el senang akibat el tipu? kisahnya tambora memang oke punya.
   
  salam, heri latief
  amsterdam


sudharsono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Ini cerita ringan tentang "El Tipu"



            Suami saya ketika itu bekerja di kapal sebagai nelayan menangkap 
udang dan ikan di perairan Tiongkok. Suamiku itu memang di mana saja dan kapan 
saja tak lepas dari transistor. Pada waktu itu sekitar tahun 70an belum ada 
internet tentunya. Di kapal, di mana tugasnya adalah navigasi, kalau pas tidak 
piket, tak ada pekerjaan, dia mendengarkan radio-radio apa saja yang bisa 
ditangkap, termasuk VOA, BBC, radio Nederland, atau radio Peking siaran bahasa 
Indonesia. Mendengarkan radio asing di Tiongkok ketika itu seingat saya tidak 
ada larangan resmi, tapi rakyat biasa tidak mendengarkan, ada semacam 
auto-sensur, karena sering orang-orang "fan keming", yaitu konrev digambarkan 
sebagai orang-orang yang berhubungan dengan asing, rajin mendengarkan 
propaganda asing melalui radio. Bagi teman-teman Indonesia saya tidak pernah 
ada bahkan teguran soal itu dari pihak Tiongkok. Kami bebas saja mau 
mendengarkan apa. Dan berita-berita dari radio yang berkenan dengan Indonesia 
atau
 pun dunia merupakan salahsatu sumber langsung yang bisa ditangkap di mana 
saja. Suratkabar itu kalau sampai ke pemukiman pokok teman-teman Indonesia 
sudah terlambat 1 bulan, kalau di kirim ke tempat-tempat lain di mana orang 
Indonesia sedikit, itu tidak mungkin saja lah. Kami juga memperoleh majalah, 
seperti Tempo, tapi juga terlambat. 



            Seorang kelasi Tiongkok sering mendekati Mas Bud, menanyakan, apa 
yang dibilang oleh radio asing soal Tiongkok. Mas Bud biasa saja menceritakan 
apa-apa yang didengar terutama perkembangan situasi di Asia.



            "Hati-hati, Bung", kata seorang$ teman pada suamiku dengan maksud 
baik. 

            "Memang kenapa?"

            "Di itu El Tipu" ?

            "Tipu apa?"

            "Bukan, dia itu elemen tidak puas, lihat saja tidak selalu tanya 
berita dari radio asing, tidak puas dengan keadaan sekarang". 

            Suamiku tersenyum. Suamiku itu orangnya besar hati, dan orang 
gampang mendekati, merasa aman, bisa bicara apa saja tanpa takut akan 
"dikrititik" atau "diganyang". Orang juga biasanya kalau dalam keadaan sulit 
suka mencurahkan isi-hati pada Mas Bud. Mas Bud ingin tahu sampai seberapa sih, 
"tipu" (tidak puasnya) si kelasi muda. 

                        

            "Lao Xun (nama Tionghoanya mas Bud), kamu bebas ya mendengarkan 
radio asing, kami tidak tidak bisa. Sebaliknya saya tidak setuju kalian itu 
tidak bisa bebas berpacaran dengan gadis-gadis kami. Sudah tentu saya juga 
tahu, kalian mau pulang berrevolusi ke Indonesia, dan kasihan juga kalau kalian 
kawin terus yang ditinggalkan bagaimana. Susah juga ya? "

             

            Mas Bud, alias Lao Xun, terdiam. El Tipu menembak kena tepat 
mengenai sasaran.  Belakangan memang ada masalah, memang ada yang diam-diam 
berpacaran gadis Tiongkok, dan si gadis sudah mau dinikahi, Comite Partai 
Tiongkok setempat melaporkan ke atasan, lalu atasan kami menegur kawan yang 
bersangkutan. 

            "Saya ini sudah tua, Bung. Kami saling mencintai. Sampai kapan 
larangan menikah dengan gadis Tiongkok itu. Siapa yang akan mau dengan saya, 
semakin lama saya akan semakin tua", kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di 
telinga Mas Bud, yang ketika itu juga sudah mendekati 40 tahun. Mas Bud hanya 
bisa membesarkan hati teman itu dengan mengatakan:

            "Bung itu kader, kalau Bung ngelokro,  lalu yang muda-muda 
bagaimana?"



            Suatu ketika lagi si El Tipu berkata:

            "Lao Xun, kami kelasi ini gajinya dibanding dengan buruh yang 
didarat, lumayan besar. Tapi untuk apa? Coba, dengan gaji sedemikian ini, 
paling keinginan orang membangun atau membeli rumah. Itu sudah pasti Semua 
teman-temanku sudah beres soal itu. Tapi setelah itu mau beli apa? Di 
negeri-neger kapitalis katanya banyak barang bagus-bagus, asal kau punya uang 
saja bisa beli. Hanya orang biasa tidak bisa beli semua apa yang dia mau. Di 
sini sebaliknya Lao Xun, kita punya uang tapi tak ada barang."

            Sekarang di Tiongkok sudah lain, barangkali si El Tipu sekarang 
sudah kaya, sudah bisa beli rumah, beli kulkas, televisi, motor dan entah apa 
lagi, dan namanya bisa diubah menjadi El Senang. 



I. Sudharsono


      
http://www.geocities.com/herilatief/
  [EMAIL PROTECTED]
  Informasi tentang KUDETA 65/Coup d'etat '65 
Klik: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 
   




                
---------------------------------
Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone  calls to 30+ countries for just 2ยข/min 
with Yahoo! Messenger with Voice.

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke