Astaga ... belum jadi penasihat saja sudah galak begini, gimana kalau jadi
donatur ....

Shinsei Harry, nampaknya Anda sama sekali belum memahami gerakan moral
FSAB, saya kira sebagian besar masyarakat didalam maupun diluar negeri pun
demikian.
Itulah salah satu alasan yang mendorong kita untuk membuat sebuah media
(website) sehingga orang dapat lebih mengenal, memahami dan mungkin
mendukung keberadaan dan kegiatan FSAB.

Untuk mendekatkan persepsi kita, saya mengundang Anda untuk masuk dan
membaca situs tentang organisasi kita.

Penting juga untuk Anda simak adalah wawancara Pontianak Post dengan Letnan
Jenderal (Purn) Agus Widjojo: "Reformasi TNI Berjalan Terus". Sebagai Ketua
Badan Penasihat FSAB, beliau menjelaskan secara rinci gambaran apa dan siapa
FSAB itu.
www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Tokoh&id=113232


Nah, sekiranya Anda sudah mempelajarinya, maka kita sependapat bahwa FSAB
bukan Lembaga Pemerintahan, bukan bagian lembaga Legislatif, bukan lembaga
Komisi Kebenaran & Rekonsiliasi (KKR), bukan organisasi massa, bukan
mewakili kelompok masyarakat tertentu.

Adalah salah alamat kalau menuntut organisasi FSAB untuk merehabilitir dan
mengembalikan hak warganegara para tokoh exile di LN, yang sama sekali
diluar kewenangan FSAB.


Anggota FSAB adalah generasi kedua dari para korban konflik (politik) masa
lalu, mereka adalah "survivors" yang dalam proses penyembuhan; proses
membangun keikhlasan dan kerelaan masing-masing dalam memandang masa lalu,
serta sepakat untuk membangun kehidupan yang berorientasi ke masa depan.
Disinilah letak perbedaan mental dengan kawan-kawan Chinophile, yang selalu
merasa dirinya sebagai 'victim', setiap tahun memperingati "Holocaust
Mei'98".
Mereka yang mempertahankan penyakit "Cinderela Complex"; meratapi nasib
tinggal di 'gubuk derita' bersama ibu tiri yang jahat dan dicemburui oleh
para saudara tirinya yang buruk rupa, selalu kena dikerjai dan dijadikan
kambing-hitam, tetapi sebaliknya tidak pernah mau introspeksi dan mawas
diri.

Sebagai lembaga swadaya, FSAB juga memiliki keterbatasan dan kendala.
Sebagai kegiatan sosial, pengurus dan anggota menjalankan roda organisasi
diluar jam kerja, yang berarti membagi waktu dengan keluarga masing-masing.
Program kegiatan organisasi tidak menghasilkan uang malah membuat ongkos
bagi kita masing-masing.

Jadi, Anda sudah salah alamat kalau menuntut LSM ini untuk merehabilitir dan
mengembalikan hak warganegara dari para tokoh exile di LN, yang sama sekali
diluar kewenangan FSAB.
FSAB juga tidak memiliki 'Lampu Aladin', untuk menugaskan sang Jin
menghapuskan diskriminasi dari bumi nusantara.
Akan tetapi yang jelas, para anggota dan mereka yang sepaham dengan moral
FSAB, tidak mempersoalkan latar belakang, menghargai kesetaraan, menghormati
perbedaan dalam kehidupan
sebagai bangsa Indonesia.

Seperti sudah disampaikan FSAB bukan organisasi massa, tapi sebaliknya tidak
pernah menutup pintu bagi siapapun, apakah dari kalangan elit maupun dari
kalangan grass-root.

FSAB hadir menawarkan sebuah metode; cara bersilaturahmi untuk mencapai
kesepakatan, memandang masa lalu, dan mulai memandang masa depan.


Wassalam, yhg.
---------------------


From: Harry Adinegara <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thu May 25, 2006  9:37 am
Subject: Re: Launching Website FSAB, 25 Mei 2006. sans_culotte_30
----------------------------------------



--
----------------------------------------
I am using the free version of SPAMfighter for private users.
It has removed 564 spam emails to date.
Paying users do not have this message in their emails.
Get the free SPAMfighter here: http://www.spamfighter.com/len





***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke