http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/26/0903.htm


Hugo Chavez Berhasil "Melawan" Amerika Serikat
SAAT ini, hampir di setiap dinding di kota-kota Venezuela kita bisa melihat grafiti yang berisi puji-pujian terhadap Simon Bolivar, Hugo Chavez Frias, dan Revolusi Bolivarian. Sejak Chavez terpilih tahun 1998, Venezuela memulai Revolusi Bolivarian melalui Konstitusi Republik Kelima yang diakui sebagai konstitusi terbaik di dunia setelah Magna Charta dalam melindungi hak-hak ekonomi, sosial, politik, dan budaya rakyat miskin.

Nasionalisasi perusahaan minyak PDVSA --Petroleos de Venezuela-- dengan kapasitas produksi tidak kurang dari tiga juta barel per hari pada akhir 2001 dianggap sebagai penyulut "perang" terbuka melawan "imperialisme" Amerika Serikat (AS). Inilah perang tanpa senjata pertama di abad 21 terhadap kebijakan neoliberalisme AS.

Perlu dicatat bahwa cadangan minyak mentah Venezuela adalah kelima terbesar di dunia dan eksportir minyak utama untuk AS. Kenyataan itu begitu penting dan besar pengaruhnya untuk bisa memahami Venezuela karena kekayaan minyaklah yang membentuk setiap aspek kehidupan negeri itu; sejarah, ekonomi, politik, termasuk budayanya.

Sebelum Chavez berkuasa, 70% dari hampir 26 juta jiwa rakyatnya hidup miskin. Kebijakan neoliberalisme yang dijalankan pemerintah sejak 1970-an membuat kekayaan minyak dikuasai oleh pemodal-pemodal Chevron Corp., Royal Dutch Shell, Repsol, dan Exxon. Akibatnya pendapatan minyak paling besar masuk ke pundi-pundi pemodal dan pejabat di sekeliling partai berkuasa COPEI-Kristen Demokrat dan Action Democratica (AD).

Situasi itu antara lain menyebabkan pemberontakan menolak kenaikan harga Caracazo, 27 Februari 1989, dan pemberontakan militer progresif di bawah kepemimpinan Kolonel Hugo Chavez Frias (1992). Walau pemberontakan itu gagal, inilah awal kemenangan Chavez dalam merebut hati rakyat yang rindu perubahan.

Permusuhan

AS jadi tetangga "tidak ramah" bagi Venezuela. Sejak 1977, sekira 50 persen perusahaan-perusahaan raksasa di Venezuela memiliki "ikatan" dengan modal AS. Akibatnya, sungguh penting bagi AS untuk memelihara negeri-negeri di Amerika Latin untuk tetap berada di jalur-jalur "Washington Consencus". Namun, sejak pemerintahan Hugo Chavez melancarkan perang terbuka terhadap kebijakan neoliberal, melalui berbagai skenario, AS mendukung bahkan mensponsori peristiwa-peristiwa politik menjatuhkan Chavez.

Misalnya, boikot produksi minyak 2001, kudeta April 2002 oleh oposisi yang tidak senang atas kebijakan sosial Chavez dan kedekatannya dengan Kuba, referendum "pemecatan Chavez" pada Agustus 2004. Bahkan, belum lama ini seruan pembunuhan terhadap Chavez oleh seorang pendeta terkemuka di AS dan seruan membentuk fron dunia anti-Hugo Chavez. Tiga peristiwa pertama gagal dimenangkan oleh kubu pro-AS bahkan kecintaan rakyat pada Chavez dan Revolusi Bolivarian tidak surut.

Kesejahteraan rakyat

Kecintaan rakyat disebabkan oleh dua hal yaitu, dimulainya Demokrasi Partisipasi dan diakhirinya demokrasi Punto Fijo (puntofijismo)-kesepakatan pembagian kekuasaan antara AD dan COPEI; serta penggunaan kekayaan negeri untuk kesejahteraan rakyat miskin (Endogeneous Development).

Dana pembangunan khusus PDVSA, sebanyak 90 persen diprioritaskan setiap tahun untuk projek sosial seperti agroindustri, transportasi, pembangunan budaya, serta pengadaan listrik. Dalam anggaran 2006 ini, 41 persen (meningkat 27 persen dari tahun sebelumnya) total anggaran dialokasikan untuk program-program sosial. Sebanyak 41 persen dari total anggaran tersebut berasal dari pemasukan minyak dan 53 persen dari pendapatan pajak perusahaan-perusahaan besar. UNICEF dan Inter American Development Bank (IADB) mengakui bahwa ini adalah program sosial terbesar dan paling komprehensif di Amerika Latin dan dunia.

Program sosial diterapkan secara simultan dan komprehensif. Misi-misi pendidikan dan kesehatan, seperti Misi Robinson, Ribas, Sucre, dan Barrio Adentro, dilaksanakan bekerja sama dengan lebih dari 30.000 tenaga pengajar dan dokter dari Kuba, karena kaum oposisi memboikot pelaksanaan program itu. Misi Robinson berhasil membebaskan Venezuela dari buta huruf di tahun 2005 lalu (data UNICEF) dan meluluskan 900.000 orang yang drop out sekolah dasar di tahun 2004. (Zely Ariane, Anggota Komunitas Indonesia-Venezuela


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to