkan sebagai budaya, > yaitu sistem > > makna yang > > > memungkinkan manusia memahami diri dan sekitarnya. > > > > > > > > Dengan demikian, seni adalah sebuah kreativitas > manusia yang > > membuka dunia > > > dari alam. Dengan kata lain, memberikan > pemaknaan-pemaknaan kepada > > alam yang > > > sebelumnya tidak bermakna. > > > > > > > > Tubuh manusia, misalnya, adalah sebuah bagian dari > alam yang > > bebas dari > > > pemaknaan. Pada saat tubuh manusia dilukis oleh seorang > seniman, > > terbukalah > > > dunia tubuh tersebut dengan munculnya > pemaknaan-pemaknaan di > > seputarnya. > > > > > > > > Berbeda dengan Heidegger yang menekankan bahwa > kemunculan dunia > > atas alam > > > dalam karya seni sebagai proses yang ambivalen. Saya > lebih condong > > pada > > > sentralitas sang seniman dalam membubuhkan > pemaknaan-pemaknaan > > pada karya > > > seninya. Akan tetapi, sang seniman tidak kemudian > berfantasi > > secara bebas > > > dan mendapatkan ilham karya seni dari negeri > antah-berantah. > > > > > > > > Sang seniman, yaitu seorang manusia, adalah produk dari > ruang > > dan waktu di > > > mana ia berada. Ia merupakan objek dari sebuah > super-sistem > > metafisika, > > > ontologi, psikologi, dan sejarah yang membentuknya. Baru > kemudian > > ia menjadi > > > subjek dalam menciptakan karya seni yang pada hakekatnya > juga > > merupakan > > > kepanjangan-tangan dari super-sistem yang berada di > ruang dan waktu > > > spesifik. > > > > > > > > Dengan kata lain, karya seni adalah sentuhan artikulatif > dari > > sebuah > > > pandangan-hidup yang telah terpatri dalam benak para > seniman dan > > karenanya, > > > ia sarat akan nilai-nilai partikulir. > > > > > > > > Jika kita melihat kembali pada perjalanan sejarah > kesenian > > Eropa, maka > > > akan tampak jelas bagaimana perubahan di tingkat > super-sistem > > menghasilkan > > > perubahan pada bentuk, subjek, dan tampilan seni. Pada > abad > > pertengahan, > > > karya-karya seni yang lahir di Eropa lebih menyodorkan > cuplikan- > > cuplikan > > > biblikal. Trend ini menandakan mentalitas masyarakat > relijius yang > > berpegang > > > pada nilai-nilai luhur berlandaskan doktrin gereja. > > > > > > > > Dari karya seni, seseorang dapat menerka mentalitas, > cara > > berpikir, > > > pandangan-hidup, dan sistem nilai masyarakat kala itu. > Seiring > > dengan proses > > > sekularisasi yang dimotori oleh roda kapitalisme yang mulai > > berputar, karya > > > seni Eropa mengalami perubahan dari berbagai sudut. > Pada kurun abad > > > pencerahan mulai terlihat karya seni yang tidak lagi > menyodorkan > > kisah > > > biblikal ataupun para dewa. Fokus kesenian lebih tertuju > pada > > manusia dan > > > apa saja yang bersangkutan dengannya. > > > > > > > > Lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci yang > mengangkat figur > > seorang > > > wanita sebagai lokus seni, menandakan timbulnya konsep > humanisme > > dan > > > individualisme. Mozart lewat operanya Escape from Seraglio > > mengangkat kisah > > > profan tentang manusia dan kehidupannya. > > > > > > > > Musik dan opera tidak lagi dikomposisi guna menjadi > saksi atas > > keagungan > > > Tuhan. Kesenian telah terfokus pada profanitas, seiring > dengan > > perubahan > > > orientasi pandangan-hidup manusia dari teosentris menjadi > > antroposentris. > > > Pengkultusan terhadap objek-objek metafisika digantikan > oleh objek- > > objek > > > fisikal. Mulai saat itu, pornografi dapat dijadikan karya seni. > > > > > > > > > > > > > > > > Jangan mengekor > > > > Berbeda dengan Eropa, Indonesia adalah sebuah bangsa > dengan > > pengalaman > > > historis berbeda. Ia tidak mengenal abad kegelapan dan era > > pencerahan. > > > Proses historis berbeda telah membentuk varian > pandangan-hidup > > partikular > > > dan kemudian menghasilkan sistem-nilai yang distinktif. > > > > > > > > Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Mitologi > kita > > tidak mengenal > > > figur Prometheus: seorang pahlawan manusia yang > memberontak > > kekuasaan > > > langit. Manusia Indonesia lebih memilih untuk menjadi > > khalifatullah fil ardl > > > (wakil Tuhan di bumi) atau imago dei (jembatan antara > Tuhan dan > > bumi). > > > > > > > > Dikarenakan pandangan-hidup distinktif itulah, karya seni > yang > > dihasilkan > > > dari zaman Hamzah Fansuri hingga Amir Hamzah menjadi > artikulasi > > dari > > > sistem-nilai yang telah tertanam dalam psikologi dan > epistemologi > > manusia > > > Indonesia. Para seniman besar Indonesia selama > perkembangan > > sejarahnya telah > > > bersikap sebagai juru bicara sistem-nilai yang ada sehingga > dapat > > memberikan > > > pemaknaan-pemaknaan pada alam. > > > > > > > > Oleh karenanya, sudah sepatutnya manusia-manusia > Indonesia lebih > > memilih > > > untuk menjadi diri mereka sendiri. Seniman-seniman > Indonesia > > mempunyai tugas > > > agung dalam mengemban super-sistem yang telah menjadi > karakter > > dasar kita > > > untuk kemudian diartikulasikan kedalam karya seni. Kita > harus > > lebih kritis > > > dalam melihat karya seni karena seni tidak pernah bebas > dari nilai- > > nilai > > > partikulir. > > > > > > > > Dalam pandangan hidup dan budaya kita, pornografi dan > pornoaksi > > adalah > > > fenomena di luar sistem-nilai. Karenanya, kesenian yang > bersifat > > demikian > > > bukanlah karya seni yang patut diapresiasi. Bangsa kita > sudah > > menjadi bangsa > > > 'pengekor' dalam politik, ekonomi, dan gaya hidup. Untuk itu > > janganlah > > > kesenian ditambah lagi menjadi objek 'ekoran'. > > > > > > > > Karena itu, sudah sepatutnya bagi mereka yang tetap > berpegang > > teguh pada > > > pandangan-hidup dan sistem nilai Indonesia menolak > segala bentuk > > pornografi > > > dan pornoaksi. Dan jika ada yang menyatakan pornografi > sebagai > > seni, maka > > > jawaban kita adalah: ''seni tidak bebas nilai!'' > > > > > > > > > > > > > ********************************************************************** ***** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia > ********************************************************************** ***** > __________________________________________________ ________________________ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. > 3. Reading only, http://dear.to/ppi > 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] > 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] > 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] > > > > > SPONSORED LINKS > Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn Indonesian language course > > --------------------------------- > YAHOO! GROUPS LINKS > > > Visit your group "ppiindia" on the web. > > To unsubscribe from this group, send an email to: > [EMAIL PROTECTED] > > Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. > > > --------------------------------- > > > > > > --------------------------------- > Yahoo! Mail > Use Photomail to share photos without annoying attachments. > > --------------------------------- > Yahoo! Mail > Use Photomail to share photos without annoying attachments. > > [Non-text portions of this message have been removed] > *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/