http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2006052401091015

      Rabu, 24 Mei 2006
    

      BURAS
    
    
    
    

Mimpi ke Olimpiade!



      
      H. Bambang Eka Wijaya:

      "AGUSTUS masih jauh, remaja RW kita sudah giat latihan olahraga!" ujar ayah. "Ingin jadi juara umum desa pada 17 Agustus, ya?"

      "Bukan ingin jadi juara desa, mereka mimpi ikut bertanding ke Olimpiade!" sambut ibu.

      "Ke Olimpiade?" tawa ayah meledak. "Untuk juara kecamatan saja belum tentu berhasil!"

      "Juara kecamatan? Kecil amat!" entak ibu. "Kalau motivasinya cuma sekecil itu, usaha mencapainya juga ala kadarnya! Tapi dengan mimpi ke Olimpiade, usaha jauh lebih keras dan lebih gigih mereka lakukan untuk mengatasi tantangan seberat apa pun!"

      "Pasti itu ide gila Mama!" tebak ayah.

      "Bukan! Ibu-ibu PKK yang memotivasi anak masing-masing!" tegas ibu. "Selain giat olahraga, anak-anak juga jadi lebih giat belajar agar bisa dapat beasiswa!"

      "Kurasa tak semudah itu membuat remaja berubah sedemikian drastis!" timpal ayah. "Apalagi remaja, mengubah sikap orang tua agar beralih dari kebiasaan buruk dan menyesuaikan diri dengan tantangan zaman, susah! Itu penyebab bangsa kita makin jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain!"

      "Justru penyadaran pada persaingan global itu yang membuat para remaja berubah!" ujar ibu. "Dalam liberalisasi perdagangan dunia, pemain-pemain terbaik dari negara-negara maju, malah kebanyakan juara dunia di bidangnya atau di nomor spesialisnya, kini bebas ikut bermain di negeri kita!"

      "Jadi kalian gambarkan Indonesia ini sebagai gelanggang Olimpiade, tempat para juara dunia dan pemain terbaik negara maju berebut medali?" timpal ayah.

      "Kenyataannya begitu!" tegas ibu. "Jadi, kalau para remaja kita cuma mimpi jadi juara kecamatan, jelas masa depan mereka cuma jadi begundal, tak akan mampu menyaingi para kampiun dunia di gelanggang terbuka Olimpiade segala bidang!"

      "Itu pemacu luar biasa semangat remaja untuk maju!" timpal ayah. "Cuma, aku tiba-tiba jadi cemas!"

      "Mencemaskan apa?" kejar ibu.

      "Ketika perjalanan para remaja dengan mimpi Olimpiade itu menanjak ke jenjang di atas kecamatan, kondisi lapangan permainan yang didominasi kaum tua sama sekali tidak kondusif--tidak fair, serbacurang, tidak jujur, penuh KKN!" jelas ayah. "Akibatnya, kuntum-kuntum segar harapan masa depan yang muncul itu segera layu sebelum berkembang! Betapa banyak kaum muda frustrasi menerima reailitas seperti itu!"

      "Itu terjadi karena kaum muda itu tak dibekali mental juara, mental Olimpiade! Sehingga, mudah menyerah sebelum bertanding!" tegas ibu. "Dengan mental Olimpiade, beda! Mereka hadapi para pemimpin yang terpilih berkat janjinya melakukan perubahan, tapi justru membuat masyarakat menjadi lebih busuk, dengan membuat diri para skuat muda andalan itu sebagai gugusan-gugusan inti perubahan! Sekaligus, seperti panah cakra, mereka akan mampu menyingkap kepalsuan janji para pemimpin, hingga pemimpin seperti itu akan disingkirkan sendiri oleh rakyat lewat pemilu atau pilkada!" ***
    



[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke