http://www.kompas.com/kompas-cetak/0606/04/metro/2701298.htm
  Metropolitan
                                  Minggu, 04 Juni 2006                     Ormas di DKI Makin Meresahkan
Merusak Citra Betawi yang Religius
    Jakarta, Kompas - Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso di Jakarta, Sabtu (3/6), menyatakan tindakan unjuk rasa dan pemaksaan kehendak yang diiringi kekerasan oleh organisasi massa yang mengatasnamakan agama dan kedaerahan semakin mengkhawatirkan. Dia meminta polisi dan aparat terkait harus bertindak tegas.   "Aparat penegak hukum harus menindak tegas mereka apalagi kalau sudah bertindak kriminal, seperti merusak dan mengganggu ketenteraman, langsung saja ditangkap," kata Sutiyoso menjawab pertanyaan wartawan tentang aksi massa di Jakarta, seusai melepas bantuan pedagang Blok A Pasar Tanah Abang untuk korban gempa di Klaten, Jawa Tengah.   Menurut Sutiyoso, dalam alam demokrasi wajar ada perbedaan pendapat dalam masyarakat. Namun, yang tidak wajar adalah upaya memaksakan kehendak dengan menggunakan kelompok massa sehingga menimbulkan keresahan.   Perbuatan memaksakan kehendak yang diiringi aksi perusakan adalah perbuatan kriminal seperti kejahatan yang harus ditindak tegas.
Keberadaan kelompok-kelompok tersebut, lanjut Sutiyoso, sudah mengganggu ketenteraman masyarakat.   Ditanya tentang rencana pertemuan Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Firman Gani dengan kelompok massa yang mengatasnamakan agama dan kedaerahan di Jakarta, Sutiyoso mengatakan belum mengetahui kegiatan itu. Dia juga tidak akan mencampuri agenda kegiatan polda tersebut.   Firman Gani akhir pekan ini memang merencakan pertemuan dengan sejumlah tokoh kelompok massa. Sebagian dari mereka adalah kelompok yang mengatasnamakan agama dan ada juga kelompok yang mengatasnamakan kesukuan.   Merusak citra Betawi   Secara terpisah, dalam pertemuan di Gedung MPR/DPR, sesepuh Badan Musyawarah (Bamus) Betawi dan Ketua Komisi A Bidang Pemerintahan DPRD DKI Achmad Suaidy menyatakan menentang keberadaan organisasi massa yang mengatasnamakan Betawi dan bertindak anarkis di masyarakat.   "Mereka membuat buruk citra orang Betawi yang religius. Perilaku mereka membuat orang Betawi seperti
tidak terpelajar dan hanya mampu jadi centeng untuk kepentingan tertentu," kata Suaidy.   Menurut Suaidy, banyak cara terhormat untuk memperjuangkan nasib orang Betawi seperti dilakukan dalam pertemuan tokoh Betawi di Gedung B Dewan Perwakilan Daerah DKI yang berada di Kompleks DPR yang berlangsung sepanjang Sabtu.   Sebagai suku yang religius, orang Betawi, lanjut Suady, tentu tidak bersikap anarkis karena itu bukan sikap orang yang beragama dan beradab.   Puluhan tokoh Betawi yang hadir sepanjang siang itu membahas upaya memperbaiki nasib orang Betawi dan mereka menyatakan tidak mendukung tindakan premanisme yang mengatasnamakan Betawi.   Ace Mulyadi, salah seorang sesepuh Bamus Betawi, menyatakan, salah satu hal penting yang diperjuangkan adalah hak pendidikan bagi kaum muda Betawi.   "Bagaimana cara agar 20 persen APBD yang dialokasikan untuk pendidikan dapat menyentuh generasi muda Betawi. Kita harus mempersiapkan diri menjelang berlangsungnya pasar bebas 2010 yang
tinggal empat tahun lagi," kata Ace.   Adapun Muki Supriyatna dari Paguyuban Warga Betawi menyatakan, pihaknya mendorong ada muatan lokal budaya dan bahasa Betawi dalam pendidikan di Jakarta. "Anggaran atau bantuan bukanlah yang utama. Yang penting bagaimana kebudayaan Betawi dikenal oleh warga Jakarta," kata Muki. (ong)

                 
---------------------------------
Sneak preview the  all-new Yahoo.com. It's not radically different. Just radically better.

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke