saya bangga pidato bagus ini disampaikan seorang presiden
indonesia di sebuah universitas islam di arab saudi.

kembangkan budaya kemajuan, jangan terbelenggu isolasi
dan kurang percaya diri. serta berpikir jauh ke depan.

salam,


Tantangan Ummah di Milenium Ketiga *)

Susilo Bambang Yudhoyono **)


Islam adalah tentang wahyu yang mencerahkan dan yang memberdayakan. Tentang
kebenaran yang disebarluaskan Nabi Muhammad S.A.W, yang terus berlaku
hingga saat ini. Kita gembira melihat kantong-kantong kemajuan dan
kesejahteraan di dunia muslim, tapi sekaligus bersedih melihat masih
banyaknya kepapaan dan kemiskinan yang diderita Ummah di bumi ini.
Faktanya, memang sebagian besar komunitas Islam di dunia berada dalam
kondisi sosial-ekonomi yang memprihatinkan.

Simaklah daftar 25 ekonomi terbesar dunia, yang menempatkan Amerika Serikat
pada posisi teratas dengan pendapatan domestik bruto sekitar US$ 11
triliun. Ternyata hanya tiga negara berpenduduk mayoritas muslim yang
berada dalam daftar ini: Turki, Indonesia, dan Arab Saudi.

Tengoklah pula daftar 20 negara dengan neraca perdagangan tertinggi. Tak
satu pun negara Islam di dalamnya. Hal yang sama juga terjadi jika kita
menengok 30 negara terbagus dalam peringkat indeks pembangunan manusia.
Hanya, kalau kita kembangkan dalam kelompok 50 negara terbaik, baru kita
temukan lima komunitas muslim di antara peringkat 33 dan 47, yaitu Brunei,
Bahrain, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab.

Negara Islam juga tak hadir dalam daftar 20 negara paling bersaing di
dunia. Mungkin karena kebanyakan warga muslim masih terlalu sibuk untuk
sekadar bertahan hidup sehingga tak sempat berpikir untuk meningkatkan daya
saing. Menurut UNICEF, setiap tahun sekitar 4,3 juta anak balita di
negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) meninggal karena
penyakit menular yang sebetulnya mudah ditangkal dan karena kekurangan gizi.

Saya sangat prihatin bahwa setiap 30 menit seorang perempuan Afgan
meninggal saat melahirkan. Bahwa di kawasan Sub-Afrika terjadi satu
kematian dari setiap 15 kehamilan, jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata
dunia satu kematian untuk setiap 74 kehamilan. Banyak anak muslim tumbuh
dalam tingkat kehidupan yang sulit. Hanya sekitar 60 persen anak berusia
sekolah di 17 negara OKI yang mampu menikmati pendidikan SD. Selain itu,
terdapat 8 juta orang dewasa warga negara anggota OKI di Afrika yang
menderita HIV-AIDS.

Keadaan mengenaskan ini terjadi saat kita mulai memasuki abad ke-21 di
milenium ketiga, ketika sebagian besar masyarakat muslim mengalami
kesulitan dalam menghadapi dampak globalisasi. Mereka melihat proses ini
terjadi di semua lini kehidupan dan menyadari bahwa globalisasi adalah
sebuah keniscayaan, namun kebanyakan mereka tidak memahami apa sebenarnya
globalisasi itu dan bagaimana menghadapinya. Hanya sedikit yang mengerti
dan mengambil manfaat dari gejala dunia ini. Mereka paham bahwa, selain
mempunyai dampak negatif, globalisasi juga membuka peluang bagi masyarakat
untuk melompat ke arah kehidupan yang lebih baik.

Selain menghadapi masalah sosial-ekonomi, sebagian Ummah juga terbebani
oleh konflik berdarah yang belum juga berhenti. Kita melihat keresahan dan
rasa ketakberdayaan meruap di banyak komunitas muslim, terutama kalangan
muda. Kegiatan terorisme dan radikalisme terus-menerus membayangi komunitas
kita. Kita juga menghadapi kecenderungan Islamofobiaketakutan berlebihan
terhadap Islam--yang terus berkembang. Krisis kartun baru-baru ini
menunjukkan sikap tidak toleran dan tak menghargai terhadap Islam.

Semua ini, harus saya akui, bukanlah gambaran yang indah. Namun justru
inilah tantangan yang harus dihadapi oleh Ummah sebagai tantangannya di
milenium ketiga. Sudah tiba saatnya bagi Ummah untuk berhenti menyalahkan
diri sendiri dan pihak lain atas berbagai nestapa yang dialaminya. Ummah
harus secara proaktif dan konstruktif mengatasi ketidakadilan global,
kebodohan, dan ketertinggalan yang banyak ditemukan di dunia Islam dan
menjadi lahan subur bagi pertumbuhan kelompok ekstrem dan kaum teroris.
Solusi atas permasalahan kita bergantung pada kita sebagai Ummah dan hanya
pada kita.

Tapi, apa yang dapat dilakukan dunia Islam? Saya mempunyai beberapa usul
konstruktif yang layak dilakukan oleh Ummah di milenium ketiga ini. Saya
akan memulainya dengan gagasan bahwa Ummah harus memanfaatkan teknologi dan
modernitas dan harus memiliki semangat menjadi yang terbaik. Islam bukan
hanya agama damai, tapi juga agama kemajuan. Ingat bagaimana Islam
berkembang dari agama di kawasan ini menjadi peradaban terhebat dunia pada
abad ke-13, jauh lebih maju ketimbang peradaban di Eropa, Asia, dan Afrika
masa itu.

Pada saat Ummah melewati milenium pertama, mereka telah mendirikan
Universitas Al-Azhar, membangun rumah sakit pertama, menggunakan kompas,
membuat kendaraan niaga yang canggih, dan memiliki pengetahuan luas tentang
astronomi, navigasi, kimia, dan konstruksi sipil.

Namun, sesuatu kemudian terjadi. Pada saat Eropa mengalami pencerahan
selama 400 tahun, Ummah justru mengalami stagnasi. Ketika Eropa memunculkan
Galileo, Copernicus, Watt, Newton, Edison, dan Einstein, dunia Islam malah
semakin jauh tertinggal. Eropa menggantikan dunia Islam sebagai inovator
dunia, menghasilkan revolusi industri, transportasi, komunikasi, dan
informasi. Revolusi-revolusi yang telah dan sedang mengubah dunia.

Semua ini memberi pelajaran bagi kita: Ummah harus melepaskan dirinya dari
belenggu isolasi dan kurang percaya diri, dan mengembangkan budaya
kemajuan, baik di rumah, di sekolah, maupun di komunitas. Globalisasi,
menurut Thomas Friedman, telah menciptakan "dunia yang rata" yang
memungkinkan setiap orang bersaing secara adil. Seharusnya bukan hanya
India dan Cina yang maju pesat memanfaatkan globalisasi, melainkan juga Ummah.

Jika Ummah ingin mengambil manfaat ini, hal yang harus dilakukan adalah
mulai berpikir jauh ke depan. Para pelopor dunia Islam melakukan hal ini
pada zamannya dan mengubah dunia. Hal yang terus dipertahankan kaum muslim
hingga awal milenium kedua. Kini tiba saatnya bagi Ummah di milenium ketiga
untuk melakukan hal yang sama.

(Kolom Majalah Tempo, 1 Mei 2006)

*) Ringkasan pidato Presiden RI yang dibacakan di Universitas Islam Imam
Muhammad bin Sa'ud di Riyadh pada 16 April 2006.

**) Presiden Republik Indonesia.



[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke