seingat saya sebagian dari anggota FPI itu juga basisnya NU.
dan sekarang mereka menyerang sesama NU?

lucu juga...

ini berani?
atau tolol?
massa total pendukung gusdur itu jumlahnya jutaan orang...
FPI+HTI+MMI = adakah 1 juta orang?

pkir sebelum bertindak...

anggota PKI aja yg jumlahnya 1.5 juta orang bisa mampus dilibas NU thn
1966...
sekarang FPI nantang2?

kok malah islam vs islam nih ceritanya?
weleh weleh...
ada orang islam yg pengen hidup damai dirusak2 oleh yg doyan merusuh...
dan yg doyan merusuh itu biasanya ngaku beriman...

dan aparat keamanan seringnya berpihak ke orang2 yg mengaku 'beriman'...

siapa jadinya yg beriman?





--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ini adalah pokok-pokok pikiran sejumlah tokoh (KH. Masdar F. Masudi, Dr.
> Syafii Anwar, Maria Ulfah Anshor, Musdah Mulia, dan aktifis demokrasi
> lainnya) yang hadir dalam jumpa pers di kantor The Wahid Institute,
Jakarta.
>
> =================================================================
>
> Press Release
> Aliansi Masyarakat Anti Kekerasan
> "Melawan Preman Berjubah"
>
> Akhir-akhir ini terjadi banyak kekerasan yang dipicu oleh
kelompok-kelompok
> yang mengatasnamakan agama Islam dan mengklaim diri sebagai pembela
Islam.
> Kasus paling baru adalah penyerangan terhadap FAHMINA Institute di
Cirebon
> (21/5/06), ancaman pembubaran paksa forum dialog antar agama dan
mengusir
> mantan Presiden Republik Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid di Purwakarta,
> Jawa Barat (23/5/06).
>
> Kami ingin menyebut mereka dengan julukan yang diberikan oleh Prof.
> H.ASyafi'i Maarif sebagai "kelompok preman berjubah". Mereka mengklaim
> diri
> sebagai kelompok Islam yang ingin menegakkan Syari'at Islam dengan
mengancam
> dan meneror siapa saja yang berbeda pendapat melalui tindakan kekerasan
> fisik.
>
> Keberadaan preman berjubah yang terus menerus mengancam dan
melakukan tindak
> kekerasan, serta tindakan pembiaran oleh aparat keamanan, adalah
kegagalan
> pemerintah dalam menjamin rasa aman masyarakat Indonesia yang
merupakan hak
> paling dasar warganegara. Kegagalan itu memperlihatkan bahwa proses
> demokratisasi di Indonesia kini telah dibajak dan dihancurkan oleh para
> preman berjubah tersebut.
>
> Hal ini telah menimbulkan kemarahan di kalangan masyarakat dan
berpotensi
> menimbulkan konflik horizontal yang meluas. Oleh karena itu, untuk
> mengantisipasi kekerasan massal yang mengancam eksistensi Negara
Kesatuan
> Republik Indonesia (NKRI), dengan ini Jaringan Masyarakat Anti Kekerasan
> menyampaikan sikap sebagai berikut:
>
> 1) Kami berpendapat jika kelompok-kelompok preman berjubah pelaku
kekerasan
> dibiarkan terus beraksi, tindakan mereka mengancam eksistensi NKRI. Maka
> kami menuntut kepada Presiden Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf
> Kalla untuk bertindak tegas demi menyelamatkan NKRI yang beradab sesuai
> dengan sumpah jabatan, amanat konstitusi dan ideologi Pancasila.
>
> 2) Kepada Kepolisian Republik Indonesia dan aparat penegak hukum
lainnya,
> kami menuntut agar segera mengambil tindakan tegas untuk mencegah aksi
> kekerasan kelompok preman berjubah, dan tidak hanya berdalih telah
melakukan
> pengamanan di lapangan ketika ancaman dan kekerasan berlangsung.
>
> 3) Kepada Majlis Ulama Indonesia (MUI), kami mengingatkan bahwa berbagai
> kasus kekerasan yang dilakukan para preman berjubah mendasarkan pada
fatwa
> MUI yang mengharamkan "Pluralisme, Liberalisme, dan Sekularisme" serta
> menyesatkan kelompok-kelompok tertentu. Oleh karena itu, kami
menuntut MUI
> untuk ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya kekerasan-kekerasan
> tersebut, meminta maaf kepada bangsa Indonesia dan mencabut fatwa-fatwa
> tersebut.
>
> 4) Kepada masyarakat yang merasa terganggu oleh ancaman dan
kekerasan yang
> dilakukan para preman berjubah, kami mengimbau agar menahan untuk tidak
> memulai melakukan tindakan kekerasan terhadap kelompok-kelompok
tersebut.
> Tetapi kami menyerukan agar masyarakat melakukan tindakan-tindakan
persiapan
> untuk menghadapi ancaman dan kekerasan yang dibiarkan oleh pihak
keamanan.
>
> Jika seruan ini tidak diindahkan oleh pemerintah Susilo Bambang
Yudhoyono
> dan Jusuf Kalla, maka negara ini telah digiring menhjadi arena
dimana hanya
> hukum rimba yang berkuasa. Menurut kami, pemerintah yang tidak lagi
mampu
> menjaga kedaulatan hukum, dan membiarkan hukum rimba menjadi aturan main
> bersama, sudah tidak memiliki kewibawaan dan legitimasi, serta tidak
layak
> lagi mendapat dukungan warganya.
>
> Jakarta, 24 Mei 2005
>
> On 5/24/06, aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Terima Kasih mas... Ehm dibanding website gusdur.. saya lebih
percaya NU,
> > semoga informasi ini bisa dipegang...., enaknya lagi  kalau FPI
buat press
> > release ya atau pernyataan sikap.
> >
> >   Di NU sendiri saya yakin tak sembarangan beliau-beliau mengeluarkan
> > pernyataan. Sisi lain sepemahaman saya di NU sendiri masih banyak
para kyai
> > yang lurus, shalih dan sibghah Islamnya tinggi...
> >
> >   salam,
> >   aris
>
> > > aris
> >





***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to