tidak ngurusin soal RUU APP kan ya? tapi soal kedudukan wanita...:???
--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Jimmy Okberto" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> No Comment So FAR ...
>
> Siapa segh yang gencar-gencar ribut pemberlakuan RUU APP ???
> Itu orang yang mempunyai pedoman agama pada seksual all in.
Lina: Mungkin mereka memang orang yang berpedoman spt itu, tapi
mengatakan "Islam adalah agama yang SELALU membahas masalah urusan
kepuasan seksual", sungguh-sungguh kelewatan! Tidak bisa membedakan
Islam sebagai ajaran dan pengikut-pengikut Islam. Tidak bisa
menganalisa bhw pengikut tsb (yang ribut soal RUU-APP) cuma
segelintir orang dari pengikut tsb. Dari yang cuma segelintir lalu
mengeneralisir kepada Islam?
>
> Lihat saja di THAILAND yang BUDHIST ...
> Mana pernah ribut orang mo pakai baju atau gak pake baju ...
Lina: Kalo cuma segitu rujukannnya, sempit banget. Thailand yang
Budhist, Europe yang Kristen, Arab yang Islam..lalu dihubungkan
dengan segala peraturan yg berlaku di negara tsb.
Kan bisa saja Thailand gak pernah ribut soal pake baju or gak karena
peraturannya sudah mantab, hukumnya tegak, ekonominya
mantab..etc...bukan krn agamanya Budhist. Ato mungkin emang dah cuex
abis???
Di Indonesia ini, apapun bisa dipermasalahkan (diributkan) karena
tidak adanya hukum yang berwibawa, adanya cuma Iwan Wibawa, Henry
Wibawa, Prakoso Wibowo...:-)
Di Malaysia, yang banyak kemiripannya dengan Indonesia, kok bisa gak
ribut soal ini? Mengapa? Apa karena mereka Islam?
come on, positive thinking laah (gaya Inggris Singapur), open your
mind please...
>
> Akhlak seseorang bukan berdasarkan agama tertentu.
> Karena budi pekerti luhur ada disetiap manusia.
> Tergantung manusia beragama saja bertoleransi dengan manusia yang
tidak> agama.> Memangnya manusia beragama semuanya tidak berakhlak
Lina: Betul budi pekerti luhur ada disetiap manusia. Agama ada untuk
terus membangkitkan budi pekerti luhur itu. Agama memberi batasan
apa budi pekerti luhur tersebut.
Dalam hal berpakaian, ahlak mana yang lebih luhur: orang yang
berpakaian atau orang yang bertelanjang (ahlak berpakaian)
Dalam hal berekonomi, ahlak mana yang lebih luhur: jujur atau menipu
(ahlak berdagang)
>
> DJ Oko
>
>
> -----Original Message-----
> On Behalf Of Lina Dahlan
>
> Yang lebih awesome adalah orang yang berpendapat "> Islam adalah
> agama yang SELALU membahas masalah urusan kepuasan seksual"
>
> Islam itu membahas semua persoalan hidup. Seks termasuk persoalan
> hidup. Begitu juga keselarasan alam. AlQur'an mengajarkan agar
> manusia berakhlak terhadap sesama mahluk. Alampun termasuk mahluk.
> Bagaimana Islam mengajarkan manusia untuk berakhlak terhadap alam?
> Saya kutipkan saja ulasan Quraish Shihab dalam Wawasan AlQur'an:
>
> c. Akhlak terhadap lingkungan
>
> Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang
> berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan,
> maupun benda-benda tak bernyawa.
>
> Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap
> lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
>
> Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
> sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung
> arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap
> makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
>
> Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan
> mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum
> mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada
> makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
>
> Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati
> proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses
> yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia
> bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan,
> bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan
> harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri."
>
> Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya
> diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua
> memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan
> sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan
> yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
>
> Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan
> bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat
> seperti manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis
> Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh
> diperlakukan secara aniaya."
>
> Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat
> petunjuk Al-Quran yang melarang melakukan penganiayaan.
> Jangankan terhadap manusia dan binatang, bahkan mencabut atau
> menebang pepohonan pun terlarang, kecuali kalau terpaksa,
> tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan
> dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan
> terbesar.
>
> Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau
> kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka
> itu semua adalah atas izin Allah ... (QS Al-Hasyr
> [59]: 5).
>
> Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada
> kesadaran bahwa apa pun yang berada di dalam genggaman
> tangannya, tidak lain kecuali amanat yang harus
> dipertanggungjawabkan. "Setiap jengkal tanah yang terhampar di
> bumi, setiap angin sepoi yang berhembus di udara, dan setiap
> tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan
> pertanggungjawaban manusia menyangkut pemeliharaan dan
> pemanfaatannya", demikian kandungan penjelasan Nabi Saw.
> tentang firman-Nya dalam Al-Quran surat At-Takatsur (102): 8
> yang berbunyi, "Kamu sekalian pasti akan diminta untuk
> mempertanggungjawabkan nikmat (yang kamu peroleh)." Dengan
> demikian bukan saja dituntut agar tidak alpa dan angkuh
> terhadap sumber daya yang dimilikinya, melainkan juga dituntut
> untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh
> Pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.
>
> Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang
> berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan)
> yang hak dan pada waktu yang ditentukan (QS Al-Ahqaf
> [46]: 3).
>
> Pernyataan Tuhan ini mengundang seluruh manusia untuk tidak
> hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau
> bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus berpikir dan
> bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh
> bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang
> terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal
> dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari pandangan mitos
> Yunani yang beranggapan bahwa benda-benda alam merupakan
> dewa-dewa yang memusuhi manusia sehingga harus ditaklukkan.
>
> Yang menundukkan alam menurut Al-Quran adalah Allah. Manusia
> tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan
> yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
>
> Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah
> bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai
> kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]: 13)
>
> Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi
> keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah,
> sehingga mereka harus dapat bersahabat.
>
> Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad
> Saw. yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu).
> Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad Saw. bahkan
> memberi nama semua yang menjadi milik pribadinya, sekalipun
> benda-benda itu tak bernyawa. "Nama" memberikan kesan adanya
> kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran
> untuk bersahabat dengan pemilik nama.
>
> Sebelum Eropa mengenal Organisasi Pencinta Binatang Nabi
> Muhammad Saw. telah mengajarkan,
>
> Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap
> binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik.
>
> Di samping prinsip kekhalifahan yang disebutkan di atas, masih
> ada lagi prinsip taskhir, yang berarti penundukan. Namun dapat
> juga berarti "perendahan". Firman Allah yang menggunakan akar
> kata itu dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 adalah
>
> Janganlah ada satu kaum yang merendahkan kaum yang
> lain.
>
> Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang
> ada di langit dan di bumi semuanya (sebagai rahmat)
> dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13).
>
> Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk
> manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
> Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan
> merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan
> Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak
> boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Ia tidak boleh
> diperbudak oleh benda-benda sehingga mengorbankan
> kepentingannya sendiri. Manusia dalam hal ini dituntut untuk
> selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan
> yang diraihnya serta cara meraihnya tidak mengorbankan
> kepentingannya di akhirat kelak.
>
> ***
>
> Akhirnya kita dapat mengakhiri uraian ini dengan menyatakan
> bahwa keberagamaan seseorang diukur dari akhlaknya. Nabi
> bersabda,
>
> Agama adalah hubungan interaksi yang baik.
>
> Beliau juga bersabda:
>
> Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan
> (amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi
> akhlak yang luhur (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).[]
>
***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:
1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
SPONSORED LINKS
Cultural diversity | Indonesian languages | Indonesian language learn |
Indonesian language course |
YAHOO! GROUPS LINKS
- Visit your group "ppiindia" on the web.
- To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
- Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.